Langsung ke konten utama

Titip Rindu untuk Ibu

Selamat hari ibu (Photo: islamidia.com)

Hari ini, semua orang berlomba-lomba menyatakan cinta kasih kepada ibunya. Yups, hari ini, 22 Desember adalah perayaan hari ibu (The mother’s day). Entah kenapa, aku juga rindu sosok itu. Kulitnya yang kian keriput, menandakan bahwa umurnya tak muda lagi. Wajahnya yang makin berkerut tetiba hilir mudik dalam ingatanku sejak semalam.

Aku rindu wanita itu. Setiap kali mengingatnya, terasa ada cairan bening yang perlahan-lahan menetes di mataku. Terus terang, aku merasa malu karena belum bisa berbuat banyak di usianya yang kian senja. Aku merasa malu, sebab belum bisa mengembangkan senyum di bibirnya. Rambutnya mulai memutih, matanya kian kusut. Namun, cinta kasihnya terus saja mengalir.

Sewaktu aku lulus SMA dulu, itulah pertama kali aku melihat getir di wajahnya. Barangkali saat itu, ia tengah memikirkan bagaimana cara menyekolahkanku hingga level perguruan tinggi. Mungkin ia tak ingin pendidikanku terputus sebagaimana kakak perempuanku.

Sebagai putra satu-satunya, aku sangat menghargai harapan ibuku yang setinggi gunung. Suatu hari, ia pernah berpesan, kelak jika dirinya telah tiada, aku harus mampu menyekolahkan adikku yang sekarang duduk di bangku SMP. Tiap kali mengingat kalimat itu, batinku selalu basah.

Akhir-akhir ini, aku benar-benar sedang susah dan tak punya duit. Aku tahu betul kalau ibu juga sedang kesusahan di kampung halaman, karena kami memang berasal dari keluarga sederhana. Ibuku hanyalah seorang petani dengan lahan seadanya, serta ayahku hanyalah seorang nelayan yang hari-harinya lebih banyak bergantung pada lautan.

Tiap hari aku selalu berusaha menahan diri untuk tidak menelfonnya. Aku tak mau setiap masalahku di perantauan, harus menjejali pikiran wanita itu. Tapi anehnya, ia selalu tahu kalau aku lagi susah. Ia lantas menelfonku, lalu menawari bantuan yang serupa mukjizat yang turun dari langit. Ah, dia memang serupa malaikat penolong.

Ibuku adalah cahaya yang menyala-nyala dalam jiwaku. Ia adalah api yang membakar semangat untuk terus menjalani hidup. Bagiku, ia adalah segalanya. Ia adalah sosok yang dikirimi tuhan kepadaku demi memahami apa yang disebut banyak orang sebagai cinta. Aku meyakini bahwa setiap ibu, adalah wujud dari cinta itu sendiri.

Kini, dalam bentangan jarak, aku kian kerdil setiap kali mengingat ibu. Di sini, aku masih saja tak berdaya serta belum bisa berbuat banyak untuk menuntaskan dahaga kebahagiaan di hatinya. Sekarang, aku hanya bisa berujar lirih sembari berharap kepada sang ilahi agar memberiku kemudahan untuk membalas jasa-jasanya kelak.

Selamat hari ibu.

Mataram, 22 Desember 2017, di hari ibu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k