Langsung ke konten utama

Pertanian Adalah KOENTJI


Suatu hari saat panen padi 

Harga bawang merah anjlok. Ratusan petani di Bima lakukan aksi demonstrasi. Berhari2 mengepung kantor bupati, mendesak pemerintah agar segera merespon persoalan. 

Ini hanyalah salah satu dari sekian banyak masalah klasik di negeri ini. Tempo hari, ada petani cabai yang membuang hasil panen ke jalan raya sebagai reaksi protes atas harga yang sama sekali tidak berpihak kepada mereka. Masih banyak lagi. Terjadi di hampir semua daerah. 

Mirisnya, kemerosotan harga sering benar terjadi saat panen raya. Kementrian pertanian tak bisa berkutik. Sebab yang punya kewenangan mengatur harga dan mengintervensi pasar adalah kemendag. Di atas semua itu adalah Presiden sebagai pimpinan tertinggi. 

Inilah ironi dari sistem kita. Kalau berbicara pertanian, maka segala proses yang terjadi di hulu mulai dari penyediaan bibit, proses tanam, pupuk dan semacamnya adalah kewenangan kementrian pertanian. Tetapi kalau sudah sampai ke hilir, maka menjadi kewenangan kemendag. 

Singkatnya, kementan bertugas menggejot produksi, tetapi tidak punya kewenangan menentukan harga pasca panen. Maka jangan heran jika sering terjadi miss data pada kedua lembaga ini seperti yang sering kita lihat di televisi. 

Contoh: Kemendag bilang kita kekurangan stock jagung, tapi data di kementan mengatakan kita malah surplus jagung secara nasional. Ini juga yang menyebabkan mengapa setiap tahunnya kita terus menerus melakukan impor padahal stock pangan di dalam negeri masih cukup. 

Karena itu, kehadiran badan pangan nasional di rasa sangat perlu. Nantinya, badan ini yang akan mengatur segala urusan pangan dari hulu sampai hilir. Dari mulai produksi hingga harga pasca panen. Pak presiden sudah teken perpresnya Juli kemarin. 

Secara garis besar, fungsinya adalah melakukan koordinasi, perumusan, dan penetapan kebijakan ketersediaan pangan, stabilisasi pasokan dan harga pangan, kerawanan pangan dan gizi, penganekaragaman konsumsi pangan, dan keamanan pangan.

Ini berlaku pada 9 jenis pangan yang menjadi tugas dan fungsi Badan Pangan Nasional seperti beras, jagung, kedelai, gula konsumsi, bawang, telur unggas, daging ruminansia, daging unggas, dan cabai.

Dalam perpres disebutkan, Badan Pangan Nasional akan bertanggung jawab atas pelaksanaan pengendalian kerawanan pangan dan pengawasan pemenuhan persyaratan gizi pangan hingga pengembangan sistem informasi pangan.

Saya ingat tulisan Buya Syafi'i Maarif di Kompas minggu lalu. Pak Jokowi itu orang baik. Ia ingin membangun, memperbaiki kondisi di lapangan. Tapi banyak programnya tidak jalan. Sebagian karena birokrasi yang korup, sebagian lagi terbentur dengan kepentingan2 konglomerat. Alhasil kebijakannya tidak bisa menyentuh setiap detail hingga lapisan paling bawah. 

Saya kira, Perpres Badan Pangan merupakan salah satu pintu masuk untuk memperbaiki sistem kita. Sektor pertanian kita tidak akan tumbuh hanya karena kita sibuk seremoni sana sini. Tetapi melalui keberpihakan yang jelas dari pemerintah kepada petani. Perbaiki sistemnya, lawan semua oknum yang hendak bermain di dalamnya. 

Kata Bung Karno, pertanian adalah soal hidup matinya suatu bangsa. Kemudian kita pernah berjaya di masa presiden Suharto. Kita swasembada. Jendral besar pidato di mana2 prihal kedaulatan pangan. Masa sekarang ngak bisa?

Basis ekonomi masyarakat kita di Pulau Sumbawa sangat bergantung pada sektor ini. Bukan yang lain. Kalau pemimpin punya visi besar, serta paham tata kelola sektor ini dari hulu sampai hilir, maka bukan tidak mungkin petani kita sejahtera. 

Sekali lagi, pertanian adalah koentji. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k