Langsung ke konten utama

Gagal Melengserkan Kiki

Riezky Aprilia, Kader PDIP (Gambar: Tribunnews)

Semalam, ILC kembali membahas tema yang sedang viral dalam beberapa pekan terakhir. Lagi-lagi soal OTT. Sebagaimana diketahui, awal tahun ini publik dikejutkan dengan aksi OTT komisioner KPU, Wahyu Setiawan oleh KPK.

Wahyu tak berkutik saat petugas KPK meringkusnya pada Rabu, 8 Januari lalu. Ia diduga meminta duit Rp 900 juta untuk meloloskan Harun Masiku, calon legislator PDIP dari daerah pemilihan Sumatera Selatan I yang gagal terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

Suap itu nantinya hendak digunakan untuk mempermulus pelengseran Riezky Aprilia, Anggota DPR RI yang telah dilantik melalui mekanisme pergantian antar waktu di KPU. Riezky adalah peraih suara terbanyak kedua setelah Nazaruddin Kiemas.

Dalam UU Nomor 7 tahun 2017 tentang pemilu dijelaskan, caleg yang meninggal dunia diganti oleh calon dengan perolehan suara kedua terbanyak dari partai dan daerah pemilihan yang sama.

Saya tertarik setelah membaca beberapa fakta kasus ini. Pertama, sebagaimana yang disampaikan Buya Karni Ilyas malam tadi, dimana logikanya, yang menyuap baru pegang 1 dari 7 orang KPU, sudah mempercayakan uang segitu banyak pada oknum WS?

Saya sempat berdiskusi dengan salah satu komisioner KPU daerah beberapa waktu lalu. Ia menyebut bahwa KPU tidak punya wewenang untuk mengintervensi hasil pemilu. KPU hanya menetapkan sesuai hasil perolehan suara. Kasus ini memang agak tidak masuk akal katanya.

Kedua, soal perolehan suara. Nazar merupakan adik ipar ketua partai berlambang banteng, Megawati Soekarnoputri. Ia adalah adik kandung dari Taufik Kiemas. Nazar wafat dua pekan sebelum hari pencoblosan berlangsung. Meski demikian, ia tetap mendapatkan perolehan suara tertinggi.

Ketiga, soal pemberhentian antar waktu. Berdasarkan hasil pemilu, perolehan suara PDI Perjuangan dari Dapil Sumsel 1, peringkat kedua di bawah perolehan suara Nazarudin adalah Riezky Aprilia dengan perolehan 44.402 suara. Kemudian diikuti dengan Darmadi Djufri yang memperoleh 26.103 suara.

Peringkat keempat ditempati Doddy Julianto Siahaan dengan 19.776 suara dan peringkat lima ditempati Diah Okta Sari yang meraih 13.310 suara. Harun Masiku sejatinya hanya berada di peringkat enam dengan perolehan 5.878 suara.

Artinya, untuk menjadi Anggota DPR melalui mekanisme PAW, Harun harus menyingkirkan setidaknya 4 orang termasuk Riezky.  Pertanyaan yang kemudian mencuat adalah, dari mana dia mendapatkan rekomendasi hingga berani melakukan skenario itu?

Tak perlu dijawab. Sebab Ketua DPP PDI-P Djarot Saiful Hidayat dalam satu media mengatakan, kasus dugaan suap antara eks caleg Harun Masiku dan komisioner KPU Wahyu Setiawan terkait penggantian antar waktu (PAW) di DPR telah dianggap selesai di internal partai.

Dengan mba Riezky Aprilia

Pagi ini, saya bertemu dengan Riezky Aprilia yang akrab disapa Kiki. Ia tengah bergegas untuk mengikuti rapat. Kiki adalah anggota komisi IV DPR RI yang membidangi pertanian, kelautan dan perikanan, peternakan, lingkungan hidup, dan pangan.

Kiki adalah anak dari Walikota Lubuk Linggau dua periode, Riduan Effendi. Ia adalah konsultan keuangan di beberapa perusahaan sebelum akhirnya memutuskan untuk terjun ke dunia politik. Ia juga pernah mencalonkan diri sebagai calon wakil walikota Lubuk Linggau pada 2018 namun gagal.

Seperti biasa, hari ini wajahnya terlihat ceria. Ia memang masih terlihat cantik meski telah memiliki 4 orang anak. Kiki tergolong politisi baru. Di rapat-rapat di DPR, ia tidak terlalu vocal, tapi cukup berani berpendapat.

Tadinya saya ingin bertanya banyak hal. Saya penasaran apa tanggapannya atas kasus yang viral itu. Sayang, ia tak punya banyak waktu. Ia keburu masuk ruangan.

Jakarta, 15 Januari 2020

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k