Dari kasus Anji, kita mestinya sudah paham bahwa mewawancarai orang, bukan sekadar bertanya. Tapi lebih daripada itu.
Wawancara butuh nalar dan pengetahuan dasar. Jika kita sama-sama tidak punya wawasan yang cukup terhadap satu topik yang hendak dibicarakan, maka segeralah berhenti.
Seorang Menteri pernah bercerita tentang bagaimana dia mengoreksi pertanyaan wartawan. Isi pertanyaan bisa menunjukkan seseorang itu memahami topik atau tidak.
Video Anji sarat dengan klaim-klaim mengejutkan, misalnya obat herbal bisa menyembuhkan Covid-19, adanya metode tes yang sangat murah, dan virus Covid-19 tidak bisa dilawan dengan vaksin.
Sepintas, apa yang disampaikan Hadi Pranoto dalam wawancara tersebut memang seolah-olah masuk akal. Loh, kok bisa masuk akal? Ya karena kita yang mendengarnya tak punya wawasan tentang topik itu. Karena tak punya wawasan, kita tidak tau yang disampaikan itu benar atau salah.
Justru karena itu mereka dilaporkan. Konten yang mereka produksi dianggap berpotensi menyesatkan publik. Termasuk lah kita-kita ini korbannya, kita yang tidak punya pengetahuan cukup tentang topik yang dibicarakan.
Yang mengherankan, mengapa ada saja yang berani bicara panjang lebar terhadap sesuatu yang tidak benar-benar mereka pahami. Dalam arti lain, mereka bukanlah ahli di bidang itu. Biar apa coba. Biar dibilang keren?
Barangkali benar kata Einstein. If you can’t explain it simply, you don’t understand it well enough. Jika anda tidak bisa menjelaskan sesuatu secara sederhana, maka berarti anda tidak memahaminya dengan cukup baik.
Dalil itu sekaligus menjelaskan bahwa seseorang yang memahami banyak kosa kata, juga sering menggunakan istilah-istilah tinggi dan ilmiah, sama sekali tidak menjamin bahwa ia benar-benar mengerti tentang apa yang sedang ia bicarakan.
Biarpun orang itu bicara penuh semangat dan berbusa-busa, tetap saja jangan mudah percaya. Periksalah dulu baik-baik. Minimal cari tahu latar belakangnya, basis ilmunya, apa yang pernah ia lakukan, serta sudah berapa banyak karya yang ia hasilkan.
Jika tak memuat satupun unsur tersebut, maka yang disampaikannya itu layak dipertanyakan. Termasuk kalau saya sedang bicara tentang sesuatu. Jangan dipercaya. Sebab kalian pasti tahu saya sedang ngapain.
Komentar
Posting Komentar