Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Ikuti Saja Fatwa MUI, Gitu Aja Kok Repot!

Gambar: Harakatuna.com Fatwa MUI itu sudah jelas. Bagi daerah zona merah, atau tingkat penyebaran virusnya cukup tinggi, sholat Jumat bisa diganti dengan sholat Dzuhur sendiri-sendiri di rumah. Kalaupun mau berjamaah, dianjurkan untuk menjaga jarak dengan cara saf direnggangkan. Ayolah. Tak usah kita mencari dalil-dalil pembenarannya. Kita serahkan saja semua itu kepada mereka yang benar-benar paham. Lagian masa kita yang sholatnya masih bolong-bolong ini mau berdebat soal fiqih dan syariat dengan ulama-ulama MUI yang rata-rata alumnus universitas Islam terkemuka di dunia. Nggak lucu! Kenapa MUI melarang sholat Jumat untuk sementara? Hemat saya, ada perbedaan sholat Jumat dengan sholat-sholat lain. Tidak hanya dari segi pelaksanaan, tapi juga waktu dan jumlah jamaah yang datang. Orang yang tidak pernah sholat fardhu biasanya juga datang. Orang-orang yang lewat pun biasanya singgah untuk sholat Jumat. Jadi, karena virus ini tak bisa dilihat, juga kita tak punya alat untuk

Belajar Sejarah Pada Peter Carey

Peter Carey (Gambar: Tempo.com) Hampir satu jam saya menonton live wawancara tim Historia bersama sejarawan Peter Carey di Instagram. Senang sekali rasanya mendengar penjelasan alumni Oxford itu tentang pangeran Diponegoro. Kalau tidak ada dia, mungkin kita hanya sebatas mengenal pangeran Diponegoro melalui buku-buku sejarah umum. Tak benar-benar tahu nilai yang dia perjuangkan, serta bagaimana perlawanannya sempat merepotkan penjajah, hingga membuat Belanda hampir bangkrut. Demi menjelaskan satu gambaran utuh tentang sosok yang ditelitinya itu, Carey bercerita tentang perjuangannya mengumpulkan banyak arsip. Ia juga rela bangun setiap pagi untuk belajar bahasa Indonesia dan Belanda, juga berpayah-payah mempelajari sastra Jawa agar lebih mudah memahami dokumen. Suatu waktu Carey sempat mengusulkan Babad Diponegoro kepada UNESCO untuk dijadikan warisan dunia. Sayang, usahanya itu harus kandas setelah beberapa dokumen kelengkapan tak bisa dipenuhi. Dalam sesi wawancara itu,

Data dan Kegamangan Kita Ditengah Wabah

Dokpri Sedari awal saya tidak pernah kaget mengapa jumlah positif Covid-19 di NTB tiba-tiba melonjak. Itu memang karena sebelumnya alat test nya tidak ada di daerah kita. Kita mesti menunggu kiriman hasil dari Jakarta. Contoh sederhananya, ada satu pasien dalam pengawasan (PDP) yang meninggal. Setelah beberapa hari, barulah kita tahu hasil testnya. Ternyata PDP tersebut memang positif. Sekarang, alat test itu sudah ada di NTB. Karenanya dalam waktu singkat kita sudah bisa mengetahui hasilnya. Angka yang tadinya 10 melonjak menjadi 25 orang. Lalu bertambah lagi menjadi 33 orang. Lalu bagaimana dengan data nasional kita? Tentu kita harus percaya kepada pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan. Sebab mau tidak mau, merekalah sumber data kita sekarang. Tapi, sekali lagi, sebagai masyarakat kita wajib juga berharap agar data yang disajikan itu benar-benar terukur dan valid. Saat ini, semua provinsi di Indonesia sudah resmi terpapar. NTT dan Gorontalo menjadi yang terakhir

Yang Bisa Dipelajari dari Pasien Covid-19 di NTB

#dirumahaja (Gambar: Good news from Indonesia)  Jumlah kasus positif infeksi virus corona di Indonesia terus bertambah. Sejauh ini, tercatat jumlah pasien terinfeksi Covid-19 di Indonesia telah mencapai 1.667 kasus. Dari angka tersebut, sebanyak 103 pasien dinyatakan sembuh dan 157 orang meninggal. Demikian pula di NTB. Sebagaimana laporan banyak media, per hari Rabu kemarin, 1 April 2020, tercatat sudah sebanyak 6 pasien yang telah resmi ditetapkan positif Covid-19. 5 orang dari Pulau Lombok dan 1 nya lagi dari Pulau Sumbawa. Jika dilihat dari rekam jejak para korban yang telah dinyatakan positif, sebenarnya ada banyak hikmah yang bisa diambil. Sebagai orang awam, kita bisa belajar mandiri soal Covid-19 ini. Corona Virus telah menjadi perbincangan global. Ada banyak sekali referensi soal tema ini. Mulai dari bagaimana penyebarannya, berbagai gejala yang timbul setelah kita terinfeksi, hingga kisah mereka yang berjuang untuk sembuh setelah dinyatakan positif. Proses penye