Langsung ke konten utama

Membaca Jack Ma

Buku Jack Ma

Masa depan adalah milik mereka yang mempersiapkan diri. Kesuksesan adalah milik mereka yang tak kenal kata menyerah dan putus asa. Mereka yang sukses adalah mereka yang selalu fokus pada tujuan, berani mengambil resiko, serta tak mudah dikoyak kegagalan. Mereka yang sukses adalah mereka yang menjadikan setiap kegagalan sebagai cambuk kehidupan untuk terus bangkit.

Setidaknya itulah sedikit gambaran tentang sosok Jack Ma, salah satu manusia terkaya di kolong langit. Saya menemukan kisah-kisah unik dari tokoh ini saat membaca biografi singkatnya dalam buku Jack Ma Sang Miliuner yang ditulis Eko Siswanto. Saya tertarik membaca titik balik atau the turning point, bagaimana tokoh yang tadinya adalah orang biasa, kelak menjadi pendiri satu perusahaan e-commerce terbesar dalam sejarah Tiongkok.

Marilah kita belajar dari kehidupan Jack Ma. Kisahnya sungguh menarik. Dia terlahir dengan nama Ma Yuan, di daerah Hangzhou, Provinsi Zhejiang. Ayahnya hanya seorang fotografer dan pendongeng tradisional di Tiongkok, sedang ibunya bekerja sebagai buruh pabrik.

Dia menjalani masa kecil yang berat. Ia juga berkali-kali ditolak saat hendak melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Ma bukanlah seseorang yang unggul dalam banyak hal. Satu-satunya kemampuan yang ia miliki hanyalah bahasa Inggris. Dalam satu wawancara ia mengatakan, pemahamannya terhadap bahasa Inggris membantunya memahami dunia luar.

Dia pernah menjadi guru bahasa Inggris setelah lulus dari Hangzhou Teacher's College tahun 1988. Gajinya tergolong kecil. Ia menjadi dosen yang miskin. Ia kemudian mencoba peruntungan dengan  mencari pekerjaan baru yang lebih layak. Ia lalu melamar di banyak perusahaan. Sayang, semua lamarannya ditolak. Ia juga pernah melamar di KFC saat pertama kali membuka cabang di Hangzhou. Dari 24 pelamar, 23 orang diterima kecuali satu orang; Jack Ma.

Tekad pria kurus itu memang tak mudah diruntuhkan. Penolakan demi penolakan justru membuatnya semakin percaya diri untuk membangun bisnis sendiri. Di tahun 1994, ia membuka semacam agensi penerjemah bahasa asing. Itulah bisnis pertama yang ia jalankan. Sayang, bisnis itu tak berlangsung lama karena tak memberi banyak keuntungan.

Titik balik hidupnya bermula saat Jack Ma pergi ke Seattle, Amerika Serikat di tahun 1995. Di sana, untuk pertama kalinya ia berkenalan dengan internet. Di negeri Paman Sam itu, ia bertemu dengan Stuart Trusty, pendiri salah satu perusahaan konsultan bernama Virtual Broadcast Network yang dengan senang hati menjelaskan kecanggihan internet pada Jack Ma.

Sekembali dari Amerika, ia lalu mendirikan perusahaan dengan spesialisasi di bidang internet. Ia membuat situs web, sebuah layanan online directory yang berisi daftar nomor telepon dan identitas perusahaan seluruh Tiongkok yang siap dipromosikan ke dalam dan luar negeri. Perusahaan itu dikenal dengan nama China Pages.

Lagi-lagi Jack Ma harus menelan pill pahit. Tekadnya untuk membesarkan Cina Pages kembali kandas. Hilir mudik ia mendatangi kantor pemerintah di Beijing demi mendapatkan dukungan dan bantuan. Namun la tetap ditolak. Perusahaan yang hendak dibangun Ma dinilai belum layak go online. Hal ini membuat China Pages kekurangan dana. Ma tidak bisa menggaji karyawannya. Sebagai solusi, ia kemudian melepas China Pages kepada pemerintah.

Setelah gagal membesarkan China Pages, Ma tak juga kapok. Ia memutuskan untuk kembali ke Guangzhou pada tahun 1999, setelah lama menetap di Beijing. Waktu itu, demam internet sedang menggurita di Amerika Serikat. eBay dan Amazon muncul sebagai perusahaan marketplace dengan valuasi terbesar.

Pada saat yang sama, internet juga sudah mulai menjangkau Tiongkok meskipun belum dikenal masyarakat secara luas. Tiongkok tercatat sebagai negara yang pernah melakukan batasan keras terhadap teknologi baru itu. Pemerintah Tiongkok melakukan pengendalian terhadap pembicaraan-pembicaraan yang berseliweran di internet, memantau lalu lintas percakapan, mengendalikan ruang gerak, filterisasi konten-konten, bahkan tak segan memblokir situs web asing.

Ma melihat fenomena ini sebagai peluang. Ia kemudian berinisiatif untuk mendirikan perusahaan bernama Alibaba. Nama Alibaba sendiri terinspirasi dari kisah 1001 malam. Dalam berbagai versi, semua orang tentu pernah mendengar kisah tentang anak muda bernama Alibaba yang mengalahkan 40 penyamun. Kelak, di tangan seorang Jack Ma, Alibaba dengan cepat menjelma sebagai salah satu raksasa bisnis dunia.

Saya senang membaca kisah Jack Ma ini. Saya senang membaca kisah mereka yang merintis karir dari nol. Saya terinspirasi dengan mereka yang selalu berhasil bangkit meskipun kerap jatuh berkali-kali. Ma mengingatkan saya pada sosok Ciputra di tanah air yang juga memulai segala sesuatunya dari bawah.

Orang hebat memang tak pernah lahir dari zona nyaman atau comfort zone. Orang hebat bukanlah mereka yang mewarisi hidup serba ada dan serba nyaman. Orang hebat adalah mereka yang tertantang melakukan sesuatu, lalu berani menerabas jalan nasib di atas peluh yang menetes.

Saya menyukai ungkapan Jack Ma tentang kesuksesan. Kata Ma, "Saat kamu miskin dan belum sukses, semua kata-kata bijakmu terdengar seperti kentut. Tetapi ketika kamu kaya dan sukses, kentutmu terdengar sangat bijak dan menginspirasi."

Hikkkzzzzzz. Benar juga.

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Belajar Menyerap Hikmah Dari Kasus Ahok

Pernyataan Ahok Kunjungan Ahok ke kepulauan Seribu dan kampanye terselubungnya akhirnya menghasilkan kecaman dari publik karena blunder pernyataan yang dia lakukan. Ahok dalam pernyataannya menyatakan : Kalau Bapak ibu ga bisa pilih saya, karena dibohongin dengan surat Al Maidah 51, macem macem itu. Kalo bapak ibu merasa ga milih neh karena saya takut neraka, dibodohin gitu ya gapapa. Pernyataan Ahok (Gubernur DKI) di Kepulauan Seribu tentang Surat Al-Maidah 51 mendapat respon yang keras dari Umat Islam baik di Jakarta maupun di belahan Nusantara ini. Bagaimana tidak, Dalam kutipan pernyataannya tersebut yang menjadi viral di Medsos Ahok menggunakan kata "dibohongin" dengan Al-Maidah 51. Pernyataan yang terus bergulir mengundang reaksi yang berujung saling lapor ke Kepolisian, bahkan dikhawatirkan mengganggu stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Kubu Umat Islam melaporkan Ahok atas dugaan penistaan agama dan kubu Ahok atau disebut "Kotak Adja" mel

Saidi, Kisah Calabai Suci di Tanah Bugis

Buku Calabai Karya Pepi Al-Bayqunie Setiap orang tua selalu mengidamkan sosok anak yang mampu menjadi kebanggaan bagi semua orang. Mereka tak henti-hentinya berdoa seraya berharap agar kelak, si anak tumbuh serupa pepohonan rindang yang menyejukkan banyak orang. Namun, apa jadinya jika ternyata ditengah perjalanan hidup, semua espektasi orang tua berbanding terbalik? Anak yang dibanggakan itu, bukanlah sosok yang mereka idamkan. Bahkan, sang buah hati berpotensi mendatangkan aib bagi keluarganya. *** Tuntas sudah saya membaca buku berjudul Calabai, karya Pepi Al-Bayqunie, terbitan Javanica tahun 2016 lalu. Buku yang terinspirasi dari perjalanan hidup seorang bissu di Sulawesi itu sungguh membuat saya larut dalam hegemoni haru yang berkepanjangan. Buku setebal 385 halamain ini mengantarkan saya pada sisik melik kehidupan para bissu, ahli waris adat dan tradisi luhur suku Bugis yang dipercaya menjadi penghubung antara alam manusia dan alam dewata. Beberapa tahun silam, s