Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

Merawat Tradisi

Para warga di kampung Hidangan yang siap disantap itu namanya "Buer". Bentuknya mirip bubur, disajikan dengan santan dan ayam kampung (bukan ayam kampus). Kalau hujan yang ditunggu2 tak juga turun, para warga di kampung akan berkumpul, membuat buer, lalu berdoa kepada yang maha kuasa. Sisanya nanti akan dibagikan kepada para jiran tetangga. Saya tak punya banyak referensi mengenai tradisi ini. Saya anggap ini hanya semacam sedekah kecil-kecilan. Orang2 lalu berkumpul dan berdoa demi satu pengharapan disitu. Sosiolog Anthony Giddens menyebut bahwa tradisi merupakan sesuatu yang bersifat ritual dan dilakukan berulang-ulang. Tradisi adalah aset kelompok masyarakat yang mencirikan suatu kebudayaan dan tata perilaku yang berlaku dalam masyarakat. Barangkali "Buer" hanya satu dari sedemikian banyak tradisi lain. Barangkali, ada makna-makna lain yang bisa telusuri. Dugaan saya, Buer hanyalah satu wujud dari kerelaan menerima sunatullah. Entahlah. Tradisi me

Jangan Takut Pesimis

Jangan takut pesimis (google) Dalam banyak aktivitas, kita selalu mendapat nasihat untuk selalu optimis. Kita diajarkan untuk optimis saat melakukan satu pekerjaan besar. Orang yang tidak optimis sering di cap lemah, tak punya daya juang, serta seringkali dianggap gagal sebelum berperang. Padahal, anggapan itu tak selalu benar. Justru, sikap pesimis bisa membuat kita fokus dan melakukan penjelajahan otokritik dalam diri kita. Pesimisme bisa menjaga agar kita tidak terlalu melambung tinggi dan tidak lupa bagaimana cara menjejaki bumi. Pesimisme bisa menjadi obat dari sikap pongah atas optimisme yang meluap-luap. Pesimisme adalah senjata agar kita tetap waspada dengan langkah-langkah yang kita pilih serta selalu siap menghadapi segala konsekuensinya. So, jangan takut pesimis.

Saat Nissa Sabyan ke Sumbawa

Nissa Sabyan di Sumbawa (Poto: Humas Sumbawa) Hari ini, saya melihat postingan salah satu akun resmi milik Pemkab Sumbawa. Nissa Sabyan, artis muda yang tengah naik daun itu, sudah mendarat di tanah bulaeng. Di bandara Sultan Muhammad Kaharuddin Sumbawa, ia disambut beberapa pejabat daerah. Nissa akan ikut memeriahkan acara puncak HUT Kabupaten Sumbawa yang ke-61 pada 22 Januari besok. Melalui jendela kecil media sosial, saya hanya bisa mengelus dada. Saya memang sudah merencanakan untuk pulang, lalu menonton langsung konsernya di Sumbawa. Saya sudah membayangkan penampilannya di atas panggung. Saya membayangkan ia akan membawakan lagu kesukaan saya "Ya Asyiqol Mustofa", lalu disambut gemuruh tangan. Sayang sekali, di waktu yang bersamaan, saya harus menyelesaikan beberapa pekerjaan. Bagi saya, tak ada kalimat yang pantas untuk menggambarkan sosok Nissa, selain kata cantik. Sebagai penyanyi pendatang baru, ia sungguh ideal. Manis, putih, merdu. Ia adalah representas

Tidak Enak Tinggal di Apartemen

Kawasan sudirman Masjid berwarna putih itu letaknya persis di samping apartemen tempat saya tinggal. Saya hari-hari banyak menghabiskan waktu di tempat itu. Saya senang melihat bangunannya yang sederhana. Saat saya potret, pemandangannya tampak luar biasa. Mungkin karena view-nya yang dikelilingi bangunan-bangunan tinggi. Kawasan sudirman di Jakarta pusat memang terkenal dengan bangunan-bangunan tinggi yang menjulang. Gubernur Anies bahkan sengaja mencopot atap salah satu jembatan penyebrangan (JPO) beberapa waktu lalu, agar para pejalan kaki bisa leluasa menikmati pemandangan kawasan ini yang dipenuhi gedung pencakar langit. Sudah beberapa bulan ini saya memang tinggal di apartemen Sudirman Park, Jakarta Pusat. Apartemen ini memang tergolong bagus. Fasilitasnya cukup lengkap. Ada kolam renang, hingga tempat fitnes. Tapi kalau disuruh memilih, saya akan lebih senang jika tinggal di tempat lain. Saya tidak terbiasa dengan suasana apartemen yang sesak. Tiap hari harus nga

Harus Lebih Banyak Bersabar di Jakarta

Poto diambil dari balkon apartement Di kota ini, hampir tak ada bedanya siang dan malam. Semua orang selalu bergerak. Di sini, ribuan manusia berseliweran setiap harinya. Ribuan manusia itu bersaing demi memperebutkan sumber daya yang jumlahnya sangat terbatas. Jakarta adalah kota yang amat sesak. Tiap hari orang-orang berjejal memenuhi jalan. Begitu banyak orang dari berbagai penjuru membanjiri kota ini. Mereka saling sikut demi menyambung hidup. Di sini, ada kompetisi yang sedemikian kejam dan saling menghabisi. Mereka yang lemah akan digilas dan terpinggirkan. Yang kuat tetap langgeng di kursi kuasa. Sejak dulu, tabiat kota ini memang kejam. Di abad ke-17, Batavia adalah arena dimana kekerasan seakan dilegalisir demi pencapaian tujuan. Di masa Gubernur Jenderal Joan Maetsueyker, kekerasan adalah udara yang menjadi napas bagi kelangsungan sistem kolonial. Kekerasan adalah satu-satunya mekanisme untuk menciptakan ketundukan pada bangsa yang harus dihardik dulu agar taat dan

Mengenang Soe Hok Gie di Taman Prasasti

Di pusara Soe Hok Gie  "No body knows the troubles i see no body sorrow" Demikianlah penggalan kalimat yang menghiasi pusara Soe Hok Gie di Museum Taman Prasasti, Jakarta Pusat. Kesedihan adalah buah dari penghayatan. Gie menghayati negeri ini, membangkitkan cinta yang lalu berujung sedih. Di saat semua orang bergembira merayakan kemerdekaan, pemuda yang amat senang mendaki gunung itu tetap sedih melihat ketertindasan. Di pemakaman Keerkhoof Laan, atau yang kerap disebut Kebun Jahe Kober, saya mengenang banyak hal dari seorang Soe Hok Gie. Ia adalah martir yang bergerak sendirian dan tak mau terseret arus besar. Ia menulis banyak catatan yang menohok rezim. Kalimatnya setajam pedang. Salah satu yang paling membekas adalah "Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan." Awalnya, makam Kebon Jahe Kober ini adalah Gereja Belanda Baru (sekarang telah dijadikan tempat Museu

Gagal Melengserkan Kiki

Riezky Aprilia, Kader PDIP (Gambar: Tribunnews) Semalam, ILC kembali membahas tema yang sedang viral dalam beberapa pekan terakhir. Lagi-lagi soal OTT. Sebagaimana diketahui, awal tahun ini publik dikejutkan dengan aksi OTT komisioner KPU, Wahyu Setiawan oleh KPK. Wahyu tak berkutik saat petugas KPK meringkusnya pada Rabu, 8 Januari lalu. Ia diduga meminta duit Rp 900 juta untuk meloloskan Harun Masiku, calon legislator PDIP dari daerah pemilihan Sumatera Selatan I yang gagal terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Suap itu nantinya hendak digunakan untuk mempermulus pelengseran Riezky Aprilia, Anggota DPR RI yang telah dilantik melalui mekanisme pergantian antar waktu di KPU. Riezky adalah peraih suara terbanyak kedua setelah Nazaruddin Kiemas. Dalam UU Nomor 7 tahun 2017 tentang pemilu dijelaskan, caleg yang meninggal dunia diganti oleh calon dengan perolehan suara kedua terbanyak dari partai dan daerah pemilihan yang sama. Saya tertarik setelah membaca bebera

PRAMBANAN dan PEMBELAJARAN

Candi Prambanan Bangunan yang berdiri kokoh di belakang saya itu adalah Candi Prambanan. Di bangun pada abad ke-9 Masehi di masa dinasti Sanjaya. Ditetapkan sebagai salah satu situs warisan dunia oleh UNESCO sejak tahun 1991. Candi Prambanan merupakan salah satu peninggalan bersejarah serta bukti kuat peradaban hindu di Jawa Tengah. Layaknya Candi Borobudur di Magelang, ada begitu banyak misteri serta beragam cerita yang masih tersimpan rapi di dalamnya. Salah satu yang paling populer adalah kisah asmara tentang Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Dalam legenda, Bandung Bondowoso diminta oleh perempuan cantik Roro Jonggrang untuk membangun seribu candi dalam semalam. Ia menerima tantangan itu meski rasanya tidak masuk akal. Ia lalu menggerakkan semua bangsa jin untuk bekerja dalam waktu singkat. Bandung Bondowoso nyaris berhasil. Candi Prambanan telah berdiri. Candi-candi utama juga sudah rampung. Sisanya hanya tinggal beberapa candi kecil. Namun, siasat licik Roro Jonggr

Pekan yang Indah di Sembalun

Sembalun Di tengah-tengah aktivitas, kemarin akhirnya bisa menikmati libur akhir pekan di Sembalun, Lombok Timur. Sejujurnya, saya sudah lama ingin ke tempat ini demi mengisi waktu senggang. Saya ingin berleha-leha sambil melihat keindahan Gunung Rinjani dari dekat. Sayang, hasrat itu tak pernah kesampaian. Saya memang sempat beberapa kali ke Sembalun. Namun kedatangan saya bukan untuk berwisata, melainkan untuk mendistribusikan bantuan gempa. Saya hanya melihatnya sepintas. Barulah kemarin, hasrat itu terbayarkan. Banyak yang bilang Sembalun ibarat kepingan surga yang jatuh ke bumi Sasak. Lahannya subur sebab berada persis di bawah kaki Gunung Rinjani. Udaranya sejuk. Rasanya tak ada yang tak bisa tumbuh di tempat ini. Desa ini dikelilingi bukit-bukit hijau yang serupa lukisan. Alamnya masih benar-benar asri. Potensi inilah yang kemudian menjadi berkah bagi penduduk setempat. Masyarakat Sembalun kebanyakan bertani, serta ikut menjadi pelaku wisata. Mereka menanam apa saj

Pesan Moral dibalik Film Imperfect

Gambar: Tribun Jateng Sebagai wanita, pernahkah kalian merasa insecure atau tidak percaya diri? Pernahkah kalian menerima perlakuan yang tidak menyenangkan, dihina, dibicarakan, atau merasa terasing dari pergaulan hanya karena tidak berpenampilan menarik? Seorang sahabat mengajak saya menonton film Imperfect yang dibintangi aktris cantik Jessica Mila dan aktor favorit saya, Reza Rahadian. Film ini membahas perempuan yang merasa insecure , selalu di-bully karena tidak cantik. Ceritanya tentang perempuan bernama Rara yang terlahir dengan kulit hitam serta berambut keriting. Dia mengikuti gen dari sang ayah. Sedang ibunya bertubuh ramping, tinggi, dan putih. Adiknya mewarisi kecantikan sang ibu. Saat beranjak remaja, ayahnya meninggal karena kecelakaan. Tak ada lagi yang menyemangati hari-harinya. Rara pun harus menjalani hidup dengan penuh tekanan. Ia kerap dibanding-bandingkan dengan penampilan ibu dan adiknya yang serupa artis. Beruntung, Rara punya kekasih yang sama seka

Pilkada Sumbawa yang Dinamis

Sumber gambar: KPU.go.id Semua tahu bahwa pemenangnya adalah yang memiliki tiga faktor, yakni gagasan, uang, dan juga lobi. Jika kebetulan calon punya kedekatan emosional dengan salah satu petinggi partai, itu hanyalah bonus yang bisa melicinkan tiap proses. Pemegang rekomendasi adalah mereka yang menembus belantara Jakarta, menelusuri jalan-jalan tikus partai politik, berani memberikan garansi, lalu saling mengunci dengan segepok rupiah. Jika disuruh memilih mana yang lebih menjadi prioritas, mungkin faktor uang dan lobi adalah kekuatan utama dibalik lahirnya setiap rekomendasi. Gagasan adalah faktor terakhir, yang dirasa perlu ada, namun tidak terlalu penting-penting amat. Gagasan itu bisa dikemas ulang. Gagasan bisa didesain, dipermak, di-frame sedemikian rupa bahwa calon tertentu memang punya kualitas yang layak diperhitungkan. Titik ini bisa menjadi lahan garapan para konsultan politik dan tim kreatif yang selalu stay di belakang layar. Orang-orang tengah bicara soal