Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2020

Membaca Jack Ma

Buku Jack Ma Masa depan adalah milik mereka yang mempersiapkan diri. Kesuksesan adalah milik mereka yang tak kenal kata menyerah dan putus asa. Mereka yang sukses adalah mereka yang selalu fokus pada tujuan, berani mengambil resiko, serta tak mudah dikoyak kegagalan. Mereka yang sukses adalah mereka yang menjadikan setiap kegagalan sebagai cambuk kehidupan untuk terus bangkit. Setidaknya itulah sedikit gambaran tentang sosok Jack Ma, salah satu manusia terkaya di kolong langit. Saya menemukan kisah-kisah unik dari tokoh ini saat membaca biografi singkatnya dalam buku Jack Ma Sang Miliuner yang ditulis Eko Siswanto. Saya tertarik membaca titik balik atau the turning point , bagaimana tokoh yang tadinya adalah orang biasa, kelak menjadi pendiri satu perusahaan e-commerce terbesar dalam sejarah Tiongkok. Marilah kita belajar dari kehidupan Jack Ma. Kisahnya sungguh menarik. Dia terlahir dengan nama Ma Yuan, di daerah Hangzhou, Provinsi Zhejiang. Ayahnya hanya seorang fotografer

Tidur di Hotel Kapsul

Hotel kapsul Semalam, untuk pertama kalinya saya nginap di hotel kapsul. Letaknya di sekitar kawasan stasiun BNI City, Jakarta Pusat. Biayanya hanya 100 ribu rupiah semalam. Saya jadi paham mengapa orang-orang menyebutnya hotel kapsul. Bentuknya memang serupa barak kecil, bertingkat-tingkat, dan hanya bisa menampung satu orang. Sepertinya hotel ini memang didesain untuk mereka-mereka yang hanya berniat mencari tempat tidur. Yang buat saya tertarik, ternyata pengunjungnya bukan hanya pria, tapi juga para wanita. Saat mengisi data tamu, saya melihat dua wanita cantik di lobi hotel. Mereka juga hendak menginap. Saya pikir hotel kapsul ini tepat untuk mereka yang tak suka ribet. Mereka yang hanya butuh ruang istirahat, tanpa harus menyewa kamar yang besar. Apalagi di sini, disediakan locker, kamar mandi bersama, dapur dan ruang makan. Benar-benar simpel dan praktis.

Sehari di Batam

Beberapa kapal sitaan di pangkalan PSDKP Batam Akhirnya aku ke Batam. Untuk pertama kalinya aku melihat langsung kota yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari Singapura itu. Aku pergi bersama rombongan Komisi IV DPR RI yang melakukan kunjungan Spesifik kesana. Akhir-akhir ini, memang banyak sahabat yang menanyakan perihal pekerjaanku. Mereka heran melihatku yang berpindah-pindah. Sesekali aku di Sumbawa, beberapa jam kemudian di Jakarta. Lalu keesokan harinya sudah di Jawa Timur. Memang, sudah beberapa bulan ini aku bekerja sebagai pendamping Anggota DPR RI. Jadi wajar jika aku biasa bepergian. Aku akan pergi kemanapun Anggota yang aku dampingi itu pergi. Misalnya saat ada kunjungan ke daerah, ataupun ke daerah pemilihan. Aku harus siap kapan saja. Sebagai pendamping, tugasku lebih banyak mencatat, dan mendokumentasikan kegiatan. Aku juga biasa mengatur jadwal, menyiapkan berbagai draf serta beberapa instrumen lain terkait kehumasan. Kelihatannya, pekerjaan itu cukup kere

Saat Meliput "PEPADU"

Aksi PEPADU Lombok Dua hari lalu, saya meliput kegiatan presean yag digelar di tepian pantai Kuta Mandalika, Lombok Tengah. Saya senang sebab bisa menyaksikan lansung tradisi ini. Saat menanyakan beberapa turis yang datang, mereka mengaku terkesan dengan aksi para Pepadu yang serupa gladiator. Pepadu adalah sebutan untuk petarung di arena presean. Mereka bertemu di tengah lapangan bertelanjang dada, menggunakan kain kepala khas Sasak, sarung, serta bersenjatakan tongkat rotan dan perisai. Keduanya lalu siap unjuk kebolehan ditengah ratusan penonton. Yang membuat saya takjub adalah pepadu2 ini seakan kebal terhadap pukulan. Luka memar bekas sabetan rotan tak dhiraukan. Apakah mereka mengkonsumsi obat penahan sakit? Rupanya, ada ritual khusus yang dilakukan pepadu sebelum bertarung. Sehari sebelum bertanding, mereka diwajibkan tidur menyendiri serta dilarang bergaul dengan sang isteri. Hal ini dipercaya dapat melindungi keselamatan pepadu di lapangan. "Ada ritual khusus

Catatan untuk Program Zero Waste NTB

Gambar: alebank.pl Pemprov NTB mencanangkan program NTB Zero Waste atau bebas sampah sejak pertengahan Desember 2018 lalu. Namun, gerakan ini di tingkat kabupaten/kota sepertinya masih minim. Dalam nota keuangan Pemprov untuk tahun 2020, juga terdapat 4 program prioritas yang salah satunya mencakup program Zero Waste. Artinya pemerintah NTB cukup serius dalam menyingkapi masalah sampah. Pertanyaannya, sejauh mana keseriusan ini ditanggapi oleh para pejabat pemerintah di daerah. Di kampung saya, jangankan diskusi soal Zero Waste, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) saja tidak ada. Padahal demi mewujudkan ini semua, keberadaan TPA sangatlah dibutuhkan. Zero Waste haruslah menjadi pembicaraan serius dari hulu sampai hilir. Butuh dukungan dari segenap kepala daerah. Setahu saya, ada beberapa aset Pemda di Kecamatan Empang berupa tanah. Mengapa tak gunakan saja aset tersebut sebagai TPA. Atau, bisa dengan cara membuka lahan baru dengan izin gubernur. Soal sampah, sebelum menyalahk

Plaza Senayan, Sebuah Kemewahan

Plaza Senayan Saya selalu tak habis pikir, mengapa ada saja yang rela antri demi membeli produk dengan harga selangit. Mengapa ada saja yang rela merogoh kocek hingga puluhan juta rupiah demi menuntaskan syahwat berbelanja? Barusan, saya berkunjung ke Plaza Senayan. Entah kenapa tiap kali ke tempat ini, saya selalu takjub dan terkesima. Saya kagum saat menyaksikan parade kemewahan di depan mata. Ada banyak sekali pikiran yang mengganjal saat menyaksikan kebiasaan orang-orang kota. Mal ini memang tidak seberapa besar. Desain interiornya juga biasa saja dengan gaya gothik ala Eropa barat. Namun, saat melihat harga barang-barang di situ, kita akan terkejut. Semuanya membumbung tinggi ke langit. Semuanya berkelas. Saya barusan melihat sepatu seharga puluhan jutaan rupiah. Baju kaos yang harganya jutaan. Hah??? Tampaknya Mal ini memang digandrungi para kalangan atas. Saya melihat penampilan para pengunjungnya yang serupa artis. Semuanya mencolok mata. Semuanya cantik-cantik de