Langsung ke konten utama

Tiga Tipe Pembeli

Sejauh ini, saya mencatat ada 3 tipe pembeli. Pertama, pembeli yang niatnya memang untuk membeli produk. Pembeli jenis ini biasanya garcep atau gerak cepat kalau ada produk yang sesuai dengan kebutuhan dan kemauannya. 

Ia bahkan tak segan melakukan transaksi lebih dulu tanpa tau detail2 produk yang akan dia beli. Sering saya berhadapan dengan tipe pembeli seperti ini. Ada yang setelah nanya harga langsung minta nomor rekening. 

Ada lagi yang nanya satu produk. Saya bilang yang dia sukai itu sudah sold. Kemudian dia minta dikirimi beberapa contoh produk yang masih ada, setelah itu deal dan langsung transfer. Intinya, pembeli yang niatnya emang pengen beli sesuatu itu ngak suka berbelit-belit. 

Kedua, pembeli yang niatnya ngak pengen beli. Pembeli jenis ini mau dikirimi contoh produk sebanyak apapun ngak akan deal. Sebab, sekali lagi, niatnya bukan untuk membeli. Terus apa? Cuman pengen tanya2 harga. Singkatnya, dia lebih banyak bertanya ketimbang memilih. Boro2 transfer. 

Lalu apa yang saya lakukan? Sebagai pedagang, kita tak punya pilihan selain tetap memberikan pelayanan terbaik. Pedagang yang baik harus tetap mengedapankan sikap berbaik sangka kepada siapapun. Inilah yang selalu saya tekankan kepada adik2 yang ikut membantu mengelola bisnis ini. 

Yang terakhir adalah yang niatnya bukan untuk beli, bukan juga untuk tanya2. Tapi emang kepingin dekat aja dengan pedagang. Nah, jenis yang ketiga ini memang rada susah untuk diabaikan. Khusus jenis yang terakhir ini, saya biasanya akan kasi pelayanan dan harga khusus. 

Saya baru belajar jualan. Tapi sejauh ini ada banyak sekali pembelajaran yang saya dapatkan. Mulai dari mengelola bisnis kecil, mengatur manajemen keuangan, memimpin organisasi, hingga bagaimana mendapatkan dan menjaga kepercayaan banyak orang. 

Untungnya, saya tidak melakukan ini sendiri. Saya dibantu teman2 muda yang bersedia belajar dan memiliki kemauan yang sama untuk berkembang kedepannya. Bagi orang lain, mungkin ini cuma bisnis ecek-ecek. Tapi bagi saya ini sudah lumayan bagus. Ini adalah ruang belajar yang luar biasa. 

Saya diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu yang lain, yang belum pernah saya lakoni dalam hidup saya sebelumnya. Saya mendapat kebahagiaan dari kegiatan kecil ini. Saya berharap kegiatan ini terus membesar, sehingga makin besar pula manfaat yang ikut dinikmati oleh orang-orang di sekitar saya.

Tetap semangat, jalan masih panjang..!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k