Silahkan yakini itu. Tapi ingat, Tuhan yang maha mengatur rezeki itu tidak iseng. Masa iya Tuhan kasih rezeki sama orang yang nggak kerja, sementara yang kerja keras tidak diberi.
Percaya bahwa Tuhan memberi rezeki pada saat yang sama juga harus disertai dengan kepercayaan bahwa Tuhan maha adil. Intinya, tetap harus kerja kalau mau dapat rezeki.
Kalau kita sudah kerja tapi belum berhasil, itu karena ada hal yang belum benar dengan cara kerja kita. Bukan karena Tuhan iseng membuat kerja kita tadi tidak mendatangkan hasil. Cari terus dimana letak kesalahannya lalu segera perbaiki.
Jangan kita berpikir rezeki ada yang mengatur terus berharap dapat uang atau harta secara ajaib. Kalau itu yang kita yakini, artinya kita tidak beriman pada Tuhan, tapi pada tuyul.
Contoh lain, anak titipan tuhan. Ini soal iman. Silakan saja percaya itu, tapi dengan cara yang benar. Apa makna "anak titipan Tuhan" itu? Artinya, kita percaya bahwa Tuhan memberi kita tanggung jawab besar.
Titipan besar itu tidak boleh kita telantarkan. Kita harus bercermin, kalau mau punya anak, apakah kita sudah layak mendapat titipan yang mulia itu. Di kota2 besar, banyak kasus anak terlantar. Ada yang di titip ke panti asuhan, ada yang meninggalkannya begitu saja saat masih bayi. Ini artinya kita tidak siap dengan titipan itu.
Demikian pula dalam hal menikah. Kalau sedari awal kita sudah sadar bahwa kita akan mengemban amanah besar, maka mau tidak mau kita harus mempersiapkan segala sesuatunya.
Jangan karena salah ngewe terus dengan enteng kita bilang itu semua titipan Tuhan. Lah, wong saya nitip sandal ke orang aja masih pilih-pilih.
#bukankhotbahjumat
Komentar
Posting Komentar