Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Siwa: Novel Mitologi Bertabur Kejutan

Siwa: Rahasia Kaum Naga, karya Amish Tripathi Mencari buku bagus tak semudah memancing di kolam yang dipenuhi ikan. Bayangkan saja saat anda pergi ke toko buku. Di sana, kita bisa mendapati begitu banyak bacaan yang terkadang tidak sesuai dengan ekspektasi. Ada begitu banyak buku yang tidak dibangun berdasar data dan riset-riset serius. Dalam sekian kali pencarian, kita tak selalu menemukan buku bagus. Namun sekali bertemu, ada rasa puas yang susah digambarkan dalam kata. Baru-baru ini, saya menemukan buku bagus karya novelis India, Amish Tripathi. Buku ini menyajikan kisah mitologi hindu yang renyah dan mengasikkan. Kesuksesan novel debutnya yakni Siwa: Kesatria Wangsa Surya, membuat penulis kelahiran 1974 itu kembali hadir dengan kisah lanjutan yang tak kalah keren. Jika Siwa: Kesatria Wangsa Surya lebih banyak membahas tentang kehadiran Sang Nilakantha sebagai juru selamat dalam ramalan kuno, kisah Siwa: Rahasia Kaum Naga hadir dengan petualangan Siwa yang dipenuhi intri

Tan Malaka yang Selalu Abadi

Buku Madilog karya Tan Malaka Beberapa waktu lalu, saya jalan-jalan ke sebuah toko buku. Di satu rak, saya menyaksikan Madilog masuk dalam daftar 100 buku yang berpengaruh dan berkontribusi terhadap gagasan kebangsaan versi majalah Tempo. Sampai kapanpun, buki ini memang selalu keren. Seorang senior yang juga alumni UNHAS pernah mengirimkannya dalam format pdf beberapa tahun lalu. Saat itu saya agak kesulitan membacanya sebab huruf-hurufnya sangat kecil, tidak jelas. Saya juga pernah berniat mencetaknya namun selalu kandas karena katong tak mengizinkan. Buku ini begitu fenomenal meski ditulis dalam segala keterbatasan. Saya membawanya kemana-mana, membacanya berulang-ulang. Memang tak mudah memahami setiap buku bertemakan filsafat. Perlu waktu  lama untuk mencerna isinya dengan baik. Dulu, Madilog pernah dilarang beredar. Bahkan ketika pemikiran penulisnya dibedah di suatu kota, banyak massa dari salah satu organisasi datang menyerbu. Mereka melarang diskusi pemikiran digel

Puisi Wiji Thukul di Hari Kemerdekaan

Wiji Thukul saat membaca puisi (foto: Wahyu Susilo) Bangsa ini semakin menua. Rambutnya keriput, tubuhnya semakin renta. Isi perutnya hendak meronta-ronta keluar sebab tak tahan digerogoti cacing tanah. Usianya sudah 72 tahun semenjak Ir Sukarno, Presiden pertama republik Indonesia membacakan teks proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, 17 Agustus, 1945 lalu. Orang-orang tengah memperingati hari kemerdekaan. Gegap gempita kegiatan digelar demi mengenang jasa para pendiri bangsa. Satu nama yang melekat di benak saya iyalah Wiji Thukul, salah seorang aktivis orde baru yang hingga kini kematiannya masih menyisahkan misteri. Wiji tak hanya seorang aktivis. Ia adalah sastrawan yang menjadikan kata-kata jauh lebih perkasa dari butiran peluru. Di era Presiden Suharto, Wiji menjadikan kata-kata lebih bertenaga. Puisi berjudul Kemerdekaan yang dibacanya beberapa tahun lalu itu adalah puisi singkat yang pernah menggedor kesewenangan rezim pada satu masa. Demi melawan pengua

Kutipan Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya Ananta Toer Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Dalam hidup kita, cuma satu yang kita punya, yaitu keberanian. Kalau tidak punya itu, lantas apa harga hidup kita ini? Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai. Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang-orang lain pandai. Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan. Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.  A mother knows what her child's gone through, even if she didn't see it herself. Kehidupan ini seimbang, Tuan. Barangs