Langsung ke konten utama

IKPPME dan Pergulatan Batin Seorang Pemimpin


IKPPM

Ikatan Keluarga Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Empang-Mataram. Kedengarannya begitu pamiliar ditelinga saya, tapi tentu berbeda dengan orang lain, jelas pikirannya masih mengapung prihal yang satu ini. Saya harus memperkenalkannya terlebih dahulu kepada para pembaca. IKPPM adalah paguyuban bersifat kekeluargaan, perkumpulan ini muncul atas rasa ingin mempersatukan, merangkul setiap mahasiswa yang berasal dari kecamatan empang dengan latar belakang yang berbeda-beda pada satu atap yang utuh dan harmonis.

Saya adalah ketua dari organisasi ini semenjak 2015 lalu sampai sekarang. Menjadi pemimpin sebenarnya bukanlah hal yang terlalu rumit, jika saja yang dipimpin layaknya sebuah perusahaan, partai politik, instansi-instansi umum. Karena pada komunitas seperti ini, anggota dan pemimpin sama-sama diikat pada aturan yang jelas sehingga kedua dari elemen penggerak komunitas tersebut tentu memiliki rasa ketakutan tinggi jika melanggar sebuah aturan yang telah ditetapkan.

Berbeda halnya dengan paguyuban sejenis IKPPM ini, segala bentuk permasalahan didalam nya menjadi sangat kompleks. Memang benar kami juga memiliki buku pedoman atas segala aturan yang melekat pada organisasi ini, tapi hukum menaati sebuah aturan, tentu tidak berlaku pada perkumpulan yang telah ada semenjak tahun 90-an ini.

Hari-hari pertama ketika dilantik sebagai ketua umum organisasi, adalah hari yang menyenangkan, saya memiliki imajinasi liar prihal masa depan organisasi ini ketika itu. Saya mulai membaca beberapa buku populer mengenai kepemimpinan, mulai dari Leadership Mastery karangan motivator kondang Del Carnigie sampai Kepemimpinan yang Memotivasi karyanya John Adair.

Tapi benarlah yang terjadi pada Umar ibn Khattab beberapa Abad silam, beliau adalah satu dari sahabat yang paling lama menuntaskan hafalan Al-Quran, ketika ditanya prihal kejadian tersebut beliau mengatakan bahwa beliau menghafal per-ayat sembari mempraktekkannya. Mempraktekkan gaya kepemimpinan yang tertulis dalam sebuah buku tentu tak segampang memilih buku disebuah perpustakaan besar, kita harus pandai memilih dengan siapa kita bekerja untuk menyongsong visi yang telah ditentukan, terlebih lagi kita sedang menghadapi manusia-manusia dengan tingkat apatisme yang tidak biasa.

Beberapa kegiatan seremonial memang mampu mempersatukan mereka dengan singkat, tapi setelah kegiatan itu selesai, kita kembali tidak saling mengenal satu sama lain. Ini bukan organisasi nasional dengan sederat alumnusnya yang kondang. Semua berjalan searah disini, stagnasi dan sedikit konflik biasa terjadi, sebenarnya itu merupakan bagian dari usaha ingin mempersatukan semangat agar organisasi kembali berjalan normal.

Tapi kita harus kembali pada kenyataan bahwa didalam lautan yang luas tentu banyak spesies yang berkembang. Tidak semua manusia memiliki tingkat kepekaan sosial yang sama, sebagai mahasiswa, tentu kita seringkali lebih mengutamakan sisi akademik ketimbang harus bergumul pada sebuah organisasi. Terlebih lagi telah banyak komunitas intra kampus yang berseliweran dan sampai saat ini terbukti mampu mengubur kepekaan sosial mahasiswanya.

Maka kondisi inilah yang tengah dihadapi oleh pemimpin IKPPM sekarang, menurut saya akan lebih gampang memimpin organisasi yang jumlah anggotanya ribuan orang tapi sadar akan aturan, ketimbang organisasi yang jumlah anggotanya tak lebih dari satu tim keseblasan bola tapi tidak sadar tentang pentingnya menegakan aturan, lebih mengerikan lagi jika anggotanya sama sekali tidak menghargai sosok pemimpin. Manusia normal sah-sah saja melakukan suatu kesalahan, baik itu disengaja atau tidak. Tapi manusia sadar adalah yang mengakui letak kesalahannya dan tidak malu untuk segera memberi pertanggungjawaban.

Itulah yang akan saya lakukan kali ini, beberapa bulan lalu saya pernah menggunakan kas organisasi untuk sebuah kebutuhan pribadi yang sangat mendesak. Nominalnya tak seberapa, tapi menggunakan sesuatu yang bukan hak saya jelas merupakan kesalahan. Sebuah kesalahan elementer dari pemimpin abal-abal kata banyak orang. Tak ada satupun aparat penegak hukum yang akan menjebloskan saya ke penjara atas kesalahan itu, saya bukan pejabat publik yang terikat, udang-undang apa yang telah saya langgar, tak ada bukan?

Tapi ketahuilah, pertanggungjawaban saya bukanlah pada aparat penegak hukum, terlebih pada anggota organisasi yang tak saya ketahui namanya satu persatu, tapi pertanggungjawaban saya adalah kepada tuhan. Dzat yang tak pernah tidur dari setiap pelanggaran yang dilakukan umatnya meskipun itu sebesar Zarah. Saya bisa saja luput hari ini, tapi batu besar sudah siap menghadang saya dikemudian hari, terlebih sampai sekarang saya masih mengamini pernyataan seorang penyair inggris terkenal Alexander Pope bahwa "Semua orang tidak perlu malu karena berbuat kesalahan selama ia menjadi lebih bijaksana dari sebelumnya" sebuah pernyataan yang jujur dari Pope dan bisa berlaku bagi siapapun.

Matahari sudah kelelahan dibalik awan, cahaya merahnya lembut mengurapi saya hari ini, begitupula maghrib telah menghimpit hari, saya harus lekas berjalan menuju masjid mengingat suara langit telah memanggil seisi bumi, "hayyaalalfalah" katanya sayup-sayup dikuping. Diatas beruga kecil didepan kamar, saya tulis permohonan maaf ini kepada segenap masyarakat Kecamatan Empang. Salam hangat, Ketua Ikatan Keluarga Pemuda Pelajar Mahasiswa Kecamatan Empang - Mataram Periode 2015-2017.

Mataram, 02 Oktober 2016


Komentar

  1. Mantap! Ayo tingkatkan terus dengan memimpin organisasi-organisasi yang lebih besar...

    BalasHapus
    Balasan
    1. tak kirain IKPPM = Ikatan keluarga pemuda dan pemudi anak mamah....eh

      Hapus
    2. Hihi ada2 saja mang lembu :D

      Hapus
    3. Huahahah.. Lah emang anak Mamah, bukan anak tetangga kan? :D

      Hapus
  2. Memang susah memimpin orang yang gak bisa di ajak kompromi

    BalasHapus
  3. Jarang-jarang lhoo ada organisasi mahasiswa seperti ini, tingkatkan terus kang :-)

    BalasHapus
  4. Kalau ditempat saya mah kang sama organisasi tapi ini mah dikalangan masyrakat dan memang betul jadi pemimpin itu kalau menurut saya mah harus tegas dan harus menghargai anggota, soalnya kemarin organisasi yang saya ikuti itu mengalami sedikit masalah yang mana masalah yang menurut saya kecil ini juga bisa menyebabkan masalah yang sangat besar malahan organisasi ditempat saya kemarin hampir mau bubar padahal masalahnya sepele yaitu pemimpinnya tidak menghargai anggotanya, nah jadi menghargai orang lain itu sangat penting walaupun kedudukan kita diatas tapi kita tidak boleh lupa kedudukan kita awalnya karena setinggi apapun kedudukan seseorang dia juga sama manusia dan makannya juga pakai nasi. Ahi hi hi

    BalasHapus
  5. Smoga sukses dan solid ya organisasinya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga Ikatan Keluarga Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Empang-Mataram semakin sukses

      Hapus
  6. Semangat terus yach mas untuk meningkatkan kualitas pemuda, pelajar dan mahasiswa di Mataram. Butuh banyak anak muda daerah yang berbakat dan punya niat untuk memajukan daerah.

    BalasHapus
  7. pergulatan yang memang menjadi dilema banget ya jika demikian adanya,tapi semoga saja ikatan kekeluargaannyapara mahasiswa itu dapat tetap bijaksana...dong ah

    BalasHapus
  8. semoga Ikatan Keluarga Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Empang-Mataram semakin sukses

    BalasHapus
  9. Terimakasih doanya para sahabat blogger :)

    BalasHapus
  10. wih hebat nih mas imron menjadi ketua organisasi :)
    tingkatkan terus mas sukses selalu :)

    BalasHapus
  11. Cie pemimpin, kepakkan sayap mimpin cakupan yg lebih lebar lg.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masin Si Pedas Dari Timur Sumbawa

Indonesia di kenal sebagai negara dengan ragam kuliner yang melimpah. Hampir di setiap sudut negeri ini ada saja peganan masyarakat yang memikat lidah. Ada dodol di Garut, Rendang di Padang hingga Ayam Bakar Taliwang yang bisa anda jumpai di Lombok. Namun di balik tumpah ruah kuliner yang beraneka ragam, ada cerita tentang perjuangan masyarakat lokal dalam mematenkan kuliner dari daerahnya masing-masing. Hingga kuliner tersebut mampu menjadi branding daerah serta menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Jika di tempat lain pelbagai kuliner terlihat berupa jejajan ataupun makanan khas daerah, di Sumbawa terdapat jenis kuliner yang tidak biasa. Namanya Masin, bentuknya serupa sambal dan terbuat dari udang-udang kecil. Masin adalah menu yang wajib hadir di setiap hidangan masyarakat lokal Sumbawa. Masin yang bentuknya serupa sambal ini memiliki citarasa pedas yang menantang lidah. Masin ini pertama kali di populerkan oleh masyarakat Kecamatan Empang, Kabupaten Sumbawa. Mereka beru...

IKPPM dan Bagaimana Peranan Pemuda Dalam Masyarakat

IKPPM ( Ikatan Keluarga Pemuda Pelajar dan Mahasiswa ) merupakan organisasi paguyuban dari tiap-tiap kecamatan sekabupaten sumbawa dibawah naungan FKPPMS ( Forum Komunikasi Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Samawa-mataram ) IKPPM merupakan sayap yang sempurna dalam hal mengembangkan potensi diri mahasiswa mengingat elemen masyarakat yang satu ini bebas dari kepentingan apapun. Tidak jarang juga jebolan-jebolan dari ikppm dapat berkiprah dengan baik di FKPPMS dan mampu bersaing ditingkat regional maupun nasional. Mengingat pentingnya peranan pemuda dalam kehidupan bermasyarkat ikppm merupakan refresentatif masyarakat dan diharapkan mampu secara terus-menerus melahirkan generasi-generasi yang nantinya akan menjadi pilar-pilar tangguh yang akan terus membangun dan ikut berpartisipasi dalam hal pembangunan daerah. IKPPM adalah organisasi struktural yang mewakili setiap kecamatan sekabupaten sumbawa, secara formal ataupun non formal setiap mahasiswa akan tergabung dalam organisasi ini sesu...

Selapis Hikmah di Balik Konflik Etnis di Sumbawa

Konflik Sumbawa 2013 Setiap daerah tak hanya menyimpan kisah tentang kemajuan dan kemunduran, tapi juga menjadi rahim dari begitu banyak kisah yang dibuat oleh manusia-manusia yang berjejalan di dalamnya. Melalui kisah itu, kita bisa bercermin dan menemukan banyak pesan dan hikmah yang selalu bisa diserap untuk kehidupan mendatang. Sumbawa adalah titik balik dalam kehidupan saya. Beberapa tahun silam, saya selalu menjalani hidup dengan memakai sudut pandang sebagai korban. Suku Samawa yang mendiami Kabupaten Sumbawa adalah etnis yang begitu toleran. Mereka berbaur dengan banyak etnis lain secara terbuka dan penuh toleransi. Mbojo, Sasak, Bugis hingga Jawa. Tapi belakangan, tiba-tiba suku Bali datang mengganggu. Suku Samawa selalu dizalimi. Jadi wajar saja jika kami melawan balik untuk mempertahankan diri. Wajar saja kalau kami membalas. Saya selalu yakin bahwa setiap saat suku Samawa diusik dan diganggu, maka ketika ada kesempatan mereka harus mengusik balik, membalas. Say...