Langsung ke konten utama

Rezeki Sudah Ada yang Atur

Silahkan yakini itu. Tapi ingat, Tuhan yang maha mengatur rezeki itu tidak iseng. Masa iya Tuhan kasih rezeki sama orang yang nggak kerja, sementara yang kerja keras tidak diberi.

Percaya bahwa Tuhan memberi rezeki pada saat yang sama juga harus disertai dengan kepercayaan bahwa Tuhan maha adil. Intinya, tetap harus kerja kalau mau dapat rezeki. 

Kalau kita sudah kerja tapi belum berhasil, itu karena ada hal yang belum benar dengan cara kerja kita. Bukan karena Tuhan iseng membuat kerja kita tadi tidak mendatangkan hasil. Cari terus dimana letak kesalahannya lalu segera perbaiki. 

Jangan kita berpikir rezeki ada yang mengatur terus berharap dapat uang atau harta secara ajaib. Kalau itu yang kita yakini, artinya kita tidak beriman pada Tuhan, tapi pada tuyul. 

Contoh lain, anak titipan tuhan. Ini soal iman. Silakan saja percaya itu, tapi dengan cara yang benar. Apa makna "anak titipan Tuhan" itu? Artinya, kita percaya bahwa Tuhan memberi kita tanggung jawab besar. 

Titipan besar itu tidak boleh kita telantarkan. Kita harus bercermin, kalau mau punya anak, apakah kita sudah layak mendapat titipan yang mulia itu. Di kota2 besar, banyak kasus anak terlantar. Ada yang di titip ke panti asuhan, ada yang meninggalkannya begitu saja saat masih bayi. Ini artinya kita tidak siap dengan titipan itu. 

Demikian pula dalam hal menikah. Kalau sedari awal kita sudah sadar bahwa kita akan mengemban amanah besar, maka mau tidak mau kita harus mempersiapkan segala sesuatunya.

Jangan karena salah ngewe terus dengan enteng kita bilang itu semua titipan Tuhan. Lah, wong saya nitip sandal ke orang aja masih pilih-pilih. 

#bukankhotbahjumat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k