Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2020

Saatnya Karantina Wilayah

Karantina wilayah Pak Jokowi, ayo segera ambil tindakan. Sudah tembus 1000 lebih kasus dan 102 orang meninggal. Kalau amat keberatan dengan istilah #lockdown, maka ganti saja dengan #karantinawilayah. Jangan terlambat pak. Jangan mengulang kesalahan yang dilakukan Trump di Amerika sana. Kalau hanya soal pertimbangan karakter, budaya, dan tingkat kedisiplinan masyarakat seperti yang disampaikan tempo hari, Malaysia juga tak jauh beda dengan kita. Tapi toh mereka sudah lockdown dan melakukan tes Covid-19 secara gratis. Kalau pertimbangannya soal jumlah penduduk, maka India punya 1,3 milyar juta jiwa. Mereka lockdown selama 21 hari. Jangan pula berdalih soal ekonomi. Kita semua juga sudah tahu. Bahkan kebijakan #socialdistancing juga berdampak besar pada ekonomi kita. Gelombang PHK mulai terjadi dengan sendirinya. Ekonomi lesu. Sebentar lagi para pekerja akan mudik karena setidaknya di desa, mereka bisa dapat makan. Ada keluarga dan kerabat di sana. Mereka bisa andalkan sumber

Beribadah di Zaman Wabah

Ramadhan is coming (images: legit.ng) Sekitar dua minggu sebelum wabah Covid-19 menyerang dan benar-benar menjadi perhatian dunia seperti sekarang, saya sempat hadir dalam satu pengajian di suatu kampung kecil di Sumbawa. Kebetulan saat itu sedang hujan lebat. Saking derasnya, jamaah yang duduk di saf-saf belakang bahkan tak bisa mendengarkan isi khotbah dengan jelas. Mungkin karena atap masjid yang terbuat dari seng sehingga pantulan suaranya agak keras. Saya masih ingat. Materinya tentang betapa pentingnya sholat berjamaah di masjid. Ada banyak sekali riwayat dan hadist yang dikutip. Ada banyak keutamaan sholat berjamaah yang dijelaskan. Intinya, sholat berjamaah di masjid lebih baik ketimbang sholat sendiri-sendiri di rumah. Meskipun demikian, pemateri juga menjelaskan bahwa ada juga hal-hal atau keadaan tertentu yang membuatnya bisa ditolerir. Dijelaskan bahwa dulu di zaman sahabat nabi, pernah terjadi hujan lebat yang kemudian membuat jalan berlumpur dan becek. Adzan k

Dari Wabah Pes Hingga Corona

Darurat Corona (gambar: indozone) Pada tahun 1346, gelombang serangan penyakit pes yang dijuluki kematian hitam atau ' The Black Death ' sudah mencapai pelabuhan Kota Tana, di tepi Laut Hitam. Sama seperti Corona, wabah itu juga berasal dari China dan ditularkan oleh para saudagar yang menyusuri jalur Sutra sebagai urat nadi perdagangan terpenting di kawasan Trans-Asia. Wabah yang disebarkan oleh kutu yang hidup di tubuh tikus itu lalu dengan cepat merambah seluruh kawasan Mediterania. Selanjutnya menerjang kota Konstantinopel di Turki, Prancis, Afrika Utara, Hingga Italia. Fenomena tentang wabah penyakit mematikan itu tergambar jelas melalui catatan penulis Italia, Giovanni Boccaccio dalam Buku Why Nation Fails, karangan Daron Acemoglu dan James A. Robinson. " Ketika wabah itu datang dengan cepatnya, segala akal budi dan kepandaian manusia tak berdaya menghadapinya ". Kata Giovanni dalam catatannya. Wabah pes yang mematikan memang telah mengubah wajah d