Langsung ke konten utama

The Power of Tiktok

The power of tiktok

Hanya dalam waktu kurang dari 24 jam, postingan receh ini sudah disaksikan oleh hampir satu juta pengguna tiktok, ratusan kali dibagikan, puluhan ribu like, dan ratusan komentar. Padahal, saya hanya menulis kata2 alay bin lebay dengan background video sederhana, ditambah backsound lagu melow khas anak2 indie. 

Kok bisa? Kenapa saat posting hal-hal serius malah sepi peminat. Tapi begitu posting hal receh dan nyeleneh malah banjir interaksi? Inilah yang disebut The Power of Tiktok. Aplikasi ini memang merupakan platform spesialis video2 pendek dan di cap sebagai salah satu aplikasi alay di Indonesia. 

Tapi, justru itulah letak kekuatan utamanya. Kelebihan aplikasi asal tiongkok ini ada pada video2 receh berdurasi pendek yang mampu menjadi hiburan alternatif bagi penonton yang geram dengan berita2 politik dan provokatif di media lain seperti faceebok dan twitter. 

Menurut laporan analis pasar aplikasi, App Annie, tiktok bahkan mampu melampaui facebook sebagai aplikasi paling banyak diunduh di dunia pada tahun 2020 lalu. Dibanding aplikasi berbasis video lain, tiktok memang lebih menawarkan fitur yang mudah dengsn filrer yang beragam. 

Di tiktok yang penggunanya lebih didominasi generasi Z dengan rentang usia 14 hingga 24 tahun, postingan2 semacam ini cepat sekali viral. Sekali saja postingan anda bisa menyentuh hati netizen, maka siap2 akan dibagikan secara sukarela. Orang2 akan singgah untuk berkomentar, lalu sedetik kemudian akun kita akan dipenuhi banyak pengikut. Ajaib memang. 

Kesan saya, orang2 tengah mencari hiburan, kebanyakan netizen Indonesia memang tertarik pada sesuatu yang sederhana namun sedikit menyentuh, ketimbang postingan2 serius yang butuh waktu untuk mencernanya. Apalagi di tengah situasi sosial seperti sekarang. 

Contohnya di postingan ini, dalam banyak hal memang tak ada yang spesial. Tapi orang2 begitu antusias. Anehnya lagi, yang paling banyak berkomentar adalah para kaum hawa. Hmmm, sepertinya mulai sekarang, bakalan lebih sering nongkrong di tiktok ketimbang di facebook.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k