![]() |
Kumpulan poster |
Di Islamic Center Mataram, saya mengunjungi stand pameran poster pahlawan nasional TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Di sana, telah dipampang tak kurang dari 59 poster beliau dengan berbagai desain serta metode pembuatan. Ada yang dibuat menggunakan aplikasi digital, ada yang menggunakan metode pasir, ada pula yang melukis sosok kharismatik itu menggunakan pensil.
Sewaktu saya berbincang dengan panitia pelaksana, ternyata poster-poster itu adalah hasil karya yang dilombakan demi mengenang jasa pendiri ormas islam terbesar di NTB yang kini telah dianugerahi gelar pahlawan nasional. Di hari ulang tahun NTB, poster2 itu kemudian dipamerkan kepada para pengunjung yang berdatangan.
Sebelumnya, memang telah banyak baliho-baliho berukuran besar di sepanjang jalan Kota Mataram yang menulis ucapan selamat atas gelar pahlawan yang disematkan kepada beliau. Banyak yang ikut bahagia. Sebab, gelar pahlawan nasional yang dikukuhkan Presiden Joko Widodo di Istana Negara untuk Syekh Zainuddin menjadi gelar yang pertama bagi masyarakat NTB.
Namun, baru kali ini saya menyaksikan semangat kebahagiaan itu diaktualisasikan melalui lomba mendesain poster. Setidaknya, dengan melihat semua karya itu, saya belajar tentang cara-cara sederhana untuk menghargai jasa pahlawan. Tidak dengan sekadar memberi ucapan selamat.
Banyaknya orang berfoto serta pengunjung yang datang menunjukkan betapa hebatnya kekuatan sebuah ide atau kreativitas. Bahkan, seroang panitia bertutur bahwa ada pengunjung yang ingin membeli salah satu poster hingga 10 juta rupiah. What???
![]() |
Bersama Adi Pranajaya |
Pada kesempatan yang sama, saya juga bersua dengan Ketua Sinematik Perfilman Indonesia, Adi Pranajaya. Beliau adalah putra asli Sumbawa yang berhasil menjangkau langit-langit Ibukota dengan segudang prestasi mentereng. Hebatnya, pria yang namanya tak asing lagi di telinga para artis itu sengaja didatangkan untuk menjadi juri pada kegiatan ini.
Bagi saya, ide membuat poster pahlawan bukanlah sesuatu yang baru. Hal itu tentu dengan mudah kita jumpai di banyak kota besar di Indonesia. Akan tetapi keberanian untuk menampilkannya di NTB adalah strategi kreatif untuk mengundang simpati banyak orang.
Ah, seandainya diizinkan, sayapun ingin membawa pulang poster itu. Saya ingin memajangnya di dinding kamar sehingga bisa saya pandangi setiap hari. Saya juga ingin sosok putra daerah yang dulunya dikenal sebagai ulama, pejuang, serta penggagas pendidikan itu menyaksikan hari-hari saya yang tak jua menyenangkan.
Mataram, 17 Desember 2017
Syekh Zainuddin, saya baru tahu wajah/sosok pahlawan lewat poster tersebut. Kira-kira itu poster boleh diduplikat kagak ya? Harganya sampai begitu fantastis juga ya?
BalasHapusitu karena karya seni mas... wajar kalau harganya tinggi. walau kadang beberapa orang menganggap gak masuk akal, tapi begitu kenyataannya. saya ingat lukisan joko pekik yang judulnya celeng. dibeli sama mirota batik 1 milyar. padahal kalau dilihat sama mata kepala kita yang awam, pasti keluar kata-kata... "kok lukisan begini sampai 1 milyar. tapi itulah karya seni... gak ada batasan harga
Hapuslayak kalau poster itu harganya mahal sampai 10 juta mas. yang jelas itu hasil karya dan merupakan gambar tokoh pahlawan nasional yang banyak jasanya.
BalasHapus