Langsung ke konten utama

Umat Islam Itu Mudah Diatur!

Gambar: Islammobile.net

Umat islam itu mudah diatur. Tenang saja. Kita memang dianjurkan untuk taat kepada pemimpin. Kita pasti legowo kalau disuruh sholat idul fitri di rumah. 10 minggu sejak pasien pertama diumumkan, kita sudah ikuti semua himbauan pemerintah. Termasuk didalamnya melaksanakan aktivitas ibadah di rumah. Beda pandang soal anjuran sholat berjamaah itu memang sempat ada, tapi toh secara umum masyarakat tetap mematuhi.

Yang membuat kebanyakan kita agak tersinggung itu adalah, karena pemerintah terkesan tidak tegas. Disisi lain tempat ibadah ditutup, masyarakat dilarang berkerumun, dilarang mudik, disuruh diam di rumah, pake masker, social distancing, dan mematuhi segala protokol Covid-19, tapi pada saat yang bersamaan, mall-mall, pusat perbelanjaan, serta pusat keramaian lain masih tetap dibuka. 

Maksud saya, kalau memang pemerintah serius mau melawan Corona, jangan buat aturan itu abu-abu. Jangan multi tafsir. Kasian juga para pejabat di level daerah kelabakan menerjemahkannya. Misalnya: ada daerah yang membolehkan sholat eid di masjid seperti tahun-tahun sebelumnya. Ada juga daerah yang tidak membolehkan. 

Masyarakat kemudian bertanya: kenapa daerah A boleh, kenapa daerah B tidak boleh. Jawabannya tentu bisa beragam. Kita bisa saja mengatakan bahwa tingkat penyebaran Covid-19 di dua daerah ini berbeda. Daerah A dibolehkan karena tingkat penyebarannya tergolong rendah atau bisa dikategorikan sebagai daerah zona hijau, sedang daerah B termasuk zona merah.

Pertanyaan selanjutnya adalah: mana daerah yang disebut zona merah dan mana yang disebut zona hijau. Apa ukurannya. Pada skala mana zona itu berlaku. Apakah pada skala dusun, desa, kabupaten, atau provinsi. Siapa pula yang punya kewenangan untuk menentukannya. Apa konsekuensi bagi mereka yang melakukan pelanggaran. Dan masih banyak lagi.

Bayangkan saja, ditengah kampanye perlawanan terhadap Covid-19 yang sedemikian massif, para pejabat malah seenaknya menggelar konser, tampil di depan kamera dengan mengabaikan protokol Covid-19, tanpa masker, tanpa jaga jarak. Parahnya lagi, masih berani pula mereka menghimbau untuk tetap patuh pada anjuran pemerintah.

Ini sama parahnya dengan kita menceritakan tentang keutamaan berpuasa di bulan ramadhan, sementara kita sendiri tidak berpuasa. Menyuruh orang lain untuk taat beribadah, sedang kita sendiri mengabaikan kewajiban itu. Bingung-bingung ku memikirkan.

Inilah anomali yang kita hadapi sekarang. Pemerintah katanya sudah siap menyongsong era Normal Baru, menyeru untuk berdamai dengan virus, bahkan sempat muncul wacana relaksasi PSBB. Padahal, sebagaimana data yang beredar, curva Covid kita masih fluktuatif. Belum bisa dikendalikan.

Mari lihat contoh kasus di daerah kita NTB. Belakangan, trend kesembuhan pasien Corona di NTB cukup menggembirakan. Bahkan disebut-disebut telah melampaui angka nasional. Dalam satu media, Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalillah mengatakan NTB berada di posisi kedua sebagai daerah dengan angka kesembuhan terbaik di Indonesia. 

Saya sendiri sangat senang membaca kabar tersebut saat itu. Tentu dengan semakin banyaknya pasien yang sembuh, juga klaster-klaster penyebaran yang telah berhasil diidentifikasi, kita semua berharap tidak ada lagi kasus baru. NTB kemudian segera ditetapkan sebagai zona hijau, lalu masyarakat bisa kembali beraktivitas seperti biasa. 

Tetapi seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, virus ini bukanlah sesuatu yang mudah ditebak. Buktinya per tanggal 19 Mei kemarin, setelah beberapa hari usai mall di buka, jumlah pasien positif tiba-tiba melonjak. Wal hasil, SKB soal sholat idul fitri dicabut. Gubernur serukan sholat eid di rumah. 

Apa yang bisa kita pelajari dari kasus ini? 

Yang ingin saya sampaikan adalah, kita jangan lengah. Kita semua tentu berharap bahwa setelah sekian lama berdiam di rumah, kita seharusnya sudah berhasil membengkokkan kurva Covid, meringankan beban tenaga medis dan penggali kubur, sehingga kehidupan berangsur pulih.

Saya memahami betapa kita semua ingin segera kembali berkegiatan dan beramai-ramai. Semua orang lelah. Wabah ini tidak hanya menimbulkan dampak psikologis, tetapi juga sosio ekonomi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Jutaan orang telah kehilangan sumber penghidupan. Gelombang PHK terjadi dimana-mana. Rakyat merosot ke jurang kemiskinan. Banyak usaha kecil hingga menengah mengalami penyusutan bahkan kebangkrutan. 

Tetapi bukankah kita semua tahu, bahwa selama vaksin belum ditemukan, kita tidak benar-benar bisa memastikan kapan wabah ini akan hilang dari muka bumi? Terserah kita mau berasumsi apa saja soal virus ini. Yang jelas, data menunjukkan bahwa kasus baru masih tetap ada dan korban jiwa masih terus berguguran.

Kita bisa belajar dari sejarah wabah Flu Spanyol seabad lalu, dimana angka kematian terbesar justru terjadi pada gelombang kedua, setelah orang lelah berdiam di rumah pada gelombang pertama lalu keluar bergaul karena merasa keadaan aman-aman saja.

Soal himbauan sholat eid di rumah?

Kembali ke pernyataan saya di awal. Umat islam itu mudah diatur. Asalkan mereka yang mengatur punya keteladanan yang baik, sehingga layak untuk diikuti. Umat Islam itu mudah diatur. Asalkan mereka yang mengatur punya konsistensi, sejalan antara ucapan dan perbuatan. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masin Si Pedas Dari Timur Sumbawa

Indonesia di kenal sebagai negara dengan ragam kuliner yang melimpah. Hampir di setiap sudut negeri ini ada saja peganan masyarakat yang memikat lidah. Ada dodol di Garut, Rendang di Padang hingga Ayam Bakar Taliwang yang bisa anda jumpai di Lombok. Namun di balik tumpah ruah kuliner yang beraneka ragam, ada cerita tentang perjuangan masyarakat lokal dalam mematenkan kuliner dari daerahnya masing-masing. Hingga kuliner tersebut mampu menjadi branding daerah serta menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Jika di tempat lain pelbagai kuliner terlihat berupa jejajan ataupun makanan khas daerah, di Sumbawa terdapat jenis kuliner yang tidak biasa. Namanya Masin, bentuknya serupa sambal dan terbuat dari udang-udang kecil. Masin adalah menu yang wajib hadir di setiap hidangan masyarakat lokal Sumbawa. Masin yang bentuknya serupa sambal ini memiliki citarasa pedas yang menantang lidah. Masin ini pertama kali di populerkan oleh masyarakat Kecamatan Empang, Kabupaten Sumbawa. Mereka beru...

Selapis Hikmah di Balik Konflik Etnis di Sumbawa

Konflik Sumbawa 2013 Setiap daerah tak hanya menyimpan kisah tentang kemajuan dan kemunduran, tapi juga menjadi rahim dari begitu banyak kisah yang dibuat oleh manusia-manusia yang berjejalan di dalamnya. Melalui kisah itu, kita bisa bercermin dan menemukan banyak pesan dan hikmah yang selalu bisa diserap untuk kehidupan mendatang. Sumbawa adalah titik balik dalam kehidupan saya. Beberapa tahun silam, saya selalu menjalani hidup dengan memakai sudut pandang sebagai korban. Suku Samawa yang mendiami Kabupaten Sumbawa adalah etnis yang begitu toleran. Mereka berbaur dengan banyak etnis lain secara terbuka dan penuh toleransi. Mbojo, Sasak, Bugis hingga Jawa. Tapi belakangan, tiba-tiba suku Bali datang mengganggu. Suku Samawa selalu dizalimi. Jadi wajar saja jika kami melawan balik untuk mempertahankan diri. Wajar saja kalau kami membalas. Saya selalu yakin bahwa setiap saat suku Samawa diusik dan diganggu, maka ketika ada kesempatan mereka harus mengusik balik, membalas. Say...

IKPPM dan Bagaimana Peranan Pemuda Dalam Masyarakat

IKPPM ( Ikatan Keluarga Pemuda Pelajar dan Mahasiswa ) merupakan organisasi paguyuban dari tiap-tiap kecamatan sekabupaten sumbawa dibawah naungan FKPPMS ( Forum Komunikasi Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Samawa-mataram ) IKPPM merupakan sayap yang sempurna dalam hal mengembangkan potensi diri mahasiswa mengingat elemen masyarakat yang satu ini bebas dari kepentingan apapun. Tidak jarang juga jebolan-jebolan dari ikppm dapat berkiprah dengan baik di FKPPMS dan mampu bersaing ditingkat regional maupun nasional. Mengingat pentingnya peranan pemuda dalam kehidupan bermasyarkat ikppm merupakan refresentatif masyarakat dan diharapkan mampu secara terus-menerus melahirkan generasi-generasi yang nantinya akan menjadi pilar-pilar tangguh yang akan terus membangun dan ikut berpartisipasi dalam hal pembangunan daerah. IKPPM adalah organisasi struktural yang mewakili setiap kecamatan sekabupaten sumbawa, secara formal ataupun non formal setiap mahasiswa akan tergabung dalam organisasi ini sesu...