![]() |
Suatu hari di kantor |
Semesta raya adalah samudera rezeki, dan Tuhan yang maha pengasih telah membekali ciptaan-Nya dengan sebilah kail. Tugas manusia adalah memancing rezeki itu dengan bekerja.
Setiap kita bisa bekerja dengan mengandalkan kekuatan fisik, otak, atau bisa dengan menggabungkan keduanya dengan mencari titik yang paling dominan. Itulah yang disebut ikhtiar.
Ibarat buih di lautan, rezeki itu tak ternilai baik dari bentuk dan jumlahnya. Ia datang dari segala penjuru. Mulai dari kita bangun di suatu pagi, hingga kita terlelap di malam hari.
Seberapa banyak rezeki yang kita dapatkan sangat tergantung pada kegigihan dan kecakapan kita dalam memenuhi tuntunan hukum semesta. Orang Sumbawa punya frasa bagus "Nonda Latala Raboko" dalam menggambarkan tema ini.
Seekor cicak yang merayap di dinding, karena mengikuti hukum besi kehidupan bisa menangkap seekor nyamuk yang tengah terbang. Demikian juga seekor ayam dengan memaksimalkan potensi cakarnya bisa menemukan biji bijian yang tertimbun di dalam tanah untuk dimakan.
Tuhan semesta alam telah menghamparkan rezeki dalam ladang kehidupan. Bahkan jika kita bersungguh-sungguh, dengan kebulatan tekad serta ketekunan dalam kerja, ia akan datang dari arah yang tidak terduga.
Kita tak bisa berharap rezeki itu datang hanya dengan sikap merasa cukup untuk berdoa menengadahkan tangan ke langit. Sebab sebaik-baik doa adalah berdoa dalam bekerja. Demikian pula tak bisa kita merasa iri dengan kelebihan rezeki orang lain tanpa ikhtiar memeras otak dan keringat yang sama.
Karenanya setelah dirasa khusyuk peribadatan kita, mari singsingkan lengan baju. Siapkan kail dan bergegaslah menuju samudera raya rezeki yang maha tak terhingga ini di mana pun kita berada.
Ada nasihat yang baik dari Imam Syafi'i untuk kita renungi:
"Berangkatlah, niscaya engkau akan mendapatkan ganti untuk semua yang engkau tinggalkan. Bersusah payalah, sebab kenikmatan hidup direngkuh dalam kerja keras. Ketika air mengalir, ia akan menjadi jernih, dan ketika berhenti ia akan menjadi keruh. Sebagaimana anak panah, jika tak meninggalkan busurnya tak akan mengenai sasaran. Biji emas yang belum diolah sama dengan debu di tempatnya. Maka ketika orang berangkat dan bekerja, dia akan mulia seperti bernilainya emas."
Komentar
Posting Komentar