Langsung ke konten utama

Ngak Capek Bolak Balik Terus? (Catatan Perjalanan)

Dokpri

 Ngak capek bolak balik terus? 

Dari dulu memang banyak pertanyaan seperti ini. Yang paling sering itu datang dari para sahabat. Bagi saya sih wajar2 saja, karena memang begitulah keadaannya. Maksud saya, pekerjaannya memang begitu. Kantornya di Jakarta, dapilnya di Pulau Sumbawa. 

Contohnya saja, baru kemarin pulang ke #Dapil demi mengikuti penanaman perdana demfarm bersama petani, pelepasan komoditas ekspor umbi porang bersama pak bupati, pagi-pagi tadi sebelum subuh sudah balik lagi ke Jakarta untuk mengikuti Raker dengan Pak Menteri Pertanian. 

Kalau boleh jujur, saya sendiri kadang heran dengan stamina beliau ini. Bayangkan saja, penerbangan Jakarta-Lombok itu hitungannya kurang lebih 2 jam. Sampai Lombok harus terbang lagi ke Sumbawa. Itupun kalau ada jadwal penerbangan, atau kebagian tiket. Tapi kalau ngk ada, lanjut dengan perjalanan darat (sering banget kayak gini). 

Nah suatu ketika saat menunggu di bandara, saya pernah nanya ke beliau: Pak de, apa ngak capek bolak balik terus? Saya aja yang itungannya masih bujang begini suka sakit pinggang. Kadang sampai drop kalau lagi padat-padatnya. Ada jamu khusus kah? wkwkwk. 

Seingat saya, waktu itu kurang lebih beliau jawab seperti ini: Capek wong. Mana mungkin ngak capek. Tapi, supaya capeknya tidak sia2, maka segala sesuatunya itu harus kita niatkan sebagai ibadah. Kalau ukurannya sudah soal ibadah, maka kita akan terpacu untuk selalu bersemangat mengerjakannya. 

Saya manggut-manggut aja dengarnya. Pantas sering sekali saya lihat pas lagi di mobil atau di pesawat, beliau itu kalau tidur pulas banget, kayak orang minum antimo 4 butir sekali teguk gitu lah. Ternyata, beliau juga kecapean. Sama seperti kita. 


Barangkali itulah sedikit di antara banyak sekali alasan mengapa saya sangat bersyukur karena bisa membersamai beliau ini. Saya jadi belajar banyak hal. Mulai dari hal2 sederhana soal kebiasaan bangun subuh, bahkan sampai yang besar sekalipun. Dan, yang paling utama sekali adalah soal ibadah dan tanggung jawab. 


Sehat terus pak de, semoga segala sesuatu yang bapak kerjakan bernilai ibadah di mata Allah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k