Langsung ke konten utama

Pekan yang Indah di Sembalun

Sembalun

Di tengah-tengah aktivitas, kemarin akhirnya bisa menikmati libur akhir pekan di Sembalun, Lombok Timur. Sejujurnya, saya sudah lama ingin ke tempat ini demi mengisi waktu senggang. Saya ingin berleha-leha sambil melihat keindahan Gunung Rinjani dari dekat.

Sayang, hasrat itu tak pernah kesampaian. Saya memang sempat beberapa kali ke Sembalun. Namun kedatangan saya bukan untuk berwisata, melainkan untuk mendistribusikan bantuan gempa. Saya hanya melihatnya sepintas.

Barulah kemarin, hasrat itu terbayarkan. Banyak yang bilang Sembalun ibarat kepingan surga yang jatuh ke bumi Sasak. Lahannya subur sebab berada persis di bawah kaki Gunung Rinjani. Udaranya sejuk. Rasanya tak ada yang tak bisa tumbuh di tempat ini.

Desa ini dikelilingi bukit-bukit hijau yang serupa lukisan. Alamnya masih benar-benar asri. Potensi inilah yang kemudian menjadi berkah bagi penduduk setempat. Masyarakat Sembalun kebanyakan bertani, serta ikut menjadi pelaku wisata.

Mereka menanam apa saja. Mulai dari buah seperti strawberry, apel, hingga berbagai jenis sayuran. Ada juga beberapa kelompok masyarakat yang tengah menekuni budidaya kopi. Di waktu-waktu tertentu, wisatawan yang datang ke tempat ini bisa ikut merasakan sensasi memetik buah di kebun-kebun milik warga.





Di tahun 2016, Desa Sembalun pernah terpilih sebagai destinasi bulan madu halal terbaik (World’s Best Halal Honeymoon Destination) di ajang World Halal Tourism Awards (WHTA) yang digelar di The Emirates Palace Ballroom, Abu Dhabi, Uni Emirates Arab.

Kemenangan Sembalun di ajang itu lantas dianggap sebagai sebuah penghargaan yang prestisius. Penghargaan itu sekaligus menajamkan posisi Sembalun sebagai destinasi wisata halal kelas dunia. Di desa kecil ini, berbagai bangsa datang dengan tujuan yang sama, yakni berwisata, berbulan madu, menikmati keindahan alam, serta menikmati hari-hari yang penuh petualangan.

Di Sembalun, saya bertemu sahabat baru yang menggeluti bisnis kopi. Ia memiliki lahan yang ia tanami kopi bersama teman-temannya. Ia juga memberdayakan kelompok masyarakat lain yang tertarik pada prospek kopi lokal. Ia bercerita bahwa artis sekelas Melly Goeslaw dan suaminya pernah berkunjung dan menikmati kopi buatannya.

Saat saya singgah di Coffee shop miliknya, saya langsung disuguhi kopi. Kami berbincang sambil menikmati kopi yang rasanya tak kalah dengan kopi-kopi yang dijual di cafe-cafe besar di Jakarta. Yang lebih membuatnya terasa nikmat adalah sensasi dingin khas pegunungan.

Saya bermalam di Sembalun Agro Villa yang jaraknya tak seberapa jauh dari rumah penduduk. Saya menyukai penginapan itu yang dipenuhi bunga Asoka. Desainnya rapi dan bersih. Harganya juga tak terlalu mahal. Villa itu dilengkapi kolam renang yang menghadap tepat ke Gunung Rinjani.

Saya juga melihat turis asing yang menginap di tempat ini. Dilihat dari gelagatnya, tampaknya mereka adalah sepasang kekasih atau suami istri. Mungkin saja mereka tengah berbulan madu. Saya membayangkan betapa bahagianya bisa menghabiskan waktu bersama orang terkasih di tempat seindah ini.




Keesokan harinya, saya tak ketinggalan untuk menikmati suasana sunrise atau matahari terbit. Pagi itu, cuacanya memang sedang bersahabat. Saya bisa melihat keindahan Gunung Rinjani yang menjulang dari jarak dekat. Rasanya hanya sepelemparan batu dari tempat saya berdiri. Sungguh pemandangan yang memukau.

Saya datang di saat jalur pendakian Gunung Rinjani tengah ditutup. Beberapa sahabat yang biasa menemani para wisatawan menuturkan bahwa sempat terjadi banjir di pos 3 jalur pendakian Sembalun menjadi salah satu alasannya. Wisata pendakian kemungkinan akan kembali dibuka pada akhir Maret mendatang ungkapnya.

Sesaat sebelum pulang, saya juga menyempatkan diri untuk berwisata ke kebun apel. Luasnya setengah lapangan bola. Di sana, kita bisa leluasa memetik buah apel untuk dibawa pulang. Apel-apel segar yang baru dipetik itu dibanderol dengan harga 50 ribu rupiah per kilonya.

Kesan saya, Sembalun memang cocok untuk mereka yang ingin sejenak mencari ketenangan. Sembalun cocok bagi mereka yang ingin sejenak berekreasi, meregangkan urat saraf demi melepaskan beban. Sembalun cocok bagi mereka yang dipenuhi kesibukan dan hari-hari yang serba bergegas. Di tempat ini, kita seolah menemukan sesuatu yang hilang.

Andai tak ada aktivitas lain, saya ingin berlama-lama di Sembalun. Saya ingin berkeliling dari objek wisata satu ke objek yang lain. Saya ingin melakukan interaksi lebih dalam dengan masyarakat, para tetua adat, hingga tokoh agama mengingat Sembalun sering disebut-sebut sebagai salah satu desa tua di Lombok. Saya ingin tahu lebih banyak hal.

Mataram, 10 Januari 2020

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k