Langsung ke konten utama

Akun Palsu


Beberapa hari ini tetiba banyak akun palsu yang minta pertemanan. Ada yang menggunakan poto wanita. Ada pula yang sekedar menggunakan gambar yang dicomot di google. Entah apa motivasinya. 


Akun palsu atau fake account adalah semacam akun alter ego yang sengaja dibuat untuk memperdaya orang lain. Biasanya akun jenis ini hanya digunakan untuk kepentingan sesaat menjelang kontestasi atau pemilihan.


Fake account memang sengaja dibuat dan disebarkan demi membentuk persepsi dan menggiring opini publik. Dengan menggunakan akun palsu, kita akan lebih leluasa bicara tanpa takut dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kita sebarkan di media.


Yups, dunia memang sudah berubah. Dahulu, sorak-sorai dan ramai-ramai menjelang pemilihan mudah terpantau di jalan-jalan melalui baliho yang terpampang nyata di ruang publik. Dahulu, kita hanya bisa menyaksikan sorak-sorai itu melalui pertemuan-pertemuan formal serta pengerahan massa di satu tanah lapang.


Kini, sorak-sorai itu ada di media sosial. Semua orang akan berdebat, saling serang, serta saling ancam di media sosial. Saya mengamati bagaimana facebook yang tadinya tenang, kini menjadi arena tempur yang tiada henti. 


Ada banyak yang memasuki rimba raya media sosial dengan membawa segudang misi untuk membela sosok yang diidolakannya. Mereka berkerumun, meramaikan media sosial, mengolah beragam isu, lalu mengemasnya hingga menjadi pesan politik yang lalu memantik perhatian banyak orang.


Sayangnya, tak sedikit pula diantara yang banyak itu adalah akun palsu. Dalam satu group, kita bisa dengan mudah melihat orang-orang berdebat hanya karena satu postingan yang dibagikan akun palsu.


Saya heran kenapa orang-orang begitu mudah marah, saling hujat, mudah mengeluarkan sumpah serapah hanya karena masalah remeh temeh yang tidak ada kaitannya dengan tantangan yang dihadapi bangsa kita. 


Barangkali ini sudah menjadi tabiat kita sebagai manusia yang selalu ingin terlibat dalam satu tema besar yang sedang dibahas banyak orang. Meskipun kita tak selalu paham apa yang sebenarnya terjadi, yang penting kita ikut berkomentar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k