Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Mencari Kebijaksanaan

Berani Tidak Disukai (Dokpri) Beranikah kita menjadi orang yang tidak disukai? Pertanyaan itu nampaknya sederhana, tapi saya tidak yakin jawabannya juga akan sederhana. Banyak orang yang tidak siap menjalani hidup tanpa memikirkan pandangan orang lain, termasuk saya. Banyak yang tidak siap menerima kritik, pendapat, bahkan hinaan orang lain terhadap kehidupan yang mereka jalani.  Padahal, jika kita sedikit tenang dan mengubah cara pandang, maka kritikan itu laksana obat yang menyembuhkan kita. Jika kita bisa bersikap baik-baik saja terhadap hinaan, maka sebentar lagi kita akan menjadi manusia kuat yang tahan banting dan segera mengantarkan kita ke gerbang kebahagiaan sejati.  Saya baru saja membaca buku Berani Tidak Disukai, karangan penulis Jepang Ichiro Khisimi dan Fumitake Koga. Buku ini berisi panduan, nilai-nilai, serta ajaran filsafat yang dikembangkan oleh Psikolog terkemuka Alfred Adler.  Gagasan utamanya adalah berani menjadi diri sendiri. Maksudnya, menjadi seseorang yang ber

Mengenang Bung Hatta di Tanah Kusir

Bung Hatta (Source: Historia) Andai bapak berkacamata itu masih hidup, dan diminta menggambarkan situasi bangsanya sekarang, Mohammad Hatta hanya akan perlu mengcopy ulang tulisannya puluhan tahun lalu.  " Di mana- mana orang merasa tidak puas. Pembangunan tak berjalan sebagaimana semestinya. Kemakmuran rakyat masih jauh dari cita-cita, sedangkan nilai uang makin merosot. Perkembangan demokrasi pun telantar karena percekcokan politik senantiasa. Pelaksanaan otonomi daerah terlalu lamban sehingga memicu pergolakan daerah. Tentara merasa tak puas dengan jalannya pemerintahan di tangan partai-partai. "  Hampir tidak ada yang perlu diubah dari kalimat Bung Hatta. Bahkan puluhan tahun setelah kepergiannya, kita masih belum beranjak. Yang nampak berubah hanyalah pembangun dalam bidang infrastruktur, ibarat buah, hanya kulit luarnya saja, tapi tidak dengan hal-hal mendasar yang menjadi cita-cita mulia para pendiri bangsa kita dulu.  Makam Bung Hatta dan Istri (Dokpri) Saya menziarah

Ngak Capek Bolak Balik Terus? (Catatan Perjalanan)

Dokpri  Ngak capek bolak balik terus?  Dari dulu memang banyak pertanyaan seperti ini. Yang paling sering itu datang dari para sahabat. Bagi saya sih wajar2 saja, karena memang begitulah keadaannya. Maksud saya, pekerjaannya memang begitu. Kantornya di Jakarta, dapilnya di Pulau Sumbawa.  Contohnya saja, baru kemarin pulang ke #Dapil demi mengikuti penanaman perdana demfarm bersama petani, pelepasan komoditas ekspor umbi porang bersama pak bupati, pagi-pagi tadi sebelum subuh sudah balik lagi ke Jakarta untuk mengikuti Raker dengan Pak Menteri Pertanian.  Kalau boleh jujur, saya sendiri kadang heran dengan stamina beliau ini. Bayangkan saja, penerbangan Jakarta-Lombok itu hitungannya kurang lebih 2 jam. Sampai Lombok harus terbang lagi ke Sumbawa. Itupun kalau ada jadwal penerbangan, atau kebagian tiket. Tapi kalau ngk ada, lanjut dengan perjalanan darat (sering banget kayak gini).  Nah suatu ketika saat menunggu di bandara, saya pernah nanya ke beliau: Pak de, apa ngak capek bolak bal

Kapan Nikah?

Entah kenapa, akhir akhir ini banyak sekali yang menanyakan prihal "kapan nikah" kepadaku. Mulai dari keluarga dekat, kerabat, seorang senior, teman kantor, sahabat karib, hingga teman-teman sekolah di satu group whatsapp.  Aku jadi berpikir sejak kapan pertanyaan "kapan nikah" menjadi lebih penting dibandingkan "say hello" atau sekadar bertukar kabar. Jika hidup adalah serangkaian pertanyaan yang mesti dijawab, maka pertanyaan "kapan nikah" ini adalah pertanyaan yang sesaat bisa membuatku menarik nafas panjang dan terdiam.  Dulu, saat aku masih kuliah, aku sering ditanya "kapan wisuda" setiap kali pulang kampung atau berlibur. Bagiku, pertanyaan itu normal saja, sebab dulu aku kuliah dalam rentang waktu yang agak lama jika dibanding mahasiswa lain pada umumnya.  Setelah aku menyelesaikan perkuliahan dan bekerja pada satu instansi pemerintah, pertanyaan lain kembali datang. Namun yang satu ini agak susah dijawab. Maksudku bukan susah, t