Langsung ke konten utama

Dua Buku yang Menemani Perjalanan

Dua Buku

Dua buku yang dipesan secara online sudah ada di atas meja.

Pertama, the art of war milik ahli strategi perang Sun Tzu. Setidaknya, terjemahan dari naskah asli telah banyak diadopsi dan masih sangat relevan hingga sekarang. Dalam strategi Sun Tzu, pengenalan diri dan pengenalan musuh adalah kunci untuk memenangkan pertempuran. Mereka yang sesumbar tentang kekuatan diri, cendrung mudah dikalahkan.

Dia yang menang adalah dia yang mengenal musuh maupun dirinya sendiri. Dia yang tidak mengenal musuh tetapi mengenal dirinya sendiri akan sesekali menang dan sesekali kalah. Dia yang tidak mengenal musuh ataupun dirinya sendiri akan beresiko kalah dalam setiap pertempuran.

Kedua adalah, Small Acts of Resistance: How Courage, Tenacity, and Ingenuity Can Change the World yang ditulis Steve Crawshaw dan John jackson. Buku ini kemudian diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Roem Topatimasang, dan diterbitkan Insist dengan judul Tindakan-Tindakan kecil Perlawanan: Bagaimana Keberanian, Ketegaran, dan Kecerdikan Dapat Mengubah Dunia.

Buku ini memuat 80 cuplikan kisah nyata dan tak lazim yang justru membawa perubahan besar. Bagaimana kereta-kereta dorong, kertas toilet, dan saus merah makanan cepat saji berperan dalam gerakan meruntuhkan rezim yang sudah berkuasa selama 40 tahun di Eropa Timur, bagaimana penonton sepakbola di Uruguay menemukan cara baru menyanyikan lagu kebangsaan yang mempermalukan dan mengawali tumbangnya para jendral rezim diktator.

Tak hanya itu, aksi mencuci bendera ternyata bisa menggetarkan rakyat Peru, pesan tersembunyi pada desain mata uang bisa menggelisahkan rakyat Myanmar, permainan sepakbola Didier Drogba bisa mengharu-biru Pantai Gading.

Jangan terkejut, revolusi di dunia Arab dimulai dari aksi meneruskan pesan di twitter, aksi perempuan Serbia yang tetap berdandan seksi dengan lipstick merona demi menghentikan perang, hingga fakta jatuhnya rezim Slobodan Milosevic dimulai dari aksi mengutak-atik program photoshop.

Hah???

Saya mengamini kalimat Nadezhda Mandelstam di awal buku: "Seseorang yang berjiwa bebas, dengan segenap ingatan dan juga ketakutannya, adalah sebatang tetumbuhan air yang rantingnya membelokkan arah deras arus sungai.” Perubahan sosial tidak selalu mesti diawali dengan pengerahan massa besar-besaran dan tindakan-tindakan heroik yang menggelegar.

Pemicunya tak selalu para pahlawan, prajurit hebat, ataupun manusia dengan trah setengah dewa yang turun dari langit. Pemicunya adalah orang-orang biasa yang melakukan tindakan-tindakan kecil, yang lalu menggugah publik. Pemicunya ada di sekitar kita.

Sumbawa, 31 Januari 2019

Postingan populer dari blog ini

Masin Si Pedas Dari Timur Sumbawa

Indonesia di kenal sebagai negara dengan ragam kuliner yang melimpah. Hampir di setiap sudut negeri ini ada saja peganan masyarakat yang memikat lidah. Ada dodol di Garut, Rendang di Padang hingga Ayam Bakar Taliwang yang bisa anda jumpai di Lombok. Namun di balik tumpah ruah kuliner yang beraneka ragam, ada cerita tentang perjuangan masyarakat lokal dalam mematenkan kuliner dari daerahnya masing-masing. Hingga kuliner tersebut mampu menjadi branding daerah serta menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Jika di tempat lain pelbagai kuliner terlihat berupa jejajan ataupun makanan khas daerah, di Sumbawa terdapat jenis kuliner yang tidak biasa. Namanya Masin, bentuknya serupa sambal dan terbuat dari udang-udang kecil. Masin adalah menu yang wajib hadir di setiap hidangan masyarakat lokal Sumbawa. Masin yang bentuknya serupa sambal ini memiliki citarasa pedas yang menantang lidah. Masin ini pertama kali di populerkan oleh masyarakat Kecamatan Empang, Kabupaten Sumbawa. Mereka beru...

Selapis Hikmah di Balik Konflik Etnis di Sumbawa

Konflik Sumbawa 2013 Setiap daerah tak hanya menyimpan kisah tentang kemajuan dan kemunduran, tapi juga menjadi rahim dari begitu banyak kisah yang dibuat oleh manusia-manusia yang berjejalan di dalamnya. Melalui kisah itu, kita bisa bercermin dan menemukan banyak pesan dan hikmah yang selalu bisa diserap untuk kehidupan mendatang. Sumbawa adalah titik balik dalam kehidupan saya. Beberapa tahun silam, saya selalu menjalani hidup dengan memakai sudut pandang sebagai korban. Suku Samawa yang mendiami Kabupaten Sumbawa adalah etnis yang begitu toleran. Mereka berbaur dengan banyak etnis lain secara terbuka dan penuh toleransi. Mbojo, Sasak, Bugis hingga Jawa. Tapi belakangan, tiba-tiba suku Bali datang mengganggu. Suku Samawa selalu dizalimi. Jadi wajar saja jika kami melawan balik untuk mempertahankan diri. Wajar saja kalau kami membalas. Saya selalu yakin bahwa setiap saat suku Samawa diusik dan diganggu, maka ketika ada kesempatan mereka harus mengusik balik, membalas. Say...

IKPPM dan Bagaimana Peranan Pemuda Dalam Masyarakat

IKPPM ( Ikatan Keluarga Pemuda Pelajar dan Mahasiswa ) merupakan organisasi paguyuban dari tiap-tiap kecamatan sekabupaten sumbawa dibawah naungan FKPPMS ( Forum Komunikasi Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Samawa-mataram ) IKPPM merupakan sayap yang sempurna dalam hal mengembangkan potensi diri mahasiswa mengingat elemen masyarakat yang satu ini bebas dari kepentingan apapun. Tidak jarang juga jebolan-jebolan dari ikppm dapat berkiprah dengan baik di FKPPMS dan mampu bersaing ditingkat regional maupun nasional. Mengingat pentingnya peranan pemuda dalam kehidupan bermasyarkat ikppm merupakan refresentatif masyarakat dan diharapkan mampu secara terus-menerus melahirkan generasi-generasi yang nantinya akan menjadi pilar-pilar tangguh yang akan terus membangun dan ikut berpartisipasi dalam hal pembangunan daerah. IKPPM adalah organisasi struktural yang mewakili setiap kecamatan sekabupaten sumbawa, secara formal ataupun non formal setiap mahasiswa akan tergabung dalam organisasi ini sesu...