Langsung ke konten utama

Mengenang Bung Hatta di Tanah Kusir

Bung Hatta (Source: Historia)

Andai bapak berkacamata itu masih hidup, dan diminta menggambarkan situasi bangsanya sekarang, Mohammad Hatta hanya akan perlu mengcopy ulang tulisannya puluhan tahun lalu. 

"Di mana- mana orang merasa tidak puas. Pembangunan tak berjalan sebagaimana semestinya. Kemakmuran rakyat masih jauh dari cita-cita, sedangkan nilai uang makin merosot. Perkembangan demokrasi pun telantar karena percekcokan politik senantiasa. Pelaksanaan otonomi daerah terlalu lamban sehingga memicu pergolakan daerah. Tentara merasa tak puas dengan jalannya pemerintahan di tangan partai-partai.

Hampir tidak ada yang perlu diubah dari kalimat Bung Hatta. Bahkan puluhan tahun setelah kepergiannya, kita masih belum beranjak. Yang nampak berubah hanyalah pembangun dalam bidang infrastruktur, ibarat buah, hanya kulit luarnya saja, tapi tidak dengan hal-hal mendasar yang menjadi cita-cita mulia para pendiri bangsa kita dulu. 

Makam Bung Hatta dan Istri (Dokpri)

Saya menziarahi makam Bung Hatta di TPU Taman Kusir, Jakarta Selatan. Lokasinya cukup luas, dikelilingi pagar besi, dan terpisah dari kuburan lain. Wakil Presiden pertama republik itu dimakamkan berdampingan dengan sang istri, Siti Rahmiati Hatta. 

Di bagian depan, tampak bangunan menyerupai tugu Jam Gadang di Bukit Tinggi. Ssya sudah bisa menebak bahwa bangunan itu sengaja dibuat demi mengenang kota kelahiran sang prokalamator. Ada bekas taburan bunga, juga ucapan HUT RI di makam. Barangkali itu bekas peziarah yang datang saat perayaan hari kelahiran Bung Hatta 12 Agustus lalu. 

Kemerdekaan adalah hadiah terindah Bung Hatta kepada rakyat Indonesia, sekaligus kado termanis untuk dirinya sendiri. Ia bahkan pernah bersumpah bahwa tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Membaca Bung Hatta, adalah membaca sosok yang serupa mata air keteladanan bagi anak bangsa. Barangkali ia merupakan salah satu tokoh luar bisa yang pernah dilahirkan dari rahim republik ini. 

Hatta tipekal intelektual yang taat asas, disiplin, dan tenang. Ia berbeda dengan Soekarno yang meluap-luap dan berapi-api. Jika yang satunya adalah seorang solidarity maker, seorang pemimpin yang pandai menarik simpati massa dan menggerakkan mereka untuk tujuan tertentu, maka yang satunya lagi adalah seorang administrator yang ahli dalam penyelenggaraan negara.

Di zaman awal kemerdekaan republik, mereka adalah dwi tunggal yang saling melengkapi, meski kelak takdir sejarah juga mencatat keduanya mesti berpisah karena perbedaan pandangan. Di tahun 1956, Hatta memilih mundur dari kursi Wakil Presiden. 

Ziarah makam Bung Hatta (Dokpri)
Di depan makam Bung Hatta (Dokpri)

Muhammad Hatta adalah sosok negarawan ideal. Ia teguh dalam prinsip dan tak segan menarik diri jika sesuatu mulai bertentangan dengan kebenaran dan etika moral yang diyakininya. Banyak sekali kisah yang diwariskan Bung Hatta, baik dirinya sebagai tokoh pergerakan, proklamator, pimpinan politik, bahkan menjadi pejabat pemerintah. 

Menjelang akhir hayatnya, bapak penulis buku Alam Pikiran Yunani itu berwasiat jika kelak ia meninggal, ia ingin dikuburkan diantara kuburan rakyat biasa yang nasibnya ia perjuangkan seumur hidupnya. Berikut petikan surat wasiat Bung Hatta:

Apabila saya meninggal dunia, saya ingin dikuburkan di Jakarta, tempat diproklamasikan Indonesia Merdeka. Saya tidak ingin dikubur di Makam Pahlawan (Kalibata). Saya ingin dikuburkan di tempat kuburan rakyat biasa yang nasibnya saya perjuangkan seumur hidup saya.

Demikianlah Bung Hatta. Hidup dan matinya benar-benar didedikasihkan untuk bangsa dan rakyat Indonesia. Kita tidak tahu kapan lagi sosok pemimpin seperti ini bisa hadir dan mengisi ruang-ruang kepemimpinan nasional kita. Meski agak sedikit pesimis, kita harus terus berharap.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k