Langsung ke konten utama

Mindset

Banyak orang ingin berbisnis, tapi terbentur modal. Padahal yang terpenting bukan itu. Yang paling penting dari bisnis adalah pasar, alias pembeli. Banyak orang mengeluh tak bisa berbisnis karena tak punya modal. Padahal lebih banyak lagi kasus orang tak mampu berbisnis karena tak punya pasar, atau tak terhubung dengan pasar. Cuma jarang orang mengeluh soal itu. Jangankan mengeluh, sadar masalahnya pun tidak.

Banyak orang punya duit, tapi bingung mau bisnis apaan. Itu bukti kalau berbisnis tak hanya memerlukan modal, tapi juga pasar. Bagi yang punya modal, mereka akan mencari jalan pintas untuk terhubung dengan pasar tadi. Caranya dengan menanam saham pada bisnis orang lain. Mereka invest, lalu berbagi profit sesuai kesepatakan. Tapi bagaimana dengan yang tak punya modal? ya cari modalnya. 

Kita ingin menjalankan suatu bisnis, tapi tak punya modal. Itu sama saja dengan kita ingin kentjan, tapi tak punya pasangan. Artinya kita sedang berkhayal. Kan lucu kalau kalau mengeluh tidak bisa berbisnis karena tidak punya modal, selucu mengeluh tidak bisa kentjan karena tak punya pasangan. Get real! Anda cari dulu pasangannya baru bisa kentjan. 

Kalau mau berbisnis, carilah pasarnya. Buat agar kita bisa terhubung dengan pasar itu. Kalau sudah dapat pasar, tapi belum punya modal, ya cari modalnya. Terus cari sampai dapat. Banyak orang punya konsep bisnis, tapi tak punya modal. Ia kemudian menjajakkan konsep itu ke banyak orang, tujuannya untuk mencari founding. Ini juga salah satu usaha untuk mendapatkan modal tadi. 

Kalau masih tak ada yang mau mendanai bisnis kita, cobalah lakukan pinjaman. Tentu dengan catatan bahwa kita benar-benar yakin dengan bisnis yang akan kita jalankan. Kuncinya adalah terus mencari, sampai kita mendapatkan 2 hal dasar itu, pasar dan modalnya. 

Awal tahun lalu, saya punya sedikit tabungan. Saya sudah niatkan untuk modal bisnis kecil-kecilan. Setelah saya hitung, rupanya masih kurang. Saya lalu menghubungi sahabat untuk membicarakan konsepnya. Ia kemudian tertarik untuk join. Saya dapat tambahan modal. Kita lalu sepakat menjalankan bisnis dengan konsep yang saya tawarkan tadi. 

Hampir 6 bulan saya lakukan riset. Saya mencari produk yang tepat untuk dipasarkan. Kita bentuk tim. Kita juga mempertimbangkan skala untung rugi yang bisa di backup oleh jaring pengamanan kita nantinya. Bisnis itu akhirnya baru resmi berjalan di akhir tahun. Kecil memang, tapi sudah jalan. 

Tapi, gimana kalau gagal? Ya kita coba bisnis lain, yang lebih relate dengan pasar. Cari lagi modalnya, lakukan riset, lalu bangun lagi bisnis baru. Gagal, coba lagi. Gagal, coba lagi. Sampai berhasil, sampai sukses. Sampai bisnis itu mendatangkan income untuk kita. 

Sekali lagi, ini hanya soal mindset dan keberanian. Kita mengeluh soal tak bisa berbisnis sebenarnya bukan karena kita tak punya modal, kita hanya tak serius untuk memulai bisnis. Kita takut mengambil resiko dan tak siap dengan segala konsekuensinya.

Giliran orang lain sukses, kita malah nyinyir. Ini soal mindset. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k