Langsung ke konten utama

Siwa: Novel Mitologi Bertabur Kejutan

Siwa: Rahasia Kaum Naga, karya Amish Tripathi

Mencari buku bagus tak semudah memancing di kolam yang dipenuhi ikan. Bayangkan saja saat anda pergi ke toko buku. Di sana, kita bisa mendapati begitu banyak bacaan yang terkadang tidak sesuai dengan ekspektasi. Ada begitu banyak buku yang tidak dibangun berdasar data dan riset-riset serius. Dalam sekian kali pencarian, kita tak selalu menemukan buku bagus. Namun sekali bertemu, ada rasa puas yang susah digambarkan dalam kata.

Baru-baru ini, saya menemukan buku bagus karya novelis India, Amish Tripathi. Buku ini menyajikan kisah mitologi hindu yang renyah dan mengasikkan. Kesuksesan novel debutnya yakni Siwa: Kesatria Wangsa Surya, membuat penulis kelahiran 1974 itu kembali hadir dengan kisah lanjutan yang tak kalah keren.

Jika Siwa: Kesatria Wangsa Surya lebih banyak membahas tentang kehadiran Sang Nilakantha sebagai juru selamat dalam ramalan kuno, kisah Siwa: Rahasia Kaum Naga hadir dengan petualangan Siwa yang dipenuhi intrik, bertabur kejutan serta mampu mengaduk-aduk emosi.

Dalam novel terbarunya, Amish menyajikan kisah petualang Batara Siwa yang hendak menumpas kejahatan. Ia menyusuri daratan India kuno demi menemukan negeri kaum naga yang telah merenggut sahabatnya dan tengah mengintai istrinya. Pada saat yang sama, sang mahadewa juga bertemu banyak orang yang kelak menuntunnya menyingkapi sebuah tabir kelam wangsa surya di masa silam. Ia tak menduga bahwa kaum naga yang sangat dibencinya itu, ternyata memiliki hubungan erat dengan orang-orang terdekatnya.

Ada bagian yang membuat saya terdiam. Yakni ketika Sati, istri Mahadewa Siwa bertemu dengan seekor naga perempuan yang juga saudari raja Athithigwa, lalu berdebat tentang aturan-aturan Sri Rama yang menurutnya tidak adil bagi kaum naga. Selama ribuan tahun, kaum naga telah dikucilkan. Mereka terpaksa berpisah dengan keluarga hanya karena terlahir cacat dan mengerikan. Mereka merasa bahwa seperangkat aturan hanya dibuat untuk setiap orang yang terlahir sempurna.

Sati hanya bisa terdiam sebab menyadari bahwa yang dikatakan oleh seekor naga adalah kenyataan yang tak bisa dibantah. Ia memahami bagaimana perasaan kaum naga yang selalu di cap jahat oleh setiap orang hanya karena bentuk tubuh mereka yang mengerikan. Sati menyadari bahwa tidak akan mudah bagi siapapun untuk menjalani kehidupan seperti mereka. Ia pun berjanji kepada raja Athithigwa bahwa tak akan menceritakan rahasia sang raja yang memiliki saudari seekor naga kepada siapapun.

Bagian lain yang tak kalah mengejutkan adalah saat Siwa bertemu Parasurama, seorang pemimpin penyamun yang bersembunyi di hutan belantara sungai Madhumati. Parasurama berkisah tentang kaum naga yang hanya berperang demi membela kaum tertindas. Siwa terperanjat. Bukankah kaum naga adalah pangkal dari segala kejahatan? Mengapa pula mereka membela kaum tertindas? Bukankah hal semacam itu hanya dilakukan oleh kesatria seperti dirinya? Pengakuan Parasurama membuat Siwa kian penasaran. Apa sebenarnya makna kejahatan?

Siwa: Kesatria Wangsa Surya

Tentu saja masih banyak kejutan lain dalam novel ini yang tak bisa saya jelaskan secara terperinci. Setiap kisah laksana kabut gelap yang hendak disibakkan secara perlahan melalui serentetan peristiwa yang tak terduga.

Sesaat, Amish terlihat begitu pandai mengayun-ayun imajinasi pembaca. Ia juga menyelipkan ujaran-ujaran filsafat yang mendalam pada karya-karyanya. Baginya, kejahatan dan kebaikan ibarat dua sisi mata uang. Keduanya senantiasa berjalan selaras. Semua hal butuh penyeimbang. Sisi lelaki membutuhkan sisi perempuan. Demikian pula kekuatan membutuhkan beban.

Sebagai novelis, ia serupa Jostein Gaarder yang mampu merangkum tema-tema besar dan filosofis dalam kalimat-kalimat sederhana. Ia pandai memainkan ritme, menjebak pembaca pada satu perasaan terhadap situasi. Di setiap bagian, selalu terselip kemungkinan-kemungkin yang mampu memancing rasa penasaran hingga akhir. Tak heran jika novel pertamanya lansung menjadi best seller international.

Amish Tripathi merupakan satu dari sekian banyak penulis yang mampu melahirkan karya-karya besar dan dilirik banyak pembaca. Salah satu kekuatan penulis terletak pada seberapa banyak orang yang memburu karya mereka, berapa banyak hati yang tergugah serta berapa banyak pikiran yang melayang-layang ketika membaca karya itu.

Pada akhirnya, mereka yang menyukai sejarah, filsafat dan mitologi pasti antusias menikmati jengkal demi jengkal petualangan Siwa dalam novel ini. Namun saran saya, bacalah dari seri pertama agar lebih memahami penokohan serta alur ceritanya secara lengkap.

Dugaan saya, Amish tengah mempersiapkan kisah lanjutan dari novel ini. Sebab pada seri kedua, ada beberapa bagian yang masih terasa ganjil. Saya masih penasaran dengan Bhrigu, sosoknnya masih setengah misterius. Mengapa resih itu meminta imbalan atas bantuannya terhadap Dilippa? Lalu siapa pula dalang di balik serangan yang menimpa kelompok Siwa saat hendak mencapai negeri kaum naga?

Ah, tak sabar menanti seri berikutnya.

Mataram, 28 Agustus 2017

Komentar

  1. ah mau baca mau baca
    aku dulu suka lihat mahadewa
    paling seneng cerita pas Siwa marah2 karena ulahnya Prajapati Daksa

    BalasHapus
  2. kisah tentang dewa siwa emang sangat menarik untuk dibaca hingga tuntas, apalagi jika kemudian banyak kejutannya, pasti tak bilang WOW...WOW....WOW

    BalasHapus
  3. wah ini genre novel yg belum pernah kubaca, aku lebih suka novel setting jaman sekarang hehe tapi menarik juga ceritanya :D

    BalasHapus
  4. Wow....ada kisah lain tentang Siwa...selama ini yang saya tau Wisnu yang banyak diceritakan karena ia reinkarnasi pada beberapa zaman....sebagai Sri Rama, Basudewa Krisna ....., buku ini sepertinya bakal menambah preferensi saya tentang Siwa

    BalasHapus
  5. Jujur, saya kurang begitu berminat membaca buku novel, mungkin efek 'mata orang tua' yang sudah kurang daya sensitifitasnya jadi cepat lelah kalau membaca terlalu lama. Btw, saya kasih apresiasi cukup mendalam buat mas Imron Fathoni yang konsisten mengetengahkan cerita novel ke dalam formayt blog.

    BalasHapus
  6. Buku yang hebat, yang pasti pengarang buku ini memiliki intuisi yang bagus.

    Siapa tahu pencipta buku tersebut masih keturunan dewa sama seperti saya..😂

    BalasHapus
  7. Novel ini sebagai sindiran budaya dan adat, yang dengan mudahnya mengucilkan seseorang hanya karena dianggap kurang sempurna.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masin Si Pedas Dari Timur Sumbawa

Indonesia di kenal sebagai negara dengan ragam kuliner yang melimpah. Hampir di setiap sudut negeri ini ada saja peganan masyarakat yang memikat lidah. Ada dodol di Garut, Rendang di Padang hingga Ayam Bakar Taliwang yang bisa anda jumpai di Lombok. Namun di balik tumpah ruah kuliner yang beraneka ragam, ada cerita tentang perjuangan masyarakat lokal dalam mematenkan kuliner dari daerahnya masing-masing. Hingga kuliner tersebut mampu menjadi branding daerah serta menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Jika di tempat lain pelbagai kuliner terlihat berupa jejajan ataupun makanan khas daerah, di Sumbawa terdapat jenis kuliner yang tidak biasa. Namanya Masin, bentuknya serupa sambal dan terbuat dari udang-udang kecil. Masin adalah menu yang wajib hadir di setiap hidangan masyarakat lokal Sumbawa. Masin yang bentuknya serupa sambal ini memiliki citarasa pedas yang menantang lidah. Masin ini pertama kali di populerkan oleh masyarakat Kecamatan Empang, Kabupaten Sumbawa. Mereka beru...

Selapis Hikmah di Balik Konflik Etnis di Sumbawa

Konflik Sumbawa 2013 Setiap daerah tak hanya menyimpan kisah tentang kemajuan dan kemunduran, tapi juga menjadi rahim dari begitu banyak kisah yang dibuat oleh manusia-manusia yang berjejalan di dalamnya. Melalui kisah itu, kita bisa bercermin dan menemukan banyak pesan dan hikmah yang selalu bisa diserap untuk kehidupan mendatang. Sumbawa adalah titik balik dalam kehidupan saya. Beberapa tahun silam, saya selalu menjalani hidup dengan memakai sudut pandang sebagai korban. Suku Samawa yang mendiami Kabupaten Sumbawa adalah etnis yang begitu toleran. Mereka berbaur dengan banyak etnis lain secara terbuka dan penuh toleransi. Mbojo, Sasak, Bugis hingga Jawa. Tapi belakangan, tiba-tiba suku Bali datang mengganggu. Suku Samawa selalu dizalimi. Jadi wajar saja jika kami melawan balik untuk mempertahankan diri. Wajar saja kalau kami membalas. Saya selalu yakin bahwa setiap saat suku Samawa diusik dan diganggu, maka ketika ada kesempatan mereka harus mengusik balik, membalas. Say...

IKPPM dan Bagaimana Peranan Pemuda Dalam Masyarakat

IKPPM ( Ikatan Keluarga Pemuda Pelajar dan Mahasiswa ) merupakan organisasi paguyuban dari tiap-tiap kecamatan sekabupaten sumbawa dibawah naungan FKPPMS ( Forum Komunikasi Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Samawa-mataram ) IKPPM merupakan sayap yang sempurna dalam hal mengembangkan potensi diri mahasiswa mengingat elemen masyarakat yang satu ini bebas dari kepentingan apapun. Tidak jarang juga jebolan-jebolan dari ikppm dapat berkiprah dengan baik di FKPPMS dan mampu bersaing ditingkat regional maupun nasional. Mengingat pentingnya peranan pemuda dalam kehidupan bermasyarkat ikppm merupakan refresentatif masyarakat dan diharapkan mampu secara terus-menerus melahirkan generasi-generasi yang nantinya akan menjadi pilar-pilar tangguh yang akan terus membangun dan ikut berpartisipasi dalam hal pembangunan daerah. IKPPM adalah organisasi struktural yang mewakili setiap kecamatan sekabupaten sumbawa, secara formal ataupun non formal setiap mahasiswa akan tergabung dalam organisasi ini sesu...