Langsung ke konten utama

Sehari di Batam

Beberapa kapal sitaan di pangkalan PSDKP Batam

Akhirnya aku ke Batam. Untuk pertama kalinya aku melihat langsung kota yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari Singapura itu. Aku pergi bersama rombongan Komisi IV DPR RI yang melakukan kunjungan Spesifik kesana.

Akhir-akhir ini, memang banyak sahabat yang menanyakan perihal pekerjaanku. Mereka heran melihatku yang berpindah-pindah. Sesekali aku di Sumbawa, beberapa jam kemudian di Jakarta. Lalu keesokan harinya sudah di Jawa Timur.

Memang, sudah beberapa bulan ini aku bekerja sebagai pendamping Anggota DPR RI. Jadi wajar jika aku biasa bepergian. Aku akan pergi kemanapun Anggota yang aku dampingi itu pergi. Misalnya saat ada kunjungan ke daerah, ataupun ke daerah pemilihan. Aku harus siap kapan saja.

Sebagai pendamping, tugasku lebih banyak mencatat, dan mendokumentasikan kegiatan. Aku juga biasa mengatur jadwal, menyiapkan berbagai draf serta beberapa instrumen lain terkait kehumasan. Kelihatannya, pekerjaan itu cukup keren, tapi sebenarnya biasa saja. Semuanya kembali bagaimana kita memaknainya.

Yang saya syukuri, pekerjaan ini membuat saya bisa berkunjung ke banyak daerah, melihat banyak tempat, bertemu banyak orang, serta banyak hal lain yang bisa dipelajari dan dijadikan pengalaman untuk terus tumbuh dan berproses.

Kemarin, aku lagi-lagi ikut bersama rombongan Komisi IV ke Batam. Di DPR, komisi ini membidangi sektor pertanian, peternakan, kelautan dan perikanan, lingkungan hidup dan kehutanan, serta pangan. Mitranya adalah Kementerian terkait.

Di sana, kami berkunjung ke beberapa lokasi. Mulai dari menyisir harga kebutuhan dasar masyarakat di Pasar Induk Jodoh, meninjau pangkalan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan (PSDKP), hingga sidak langsung aktivitas pembangunan perumahan di kawasan hutan lindung.

Setidaknya inilah sesuatu yang membuatku sedikit betah. Aku jadi bisa melihat Indonesia dari banyak sisi dan sudut pandang. Aku jadi bisa menyaksikan realitas yang terjadi di banyak tempat di negeri ini. Aku sendiri tak tau sampai kapan akan bekerja dalam sistem seperti ini. Yang jelas, selagi aku masih punya waktu, aku akan terus belajar.

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k