Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Batas Kesunyian

Ada saat di mana kita tidak mungkin kembali, tetapi juga belum cukup kuat untuk melangkah. Kita seperti berada di ruang hampa, dan satu-satunya yang bisa kita lakukan hanyalah menerima fakta secara diam-diam.  Andai ada yang lebih menyakitkan dari sebuah kepergian, aku tak ingin merasakannya. Dan andai pula ada yang lebih menyiksa dari kerinduan, akupun tak ingin mengetahuinya.  Cinta adalah soal keberanian. Berani memiliki, berani melepaskan. Tanpa bisa dimengerti, tanpa bisa di tawar. Dan, di tengah dingin malam dan rintik hujan yang membasahi dedaunan, aku terima itu semua. Melampaui batas kesunyian. 

Hening

Cintaku bunga mawar Tumbuh di batu karang Kau tak dapat melihatnya Tapi ia ada di sana. Cintaku bunga mawar Tumbuh di batu karang Kau tak dapat melihatnya Tapi ia ada di sana. Menunggumu, Dalam hening.

Rindu

Kupatahkan ranting-ranting kering pohon pinus, nanti setelah rembulan terbit, akan kupakai untuk membuat api unggun di pelataran malam. Bersama hangatnya, aku akan berjaga, menunggu seekor kunang-kunang lewat tuk titipkan rindu.

Buat Mereka yang Sok Bijak Soal OMNIBUSLAW

Tolak Omnibus Law  Sebelum teriak-teriak, baca dulu dong..!! Di negeri yang pemimpinnya bilang "I don't read what I sign", tidak fair rasanya menyuruh rakyat membaca RUU 900-an halaman sebelum melakukan protes. Mari memberi contoh yang baik dulu, sebelum menuntut lebih. Saya ingin menanggapi pernyataan mereka yang mencoba bijak dengan mengatakan "baca dulu dong isi UU nya sebelum teriak-teriak." Bagi saya itu hanyalah pernyataan formalitas semata dan cenderung naif. Mereka yang sok bijak itu juga belum tentu sudah membaca detail dan paham UU itu secara utuh. Netizen memang nggak perlu baca semua sampai beratus-ratus halaman. Memangnya kita ini ahli hukum semua, baca juga belum tentu ngerti. Itulah gunanya ada media dengan reputasi baik yang mengulasnya, termasuk lembaga hukum dan para pakar, dan berfokus pada pasal-pasal yang dianggap merugikan. Sudahlah, nggak usah sok mau debat substansi segala. Bukankah sudah banyak media yang mengupas pro dan kontra dari UU

Sebuah Tanya di Makam Sjahrir

Makam Sutan Sjahrir TMP Kalibata Sejarah tak selalu tentang kegemilangan dan kisah heroik seorang manusia. Sejarah juga bisa menyimpan nestapa bagi kemanusiaan itu sendiri. Sejarah adalah kuburan bagi mereka yang kalah dan dibisukan, sekaligus panggung bagi mereka yang menang, kemudian memiliki hak untuk mengontrol lajunya sejarah.  Demikianlah ungkapan ulama Iran, Murtadha Muthahhari dalam buku masyarakat dan sejarah. Jika disuruh menyebutkan satu nama yang pas untuk ungkapan di atas, maka barangkali nama itu adalah Sutan Sjahrir.  Sjahrir ibarat pelaut yang kapalnya tak pernah menyentuh bibir pulau. Hidupnya terombang ambing di tengah lautan hingga berakhir tragis. Pada suatu masa, ia adalah cerdik cendikia yang menggiring bangsa pada gerbang kemerdekaan. Ia ikut memerdekakan suatu bangsa dari cengkraman kolonialisme. Lewat seru revolusi, ia membangkitkan semangat massa dan rasa cinta pada negerinya. Sayang, kelak sejarah menggilasnya hingga tak berdaya. Pekik revolusi yang sering di

Sihir Magis Pulau Padar

Pulau Padar (Dokumentasi Pribadi) Sekitar 2 jam perjalanan dari Labuan Bajo, tibalah kita di Pulau Padar. Kita menaiki speed boat yang dikhususkan untuk mengantar para tamu yang hendak berkeliling. Budgetnya bervariasi, sesuai jumlah penumpang. Pelayanannya juga bagus. Kita memang hendak berkeliling. Dalam satu perjalanan wisata, ada beberapa paket destinasi yang ditawarkan. Selain pulau padar, kita juga diajak menuju pulau komodo, pantai pink, taka makassar, pulau kanawa, dan manta point. Seorang pemandu wisata yang mendampingi kita bertutur kalau sebenarnya pulau ini terletak persis di tengah-tengah antara Sape dan Labuan Bajo. "Andai kita jalan sedikit lagi, kita sudah sampai di Sape pak" katanya. Dokumentasi pribadi Dokumentasi pribadi Bentangan alam yang indah membuat Padar ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu dari situs warisan dunia bersama dengan Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Pulau ini merupakan pulau ketiga terbesar dikawasan taman nasional Palau Komodo.  Konon,

Purnama ke Berapa

Malam ini ku lihat bulan amat indah Entah sudah purnama ke berapa Sejak kita tak lagi menyaksikannya sama-sama Bagiku, purnama atau tidak sama saja. Dulu kita sering menatap bulan sama-sama Di jalan, di atas motor yang berlari kencang Tanganmu menunjuk-nunjuk dari belakang Sesekali aku berbalik, Kulihat pendarnya di wajahmu.