Langsung ke konten utama

Lima Rekomendasi Tempat Liburan Tahun Baru di NTB

Pulau Bungin (Photo by: instagram/ers_ega)

Tahun 2017 sebentar lagi berlalu. Perayaan Natal yang baru saja digelar, menandakan kalender tahunan siap berganti. Gegap gempita perayaan malam pergantian tahun sama-samar telah terdengar. Sejumlah hotel dan tempat hiburan pun berlomba-lomba menawarkan discount menyambut momentum ini. Yup, bagi sebagian orang, penghujung tahun tentu saja merupakan waktu yang tepat untuk segera menuntaskan dahaga liburan.

Bagi saya sendiri, 2017 adalah tahun yang penuh pembelajaran. Saya belajar banyak tentang geliat industri pariwisata NTB bersama sahabat Genpi (Generasi Pesona Indonesia) Lombok Sumbawa. Saya mempelajari apa saja yang bisa berpotensi menghambat laju perkembangan sektor yang satu ini, serta bagaimana cara pemerintah mengentaskannya.

Saya mencatat, arus wisatawan sempat mengalami penurunan drastis paska letusan Gunung Agung beberapa waktu lalu. Di Gili Trawangan, seorang petugas loket antrian bertutur bahwa kunjungan wisatawan sempat menurun dari yang sebelumnya mencapai angka rata-rata 1.500 orang per harinya, menjadi 600 orang sejak letusan itu. Namun, perlahan keadaan berangsur normal menjelang pergantian tahun.

Di Lombok, sejumlah tempat penginapan seperti hotel, villa, bungalow, hingga pusat perbelanjaan telah siap menyambut arus wisatawan dari jauh-jauh hari. Mereka tahu betul, bahwa Pulau Seribu Masjid merupakan salah satu tempat favorite bagi pelancong setelah Jogja dan Bali. Belakangan, Lombok tampil dengan predikat pariwisata halal dunia, yang lalu melambungkan namanya.

Nah, sudahkah anda merencanakan liburan di akhir tahun? Daerah manakah yang hendak anda kunjungi? Tulisan ini akan sedikit mengulas beberapa rekomendasi wisata pulau di NTB, untuk anda yang tengah merencanakan liburan akhir tahun.

1. Gili Kedis, Lombok


Gili Kedis (Photo by: instagram/tubagussedo)

Di bandingkan dengan Gili Trawangan, Gili Meno, ataupun Gili Air, pulau mungil yang satu ini mungkin tak seberapa populer. Luasnya yang tak lebih besar dari lapangan bola, membuat masyarakat setempat sering menyebut Gili Kedis sebagai Pulau Burung Pipit. Gili ini ditumbuhi beberapa tanaman peneduh, serta memiliki panorama alam yang masih alami. Pasirnya begitu putih, dengan formasi batu karang terbelah yang membentuk kanal.

Gili Kedis mengingatkan saya pada film Cast Away yang berkisah tentang seorang pria yang terdampar di sebuah pulau kecil seorang diri. Suasananya yang teduh dan romantis, membut Gili yang berada di kawasan Sekotong Tengah, Kabupaten Lombok Barat ini sering dijuliki sebagai Honeymoon Island.

Untuk mengunjungi Gili Kedis, kita harus berkendara dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam dari pusat Kota Mataram atau dari Bandara Internasional Lombok, ke Pelabuhan Tawun. Dari sana, barulah kita melakukan penyebrangan dengan perahu seharga kurang lebih seratus ribu rupiah. Alternatif lainnya adalah, dengan cara menyewa perahu dari perkampungan nelayan di samping Pelabuhan Lembar dengan harga yang hampir sama.

2. Pulau Kenawa, Sumbawa Barat


Pulau Kenawa (Photo by: instagram/chantcute)

Beranjak ke Pulau Sumbawa, saya menetapkan Pulau Kenawa sebagai rekomendasi wisata akhir tahun. Setidaknya, ada beberapa hal yang mendasari mengapa pulau ini wajib dikunjungi.

Pertama, mereka yang berkunjung bisa menikmati indahnya alam perbukitan. Tepat di tengah pulau ini, terdapat bukit yang agak tinggi. Dari atas sana, kita bisa leluasa melihat keindahan Kenawa secara keseluruhan.

Kedua, layaknya di banyak pulau lain, Kenawa juga memiliki pantai berpasir putih. Kita bisa berjemur ala turis, sembari mengamati laut biru yang membentang. Ketiga, pulau yang masuk ke dalam wilayah administrasi Kabupaten Sumbawa Barat ini terkenal dengan padang rumput savana. Di musim hujan, padang rumput ini akan terlihat hijau segar, serta cokelat nan eksotis saat musim kemarau.

Keempat, pesona bawah laut Pulau Kenawa sangat cocok bagi pecinta snorkeling atau pun free diving. Kelima, pulau ini ramah bagi wisata keluarga (family traveller).

Di sini juga telah disediakan beberapa fasilitas umum seperti gazebo dan toilet. Keenam, Kenawa sangat layak dijadikan lokasi camping. Tak sedikit wisatawan yang memilih bermalam di tempat ini. Sebab, sunset berikut sunrise yang ditawarkan, juga sangat pantas untuk diabadikan.

Pulau Kenawa hanya berjarak sepeminuman teh dari Pulabuhan Poto Tano, Sumbawa. Dari sana, kita bisa menyewa perahu milik nelayan dengan waktu tempuh sekitar 20 menit. Anda akan mendapatkan paket komplit saat mengisi liburan tahun baru di tempat ini.

3. Gili Meriam Besar, Sumbawa

Gili Meriam Besar (Photo by: instagram/zambavaadventure)

Bagi mereka yang hendak mencari tempat indah, tenang, dan terasing, mungkin Gili Meriam bisa menjadi pilihan. Gili ini merupakan satu dari sekian banyak gugusan pulau yang mengelilingi kawasan Teluk Saleh, Sumbawa. Berbanding terbalik dengan namanya, gili ini tak seberapa luas. Bahkan, hanya ada beberapa pohon yang tumbuh disekitarnya. Namun menyoal keindahan, Gili Meriam tak perlu diragukan.

Saya merekomendasikan tempat ini, sebab benar-benar masih belum terjamah. Tak banyak wisatawan yang pernah ke sana. Entah karena keterbatasan informasi, atau tidak adanya fasilitas penunjang di kawasan itu. Di mata saya, Gili Meriam Besar termasuk destinasi wisata yang anti mainstream.

Letaknya tak begitu jauh dari daerah asal saya, yakni Kecamatan Ampang, Kabupaten Sumbawa. Untuk menyebrang, kita bisa menyewa perahu nelayan dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Tak ada tarif khusus yang harus dibayar, mengingat proses penyebrangan tak begitu intensif. Biaya yang harus dikeluarkan tergantung pada bagaimana cara negosiasi dengan masyarakat setempat.

Gili Meriam Besar menyajikan satu pemandangan pulau yang eksotis. Di satu sisi pulau, terdapat tanjung yang menjorok ke arah lautan. Bentuknya persis seperti moncong meriam. Saya menduga, dari sanalah asal muasal penamaan tempat ini. Satu hal yang perlu diingat saat berkunjung adalah, bawalah bekal pribadi secukupnya, sebab tak ada warung yang dapat dijangkau di sekitar pulau.

4. Pulau Satonda, Dompu

Pulau Satonda (Photo by: instagram/andrescarretero)

Satonda merupakan destinasi wisata yang telah lama menjadi buah bibir para traveler dan fotografer dunia. Yang membuat pulau ini sedemikian terkenal adalah, danau air asin yang terletak persis di tengahnya.

Dahulu, seorang ilmuwan Eropa, Stephan Kempe dan Josef Kazmierczak pernah meneliti Danau Satonda yakni pada tahun 1984, 1989 dan 1996. Hasil penelitian mereka menyebutkan, Danau Satonda adalah fenomena langka disebabkan airnya yang asin memiliki tingkat kebasaan (alkalinitas) sangat tinggi dibandingkan air laut umumnya.

Konon, danau purba di Pulau Satonda itu terbentuk dari letusan Gunung Satonda beribu-ribu tahun lalu. Diperkirakan, gunung api Satonda berumur lebih tua dari Gunung Tambora, atau tumbuh bersamaan dengan beberapa gunung api parasit yang tersebar di sekeliling Tambora.

Danau yang terbentuk di kawah Satonda dulunya terisi air tawar. Letusan Gunung Tambora yang mengakibatkan tsunami mengantar air laut mengisi kawah tersebut dan mengubahnya menjadi danau air asin hingga saat ini.

Tak hanya itu, Pulau Satonda juga menyimpan kekayaan terumbu karang di perairan sekitarnya. Hal ini membuat pulau yang telah ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Laut pada 1999 ini, menjadi salah satu spot favorite bagi para penyelam.

Bagi anda yang ingin berkunjung, Pulau Satonda bisa ditempuh dengan waktu lebih kurang selama 4 jam dari Kabupaten Dompu. Selanjutnya untuk menuju pulau, kita dapat menggunakan perahu cadik bermotor dari desa terdekat, yaitu Desa Nangamiro dengan tarif berkisar dua puluh lima ribu rupiah per orangnya.

5. Pulau Kelapa, Bima

Gili Kelapa (Photo by: instagram/ama_bibu)

Takhir adalah Pulau Kelapa. Pulau yang satu ini merupakan pulau terluar dari Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat, yakni berada di Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima, dan berbatasan lansung dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk mencapai pulau ini, kita harus melintasi perairan Selat Sape menggunakan motorboat, dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 2 jam.

Keindahan pulau ini memang tak terbantahkan. Yang membuatnya sedemikian menarik adalah, pulau-pulau kecil berbatu yang nampak di depannya. Sepintas, bentuknya serupa Raja Ampat di Papua.

Sama halnya dengan Kenawa, Pulau Kelapa juga memiliki perbukitan savana yang indah. Kita membutuhkan waktu tak kurang dari satu jam pendakian untuk sampai di puncak bukit.

Di sini, masih berdiri tegak beberapa bangunan kecil serta bekas kantor peninggalan masa kolonial. Bangunannya terbuat dari kayu yang sangat kuat dan masih terawat dengan rapi, meskipun tak lagi digunakan.

Sejenak mengamati sekeliling, yang tersaji adalah sekelebat pemandangan laut yang serupa permadani biru. Dari atas bukit ini pula, kita juga bisa melihat Pulau Komodo di seberang lautan sana.

***

Saya hanya mencatat beberapa destinasi pulau sebagai rekomendasi liburan di akhir tahun. NTB tentu masih menyimpan keindahan lain yang serupa serpihan surga. Sayangnya, tak banyak publikasi serta ulasan perihal berbagai objek wisata, khususnya di Pulau Sumbawa yang menyentuh telinga luar. Tempat-tempat indah itu justru saya temukan saat berselancar di instagram.

Saya menduga, tak semua orang mau mengabadikan perjalanan mereka melalui tulisan. Tak semua orang mau berpayah berpayah mencatat, lalu mengabarkan keadaan satu tempat kepada orang lain.

Mereka lebih memilih media sosial seperti facebook dan instagram sebagai medium interaksi. Padahal, yang tak selalu bisa dilakukan selain dengan menulis adalah, kita leluasa menceritakan sesuatu dari banyak sisi, objektif, dan lebih terperinci.

Mataram, 28 Desember 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k