![]() |
Karantina wilayah |
Pak Jokowi, ayo segera ambil tindakan. Sudah tembus 1000 lebih kasus dan 102 orang meninggal. Kalau amat keberatan dengan istilah #lockdown, maka ganti saja dengan #karantinawilayah. Jangan terlambat pak. Jangan mengulang kesalahan yang dilakukan Trump di Amerika sana.
Kalau hanya soal pertimbangan karakter, budaya, dan tingkat kedisiplinan masyarakat seperti yang disampaikan tempo hari, Malaysia juga tak jauh beda dengan kita. Tapi toh mereka sudah lockdown dan melakukan tes Covid-19 secara gratis.
Kalau pertimbangannya soal jumlah penduduk, maka India punya 1,3 milyar juta jiwa. Mereka lockdown selama 21 hari. Jangan pula berdalih soal ekonomi. Kita semua juga sudah tahu. Bahkan kebijakan #socialdistancing juga berdampak besar pada ekonomi kita.
Gelombang PHK mulai terjadi dengan sendirinya. Ekonomi lesu. Sebentar lagi para pekerja akan mudik karena setidaknya di desa, mereka bisa dapat makan. Ada keluarga dan kerabat di sana. Mereka bisa andalkan sumber-sumber pangan lokal untuk bertahan.
Lalu tunggu apa lagi?
Apa yang dilakukan Walikota Tegal dan Gubernur Papua adalah bukti gagapnya komunikasi dan koordinasi pemerintah dalam hadapi virus ini. Masyarakat jadi kehilangan arah. Lebih baik ambil tindakan sendiri-sendiri meski bisa saja salah, ketimbang menyerahkan nasib kepada otoritas yang tidak kompeten.
Tapi kalau kita berani lakukan karantina wilayah, kita bisa memutus rantai penyebaran. Tenaga medis tidak bakal kewalahan dan stock APD yang ada juga bisa mencukupi untuk penanganan. Daerah-daerah yang memang tidak terpapar dari awal akan tetap aman.
Bayangkan saja setiap hari jumlah kasus terus bertambah. Tes massif belum pernah dilakukan. Penyebaran ke daerah-daerah semakin meluas. Dan yang lebih parah tingkat kematian belum juga turun.
Siapa yang bisa jamin kalau besok-besok penyebaran virus ini tidak massif di wilayah timur? Dengan segala keterbatasan APD dan tenaga medis, jangkauan wilayah, serta tingkat kesadaran masyarakat yang masih minim, besar kemungkinan akan terjadi lonjakan kasus yang tinggi dan signifikan.
Segala kemungkinan bisa saja terjadi. Kita tidak benar-benar tahu berapa sebenarnya jumlah kasus Covid-19 di Indonesia dan kapan puncaknya. #Dirumahsaja tak lagi mempan. Maka bergegaslah ambil tindakan.