Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Selapis Kesan Saat Pelatihan Duta Damai

Duta Damai BNPT Sasambo Regional Mataram Pekan silam, saya mengikuti program Duta Damai Dunia Maya yang digagas oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia. Tak saya sangka, pelatihan itu menjadi pelatihan yang sangat mengesankan. Saya bertemu banyak sahabat-sahabat yang menggeluti dunia teknologi informasi serta aktif berselancar di dunia maya. Kami diikat oleh visi yang sama, yakni bagaimana menebar pesan damai melalui media sosial. Di ranah maya, kami diarahkan untuk lebih aktif dalam memproduksi konten serta informasi positif demi melawan segala bentuk propaganda radikal dan terorisme. *** Mulanya, saya membayangkan pelatihan Duta Damai sama halnya dengan banyak pelatihan lain yang pernah saya ikuti. Dimana, para pemateri lebih aktif ketimbang peserta dan berlansung dalam waktu singkat. Dugaan saya salah. Di Lombok Astoria Hotel Mataram, sebanyak 60 peserta terpilih dilatih, dibentuk, lalu bergerak bersama-sama dalam satu barisan guna memeran

TGB, Toleransi, dan Nafas Pembangunan NTB

TGB saat berdiskusi dengan Duta AS di Islamic Center Di tengah maraknya isu sara dan ancaman perpecahan yang melanda negeri ini, NTB justru semakin konsisten dalam mencerminkan kehidupan umat islam di Indonesia yang penuh dengan moderasi dan toleransi serta selalu mengedepankan nilai-nilai kebersamaan. Jika beberapa waktu lalu, pidato perdana Gubernur terpilih Jakarta, Anies Baswedan sempat menuai kontroversi karena menyebut kosa kata Pribumi, maka sepekan silam, Gubernur NTB, Muhammad Zainul Majdi malah menghadiri konferensi internasional bersama 400 ulama dalam rangka membahas islam moderat di Islamic Center Mataram. *** "Contoh di NTB ini, kami kehilangan di Arab." Demikian kata Prof DR Syekh Afdul Fadhiel El-Qoushi, saat pembukaan Multaqa Nasional Alumni Mesir, di Ballroom Islamic Center NTB, Rabu (10/2017) lalu. Qoushi bukanlah profesor sembarangan. Ia adalah ulama besar Al-Azhar. Ia wakil ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar yang juga pernah m

Karpet Merah Untuk Sang Asesor

The Red Carpet Beberapa orang di utus untuk menjadi tim asesor di salah satu sekolah. Berbagai pagelaran meriah turut menyambut kedatangan mereka. Mereka disebut sebagai orang yang akan menilai diantaranya standar sarana-prasarana, tata kelola, pembiayaan sekolah, lalu memastikan seluruh anak mendapat pendidikan yang layak. Benarkah? Jika memang benar, pertanyaan yang tiba-tiba muncul di benak saya adalah, mengapa pihak sekolah mesti selebay itu? Mengapa menyambut beberapa asesor harus munggunakan karpet merah, aksi drumb band, hingga kalungan bunga? Lalu kenapa saat seorang petani yang taat membayar komite, nelayan yang ikhlas menyisihkan sedikit hasil tangkapannya demi membeli seragam baru si anak, atau ibu-ibu penjual sayur yang terpaksa tidak pergi ke pasar karena menghadiri rapat wali murid dengan pihak sekolah tidak disambut semeriah itu? Entah kenapa, hidup ini seringkali nampak begitu paradoks. Ketika seorang relawan di ujung negeri, yang tak henti-hentinya menebar

Akhirnya Kembali Membeli Laptop

Laptop Asus Tak akan mudah bagi siapapun untuk bekerja tanpa laptop. Bagi ukuran mahasiswa, memiliki laptop adalah sebuah keharusan. Dahulu, saya sempat stres saat laptop pertama saya raib digondol maling. Di sana terdapat file-file yang teramat penting untuk menunjang perkuliahan. Di sana terdapat dokumentasi pribadi saat awal-awal masuk kuliah. Barulah kemarin, setelah dengan sabar mengumpulkan duit, akhirnya saya bisa kembali membeli laptop. Saya harus menunggu agak lama, sebab tak berani lagi meminta duit kepada orang tua. Untuk menyiasatinya, saya pun rajin mengikuti lomba menulis di media sosial. Saya berharap mendapatkan reward yang cukup untuk harga sebuah laptop. Kini, satu laptop merek Asus telah berada digengaman. Laptop itu akan menemani saya kemana-mana hingga suatu saat, saya bisa membeli laptop jenis lain dengan spesipikasi yang lebih bagus. Ia akan mencatat segala keresahan di lembar keseharian saya. Ia akan menjadi saksi atas apa yang saya lakukan. Apa boleh