Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Gemerincing Ombak Pantai Mawi

Pantai Mawi (Foto: Wisata Lombok) Bersama para sahabat, baru-baru ini saya berkunjung ke kawasan wisata Kuta Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Niat kami sederhana yaitu melepaskan penat dihari libur, sembari bergumul dalam suasana pantai yang menenangkan pikiran. Kuta Mandalika adalah tetesan surga bagi para peselancar. Tempat ini dikenal memiliki objek wisata pantai yang memukau. Banyak yang berubah semenjak pemerintah menetapkan Kuta Mandalika sebagai kawasan ekonomi khusus. Di sepanjang perjalanan, saya melihat proyek-proyek besar tengah digarap sebagai sarana penunjang dunia kepariwisataan. Pemerintah Nusa Tenggara Barat sangat serius mengembangkan Mandalika. Terhitung milyaran APBD telah dikucurkan untuk menyulap kawasan ini menjadi kawasan berbasis pariwisata berkelas dunia. Di banyak media regional, saya juga sempat membaca bahwa di Mandalika akan dibangun sirkuit berskala internasional. Dalam hati saya berharap, semoga saja pemberitaan itu bukan hoax.

Kisah Muallaf Tionghoa di Balik Masjid Cina Pakuan

Masjid Cina Pakuan, Narmada Saya termasuk orang yang beruntung sebab bisa kuliah dan tinggal di Lombok. Bagi saya, pulau Seribu Masjid ini ibarat belantara luas yang selalu menarik untuk dijelajahi. Setiap orang tentu bisa menikmati perjalanan panjang di Lombok, lalu dengan antusias mulai menuliskannya sebagai bahan referensi bagi orang lain. Baru-baru ini, saya mengunjungi sebuah masjid yang terletak di Jurang Malang, Desa Pakuan Narmada, Lombok Barat. Belakangan, masjid ini mulai ramai dikunjungi karena bentuk bangunannya yang khas dan unik. Penasaran dengan beberapa postingan sahabat di media sosial, sayapun berkunjung. *** Sore itu, langit sedang bersahabat. Tempat ini biasanya laris manis dari guyuran hujan. Setelah membayar retribusi masuk sebesar dua ribu rupiah, sayapun segera berkeliling. Layaknya dibanyak tempat wisata lain, komplek masjid ini juga ramai oleh para pedagang. Mereka antusias menawarkan jajanan kepada para pengunjung yang berdatangan. Masjid Ri

Islam di Balik Dalam Loka

Istana Dalam Loka Sumbawa Setiap berada di Sumbawa, saya selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi Istana Dalam Loka. Istana ini diklaim sebagai istana kayu terbesar yang pernah ada. Istana ini adalah satu dari sekian banyak bangunan bersejarah di Sumbawa yang mengandung nilai filosofi yang sangat mendalam. Istana Dalam Loka merupakan Istana peninggalan Kesultanan Sumbawa yang hingga kini masih berdiri kokoh di jantung Kota Sumbawa Besar. Menurut beberapa literatur sejarah, istana ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin III yang merupakan sultan ke 19 Kesultanan Sumbawa di era Dinasti Dewa Dalam Bawa pada tahun 1885. Dulunya, istana yang juga menjadi simbol peradaban adat dan budaya masyarakat Sumbawa ini digunakan sebagai tempat para Sultan Sumbawa dalam menjalankan roda pemerintahannya. Dalam Loka adalah kebanggan bagi setiap masyarakat Sumbawa. Dalam yang berarti istana dan Loka yang berarti rakyat, adalah prakarsa dan bentuk kesetiaan rakyat kepa

Islamic Center Lombok, Wisata Religi di Tengah Kota

Islamic Center Lombok Gadis kecil itu bernama Anisa. Saya bertemu dengannya seusasi sholat di masjid besar yang berjarak hanya sepelemparan batu dari tempat tinggal saya di Mataram. Dia adalah satu diantara banyak siswa yang medatangi Islamic Center untuk melaksanakan kewajiban sebagai muslim. Meski banyak rombongan lain yang datang, perhatian saya hanya tertuju pada rombongannya. Yang membuat saya kagum adalah mereka masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Didampingi para gurunya, mereka antusias melakukan ibadah sepulang sekolah di masjid ini. Saya mengamati kelakuan siswa-siswa itu beberapa jenak. Setelahnya, saya kembali memotret sekelebat kemewahan yang nampak didepan saya. *** Masjid ini digadang-gadang sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara. Islamic Center berada tepat dijantung Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Selain menjadi pusat kajian ilmu-ilmu agama, masjid ini juga berfungsi sebagai pusat kebudayaan, wisata religi, hingga pasar seni. Kita bisa memantau

Selamat Ulang Tahun Pram

Pramoedya Ananta Toer Saya ingin hidup, tapi tak membisu. Sebab, diam adalah bentuk lain dari kematian itu sendiri ~ Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta Toer dianggap sebagai salah satu Sastrawan paling produktif sepanjang sejarah Indonesia. Tokoh ini telah mewariskan pikiran-pikiran besar bagi para generasi bangsa. Berbagai tulisannya direkomendasikan bagi semua orang yang hendak mengkaji Indonesia pada periode kebangkitan. Hingga saat ini, berbagai karyanya tak pernah alpa bertengger di rak-rak toko buku. Memang benar, seakan tak bosan membaca ulang lembar demi lembar coretan beliau. Pram adalah sosok yang kontroversial. Karyanya yang berisi kritikan, membuatnya selalu bersinggungan dengan penguasa. Ia pernah menjadi pengarang yang paling dibenci oleh penguasa ditanah air. Akan tetapi diluar negeri, ia amat dikagumi banyak orang. Pram pernah mendekam dibalik jeruji besi semenjak zaman Belanda, Sukarno hingga di rezim Suharto. Di masa orde baru, pemerintah kerap menyensor

Ketika Bung Karno Menjadi Immawan

Immawan Bung karno Orang tidak bisa mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia. Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin - Soekarno (1901-1970) Baru-baru ini saya membaca novel berjudul Immawan Bung Karno, karya Rusdianto dan Muliansyah Abdurrahman Ways terbitan Global Base Riview tahun 2016 lalu. Novel ini berkisah tentang pergulatan sejarah organisasi kemahasiswaan Ikatan Mahasisswa Muhammadiyah (IMM) yang tak luput dari peran penting Bung Karno didalamnya. Isinya menarik sebab membahas satu kepingan sejarah yang tak banyak diketahui publik. Di mata saya, Sukarno bukan saja seorang pendiri bangsa yang hebat, tetapi juga sosok yang kontroversial. Dulu, ketika orde lama masih diselimuti otmosfer perjuangan bangsa dalam revolusi dan ideologi, Sukarno juga pernah membuat suatu himpunan kekuatan institusi politik yang menuai banyak kecaman. Himpunan kekuatan ini ia namai dengan NASAKOM (Nasionalis, Islam, Komunis). Menurut beberapa literatur sejarah, hal in