Langsung ke konten utama

Kekerasan Terhadap Guru. Bagaimana Solusinya?



Stop Kekerasan

Mungkin saja tulisan ini terlambat bagi sebagian orang tapi bagi saya belum sama sekali. Baru-baru ini di Makasar, seorang guru disalah satu SMK terluka parah karena dianiaya oleh orang tua murid karena tidak terima anaknya dihukum. Kepala Sekolah SMK 2 Makasar, Chaidir Madja, menjelaskan bahwa kejadian ini berawal saat siswa atas nama Muh Alif tidak mengerjakan tugas. 

Dahrul sang guru pun menegur, tidak terima dengan teguran gurunya Alif lalu keluar dan menendang pintu dan mengucapkan kata-kata kotor kepada gurunya, kemudian Alif langsung pergi dan melaporkan insiden itu kepada orang tuanya. Tak berselang lama ayah siswa tersebut yang diketahui bernama Adnan Achmad langsung mendatangi sekolah dan memukul pak Dasrul, akibatnya guru tersebut mengalami luka robek di bagian hidung dan pelipis kiri, sehingga memancing siswa sekolah tersebut mengkeroyok pak Adnan. Apa yang terjadi dimakasar merupakan suatu puncak gunung es terhadap keadaan yang sesungguhnya. Saat ini sering terjadi profesi guru dihadap-hadapkan dengan siswa didiknya, diberbagai daerah marak peristiwa kekerasan kepada guru.

Banyaknya guru yang dibawa ke ranah hukum menunjukkan profesi guru yang mulia saat ini direndahkan, dilecehkan,dan tidak dihargai, justru dilakukan oleh orang tua murid yang seharusnya berterimakasih karena anaknya dididik oleh para guru. Akibat hal ini moral guru runtuh, kepercayaan dirinya terkikis, harapannya mendidik anak-anak dengan sungguh-sungguh menguap. Ini merupakan kerugian besar bagi bangsa Indonesia terkhususnya bagi daerah yang bersangkutan.

Sosok guru sebagai orang tua kedua bagi siswa semakin tergerus. Relasi guru dan siswa lebih menonjolkan relasi “kontrak bisnis”. Guru dibayar untuk melayani kepentingan siswa, siswa semaunya karena sudah membayar mahal, tidak mudah menerima nasehat guru yang tidak sesuai harapannya. Penyebab buruknya komunikasi orang tua dan sekolah, dunia pendidikan telah berorientasi bisnis dibandingkan pelayanan dan ketulusan, maka guru disatu sisi tidak menstransfer nilai hanya menyampaikan materi ajar, disisi lain siswa dan orang tua juga hanya mengukur hasil belajar dengan capaian materi atau dilihat dari bagusnya nilai rapot anak saja. Bukan pembentukan perilaku dan karakter, karenanya orang tua mudah emosional ketika anak-anaknya mendapat hukuman dari gurunya.

Padahal sudah jelas diterangkan dalam PP No. 74 tahun 2008. Yang mengatur tentang Guru. Misalnya pada pasal 39 ayat 1: “Guru memiliki kebebasan memberikan sangsi kepada peserta didiknya yang melanggar norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, peraturan tertulis maupun tidak tertulis yang ditetapkan guru, peraturan tingkat satuan pendidikan, peraturan perundang-undangan dalam proses pembelajaran yang berada dibawah kewenangannya”.

Dalam pasal 2: ” sanksi tersebut dapat berupa teguran dan/atau peringatan, baik lisan maupin tulisan, serta hukuman yang bersifat mendidik sesuai dengan kaedah pendidikan, kode etik guru dan peraturan perundang-undangan” Pasal 40 : “Guru berhak mendapat perlindungan dalam melaksanakan tugas, dalam bentuk rasa aman dan jaminan keselamatan dari pemerintah, pemerintah daerah, satuan pendidikan, organisasi profesi, guru dan/atau masyarakat sesuai dengan kewenangan masing-masing.

Rasa aman dan jaminan keselamatan tersebut diperoleh guru melalui perlindungan hukum, profesi dan keselamatan dan kesehatan kerja” Pasal 41 : “Guru berhak mendapatkan perlindungan hukum dari tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokasi atau pihak lain”.

Nyatanya negara gagal memberikan perlindungan itu, dengan semakin maraknya berita adanya guru yang dilaporkan ke ranah hukum, hanya karena memberikan hukuman atau sangsi ke pada peserta didiknya.
Tindakan hukuman disiplin yang dilakukan oleh guru, yang pada waktu dulu dianggap biasa-biasa saja, kini dinilai melanggar HAM. Akibatnya guru seperti menghadapi dilema, disatu sisi dia harus menegakkan disiplin dan tata tertib sekolah, sementara disisi lain khawatir nanti dijadikan diskriminalisasi oleh orang tua atau LSM pembela anak atas tuduhan melakukan kekerasan terhadap anak.

Pasal yang biasa dijadikan rujukan dalam laporan pengaduan kekerasan terhadap anak oleh guru adalah pasal 54 UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak yang menyatakan Bahwa: “Anak didalam dan dilingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya didalam sekolah yang bersangkutan atau lembaga pendidikan lainnya” Adapun jenis-jenis kekerasan tercantum pada pasal 69 : “Yaitu kekerasan fisik, psikis dan seksual”. Sedangkan pada situs wikipedia disebutkan ada 4 katagori utama tindak kekerasan terhadap anak yaitu, pengabaian, kekerasan fisik, pelecehan emosional/psikologis dan pelecehan seksual anak.

Jika kita telisik akar permasalahannya, kita akan temukan bahwa kejadian-kejadian yang menimpa guru saat ini diakibatkan oleh masih diterapkannya sistem buatan manusia, adapun salah satu produk yang selalu dijadikan senjata oleh murid dan orang tua murid adalah “Hak Asasi Manusia” Alhasil, siswa selalu merasa dilindungi karena apabila guru memarahi mereka siswa memiliki hak untuk melaporkan tindakan gurunya kepada pihak aparat.


Yayasan Alam Islam

Berbicara lebih dalam, Sumbawa adalah salah satu suku yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dalam kehidupan bermasyarakatnya. Terbukti dengan salah satu quote yang sering saya dengar di tengah masyarakat "Adat berenti ko sara. Sara berenti ko kitabullah" setidaknya quote ini mempertegas bagaimana pola kehidupan masyarakat kita. Selain itu, Sabalong Samalewa yang merupakan moto daerah juga beranjak dari rasa religiusitas bersama yang berarti "Membangun secara seimbang dan serasi antara pembangunan fisik material dengan pembangunan mental spiritual (Dunia dan Akhirat)."

Beberapa hari lalu Samsun Hidayat seorang Akademisi asal sumbawa telah mengenalkan suatu konsep yang sangat Inovatif bagi pemerintah Sumbawa untuk menjawab berbagai masalah sosial yang kerap terjadi ditengah masyarakat kita akhir-akhir ini. Namanya Yayasan Alam Islam. Dari Alam tentang Islam dari Islam tentang Alam. One of ways to build Our Culture, Education, and Society for Future. Semoga saja bisa berjalan sesuai harapan.

Islam sebagai agama yang sempurna sangat memuliakan seorang guru. Dalam islam guru memiliki kedudukan yang tinggi karena guru merupakan orang yang berilmu. Allah SWT berfirman: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Mujadalah:11)

Oleh karena itu, dapat kita disimpulkan bahwa solusi tuntas untuk mengatasi kejadian memilukan seperti yang telah dipaparkan diatas adalah dengan menerapkan aturan Islam secara kaffah dalam setiap aspek kehidupan tak terkecuali pendidikannya. Dengan Islam profesi sebagai guru akan kembali dihormati dan dihargai. Dengan Islam, generasi berkarakter akan dilahirkan karena pondasi dalam sistem pendidikan Islam adalah Akidah Islam.
Wallahualam.

Lombok, 23 Agustus 2016

Komentar

  1. Sangat disayangkan ya kang dengan adanya kasus seperti ini seharusnya guru itu dijadikan orang tua kedua atau selama di sekolah saja, namun nyatanya tidak demikian. :W

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang paradigma sekarang sudah beda kang. Semuanya tidak terlepas dari pengaruh peradaban barat tanpa filtrasi yang tidak disadari anak dan orang tua.

      Hapus
  2. miris banget ya... anak akan merasa besar kepala, karena dibela orang tuanya, padahal sudah jelas dia salah. gimana anak mau punya pendidikan berkarakter, kalo org tuanya saja tdk mempunyai itu

    BalasHapus
  3. Seharusnya orang tua jangan sepenuhnya membela anak karena jika sudah di sekolah anak itu menjadi tanggung jawab penuh bagi guru.

    BalasHapus
  4. ranah guru jd agak dilema sejak byk himbauan anak jgn dihukum klo lagi belajar, pdhl jaman dulu kalo saya salah guru mencubit malah membuat saya jd terpacu buat belajar lagi.. skrg anak dimanja, ortu juga kelewatan, miris dan turut prihatin thd guru :(

    BalasHapus
  5. sangat tidak pantas seorang guru diberlakukan seperti ini sebab guru memberi hukuman supaya dia menjadi lebih baik

    BalasHapus
  6. Jaman emang semakin edan ya Mas, muridnya edan, eh orangtuanya lebih edan lagi :'(

    BalasHapus
  7. Negara bekas jajahan memang seperti ini kendalanya. Lama merasa terkungkung dan terperangkap dalam ketakutan. Giliran merasa merdeka, dia lupa akan nilai hormat dan rasa sayang.

    BalasHapus
  8. Sebagai seorang guru saya sedih melihat fenomena ini di Indonesia., :(

    BalasHapus
  9. guru di negeri ini memang tidak dihargai, sebab negara ini tidak mau semua penduduknya menjadi pintar

    BalasHapus
  10. Grateful, like this
    keep fight penulis muda ☺

    BalasHapus
  11. Disini aku mau Sharing aja ya
    Banyak temen aku yang tercukupi kebutuhannya tanpa kerja
    Caranya bagaimana?? hanya mengeluarkan 10 ribu
    untuk bermain di www. pokerayam .com hanya hitungan menit saja
    ratusan hingga jutaan pun didapat dikarenakan pokerayam
    selalu memberikan promo dan keberuntungan kepada member setianya
    banyak promo dan hadiah menarik yang akan update disetiap saat
    yuk silahkan bergabung pada pokerayam jangan lewatkan
    MODAL 10 ribu MENJADI 1 JUTA
    info keberuntungan lebih lanjut bbm : D8E5205A

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k