Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Lima Rekomendasi Tempat Liburan Tahun Baru di NTB

Pulau Bungin (Photo by: instagram/ers_ega) Tahun 2017 sebentar lagi berlalu. Perayaan Natal yang baru saja digelar, menandakan kalender tahunan siap berganti. Gegap gempita perayaan malam pergantian tahun sama-samar telah terdengar. Sejumlah hotel dan tempat hiburan pun berlomba-lomba menawarkan discount menyambut momentum ini. Yup, bagi sebagian orang, penghujung tahun tentu saja merupakan waktu yang tepat untuk segera menuntaskan dahaga liburan. Bagi saya sendiri, 2017 adalah tahun yang penuh pembelajaran. Saya belajar banyak tentang geliat industri pariwisata NTB bersama sahabat Genpi (Generasi Pesona Indonesia) Lombok Sumbawa. Saya mempelajari apa saja yang bisa berpotensi menghambat laju perkembangan sektor yang satu ini, serta bagaimana cara pemerintah mengentaskannya. Saya mencatat, arus wisatawan sempat mengalami penurunan drastis paska letusan Gunung Agung beberapa waktu lalu. Di Gili Trawangan, seorang petugas loket antrian bertutur bahwa kunjungan wisatawan sempat

Mengapa Ada Negara Kaya dan Negara Miskin?

Mengapa negara gagal? Salah satu buku ekonomi makro yang selalu menarik untuk di baca adalah Why Nations Fail, yang diterjemahkan dengan judul Mengapa Negara Gagal. Penulisnya, Daron Acemoglu dan James A. Robinson adalah dua profesor di MIT dan Harvard University yang berhasil menggabungkan berbagai sintesis ide demi membangun argumentasi atas pertanyaan mengapa ada negara yang makmur dan negara yang jatuh miskin. Terus terang, saya tak hanya menyenangi gaya penulisan buku ini yang sederhana, tetapi juga begitu kagum dengan banyaknya data, literatur, serta kajian di dalamnya. Melalui buku ini, penulis hendak membantah sejumlah teori tentang kesenjangan kemakmuran antar negara sebagaimana yang pernah dibentangkan para pemikir dunia seperti Montesquieu, Max Weber, hingga Lionel Robbins. Menurutnya, fenomena kesenjangan kemakmuran yang terjadi saat ini tidaklah disebabkan oleh faktor geografi, budaya, maupun kebodohan pemimpin. Melainkan disebabkan oleh institusi ekonomi dan pol

Titip Rindu untuk Ibu

Selamat hari ibu (Photo: islamidia.com) Hari ini, semua orang berlomba-lomba menyatakan cinta kasih kepada ibunya. Yups, hari ini, 22 Desember adalah perayaan hari ibu (The mother’s day). Entah kenapa, aku juga rindu sosok itu. Kulitnya yang kian keriput, menandakan bahwa umurnya tak muda lagi. Wajahnya yang makin berkerut tetiba hilir mudik dalam ingatanku sejak semalam. Aku rindu wanita itu. Setiap kali mengingatnya, terasa ada cairan bening yang perlahan-lahan menetes di mataku. Terus terang, aku merasa malu karena belum bisa berbuat banyak di usianya yang kian senja. Aku merasa malu, sebab belum bisa mengembangkan senyum di bibirnya. Rambutnya mulai memutih, matanya kian kusut. Namun, cinta kasihnya terus saja mengalir. Sewaktu aku lulus SMA dulu, itulah pertama kali aku melihat getir di wajahnya. Barangkali saat itu, ia tengah memikirkan bagaimana cara menyekolahkanku hingga level perguruan tinggi. Mungkin ia tak ingin pendidikanku terputus sebagaimana kakak perempuanku.

Dulu Asrama Mahasiswa, Sekarang Kandang Ayam

Ayam berlarian Semalam, seorang sahabat mengundang saya berdiskusi seputar isu kedaerahan. Tanpa banyak pertimbangan, saya pun segera memenuhi permintaannya. Diskusi ringan itu membahas beberapa persoalan. Mulai dari kabar tak sedap perihal pembatalan pembentukan Provinsi Pulau Sumbawa, hingga fenomena asrama mahasiswa Sumbawa di Mataram. Di sela-sela diskusi, sahabat itu mulai menceritakan kegelisahannya perihal nasib bangunan tua yang dulunya menjadi sentra perkumpulan ribuan mahasiswa Sumbawa di Mataram. Setelah enam tahun paska bangunan itu terbakar, tak ada respon dari pemerintah. Tak ada etikat baik untuk merenovasi bangunan itu. Atau, minimal memberikan sekretariat sementara sebagai penggantinya. Sebenarnya, sejak dulu saya sudah berusaha membuka keran komunikasi dengan pemerintah terkait permasalahan ini. Melalui salah satu paguyuban mahasiswa Sumbawa di Mataram, para sahabat aktivis juga getol menyuarakan hal serupa. Pernah kita menyurati Dewan Perwakilan Rakyat di K

Pilkada itu Lebih Kejam dari Perempuan

Ilustrasi (Photo: acehsatu.com) Di satu group facebook, orang-orang tengah berdebat tentang siapa yang lebih pantas memimpin NTB paska Tuan Guru Bajang. Mereka sama-sama memuji jagoan masing-masing. Mereka hendak mengumumkan kepada publik bahwa pasangan yang mereka usung adalah pahlawan yang sebenarnya. Di media sosial, mereka sesumbar bahwa sang calon layaknya manusia dengan trah separuh dewa yang turun dari langit, lalu berniat mengentaskan segala permasalahan di bumi sejuta sapi. Benarkah? Cuih! Entah kenapa, fenomena pemilihan kepala daerah selalu seperti ini. Sebagaimana lima tahun silam, praktik menebar kebohongan secara massal melalui pilkada kembali digelar. Mereka, yang menyebut dirinya pemimpin itu, akan kembali ‘jual kecap’ melalui tim sukses dan simpatisan demi menjelekkan kandidat lain, lalu berjanji untuk mendengarkan suara hati banyak orang. Tak percaya? Marilah kita mencermati bakal calon satu persatu. Biarpun semuanya belum mendeklarasikan diri secara resmi,

Poster Kepahlawanan Untuk Sang Tuan Guru

Kumpulan poster Di Islamic Center Mataram, saya mengunjungi stand pameran poster pahlawan nasional TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Di sana, telah dipampang tak kurang dari 59 poster beliau dengan berbagai desain serta metode pembuatan. Ada yang dibuat menggunakan aplikasi digital, ada yang menggunakan metode pasir, ada pula yang melukis sosok kharismatik itu menggunakan pensil. Sewaktu saya berbincang dengan panitia pelaksana, ternyata poster-poster itu adalah hasil karya yang dilombakan demi mengenang jasa pendiri ormas islam terbesar di NTB yang kini telah dianugerahi gelar pahlawan nasional. Di hari ulang tahun NTB, poster2 itu kemudian dipamerkan kepada para pengunjung yang berdatangan. Sebelumnya, memang telah banyak baliho-baliho berukuran besar di sepanjang jalan Kota Mataram yang menulis ucapan selamat atas gelar pahlawan yang disematkan kepada beliau. Banyak yang ikut bahagia. Sebab, gelar pahlawan nasional yang dikukuhkan Presiden Joko Widodo di Istana Negara

Menelusuri Jejak Wisatawan di Gili Trawangan

Gili Trawangan Lombok memang pantas menyandang predikat sebagai salah satu destinasi wisata terbaik di dunia. Pulau yang dinobatkan sebagai Top 10 Traveller’s Choice Destinations in Asia versi Trip Advisor pada Maret lalu ini, kian ramai menjelang pergantian tahun. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya kunjungan wisatawan yang menyasar berbagai objek wisata di Lombok. Letusan Gunung Agung Bali yang sempat menghebohkan publik beberapa waktu lalu, nyatanya tak begitu berdampak pada perkembangan pariwisata Lombok. Di gili yang kami kunjungi, aktivitas wisatawan nampak biasa-biasa saja. Tak ada yang berubah. Semua berjalan layaknya tak pernah terjadi apa-apa. *** Matahari baru saja sepenggal di atas kepala saat cahaya lembutnya membelai-belai lautan. Pantulannya menembus lautan biru yang serupa kaca hingga ke dasar. Para wisatawan yang hendak berkunjung, nampak berbaris rapi di pelabuhan sembari menunggu kapal angkutan. Kami menaiki perahu kecil yang meluncur menuju Gil