Langsung ke konten utama

Sensasi Wisata Hiu Paus Desa Labuhan Jambu, Sumbawa

Wisata hiu paus (Poto: Muhaidin Kasim)

Tangan kanan bapak itu mengetuk-ngetuk badan perahu. Tidak berapa lama, sebuah bayangan besar muncul ke permukaan air laut. Badannya penuh totol abu-abu dan putih dengan ukuran mulut yang lebar, sekira 85 centi meter. Yang muncul ternyata hiu paus.

Mengetuk-ngetuk badan perahu, adalah salah satu cara memanggil ikan besar ini. Setelah muncul ke permukaan, kita bisa memberi mereka makan dengan udang-udang kecil. Demikianlah sikap ramah hiu paus yang tak diketahui banyak orang.

Hiu paus dengan nama latinnya Rhincondon Typus juga dikenal dengan sebutan Whale Shark. Semenjak titik keberadaannya diketahui beberapa waktu lalu, hiu paus seakan menjadi primadona baru bagi masyarakat Desa Labuhan Jambu, Kecamatan Tarano, Kabupaten Sumbawa.

Hiu paus muncul ke permukaan (poto: Muhaidin Kasim)

Desa Labuhan Jambu merupakan salah satu desa yang berada di wilayah pesisir pantai Teluk Saleh. Hal tersebut, menjadikan mayoritas penduduk desa ini bermata pencaharian sebagai nelayan. Meski ada sebagian kecil ada juga yang berprofesi sebagai petani dan pedagang.

Letak geografis telah mempengaruhi dan membentuk kebudayaan hidup masyarakat dengan membangun pemukiman yang membentang mengikuti garis pantai sepanjang kurang lebih 10 KM.

Potensi yang dimiliki Desa Labuhan Jambu selain di bidang perikanan, pemanfaatan sektor bahari lainnya seperti pengelolaan sektor pariwisata juga menjadi produk inovasi yang dilakukan oleh pemerintah desa bersama kelompok masyarakat sadar wisata (POKDARWIS).

Jenis atraksi wisata yang coba dikembangkan yaitu wisata hiu paus (whale shark tourism), wisata snorkeling, wisata memancing  dan lain sebagainya yang dikelola secara profesional dan berkelanjutan berdasarkan hasil kajian ilmiah.

Dalam pengelolaan pariwisata di Desa Labuhan Jambu khususnya wisata Hiu Paus, Pokdarwis didampingi oleh salah satu lembaga internasional yakni Conservasion Internasional (CI) Indonesia.

Lembaga non profit ini telah banyak memberikan peran penting bagi masyarakat Desa Labuhan Jambu melalui program-program yang bertemakan konservasi sejak tahun 2017 lalu.

Saat ini, program CI masih terfokus pada satu potensi saja yaitu konservasi hiu paus dengan menggunakan metode pemasangan alat tagging di bagian sirip atas hiu paus serta pendataan jumlah individu/perilaku hiu paus itu sendiri.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan CI selama periode September 2017 - Agustus 2018, tercatat sebanyak 59 ekor hiu paus yang telah teridentifikasi meski baru 9 individu yang telah di tagging. Hiu paus yang paling panjang yang pernah dilihat sekitar 10,8 meter, namun yang paling sering ditemui adalah anaknya-anaknya.

Data tersebut diperkirakan masih akan terus bertambah dengan melihat tingkat kemunculan hiu paus di bagan (perahu besar, biasa digunakan untuk mencari ikan) nelayan yang selalu ada setiap harinya.

Kemunculan hiu paus sebenarnya sepanjang tahun, hanya saja yang paling sering sekitar bulan Juli hingga November, bertepatan dengan musim ebi. Ebi (Acetes)- cikal bakal terasi, merupakan makanan si hiu paus. Selain pada rentang waktu tersebut, kemunculannya berpindah-pindah di beberapa titik di Teluk Saleh termasuk di Gili Dua hingga dekat perairan Pulau Moyo.

Menurut salang seorang konsultan CI, selain whale shark, ada beberapa spesies langka lainnya yang dia temui selama melakukan kegiatan konservasi di Teluk Saleh seperti Pari Manta (Mobula alfredi), Sperm whale, Penyu Belimbing dan Penyu Hijau.

Sebagai wujud keinginan untuk berkembang pada bidang pengelolaan wisata bahari, Desa labuhan Jambu akhirnya turut ambil bagian pada saat penyelenggaraan Festival Sail Moyo - Tambora tahun 2018 dengan menampilkan PESONA HIU PAUS.

Hiu paus di perahu wisatawan (Poto: Instagram/ers.ega)

Pembukaan perdana dilakukan pada tanggal 11 September 2018 dan langsung menerima kunjungan wisatawan dari berbagai negara sebanyak 35 orang yang terbagi dalam wisatawan mancanegara sebanyak 25 orang dan wisatawan lokal sebanyak 10 orang termasuk rombongan pemerintah Sumbawa.

Saat itu, Wakil Bupati Sumbawa juga menyempatkan diri hadir dan melihat secara langsung kemunculan hiu paus di teluk saleh. Beliau sangat mengapresiasi inisiatif  Pemerintah Desa Labuhan Jambu untuk membangun wisata hiu paus yang berkelanjutan.

Menurutnya, keberadaan desa Labuhan Jambu melalui Pokdarwis akan membawa manfaat  bagi pembangunan Kabupaten Sumbawa khususnya pada bidang Pengelolaan wisata bahari.

Potensi yang ada saat ini di Teluk Saleh harus segera dikelola dengan baik, karena kedepan diharapkan akan mampu menyumbang PAD Kabupaten dan Provinsi NTB dari sektor wisata bahari.

Dengan demikian, wisata hiu paus di Desa Labuhan Jambu perlu menjadi perhatian bersama, baik oleh pemerintah desa, kabupaten, provinsi bahkan pemerintah pusat untuk terus mendorong pengelolaan wisata hiu paus ini secara maksimal melalui program-program strategis pemerintah

Memang hingga saat ini, keterbatasan fasilitas pendukung pariwisata menjadi kendala besar yang dirasakan oleh pengelola wisata hiu paus. Pengelola belum mampu memberikan pelayanan maksimal kepada para wisatawan sehingga ikut berpengaruh pada harga paket wisata yang ditawarkan.

Kondisi tersebut tentu akan menjadi ancaman bagi keberlanjutan wisata hiu paus jika tidak segera ditangani oleh pemerintah sebagai pemegang kebijakan.

Menyaksikan hiu paus dari jarak dekat (Poto: Muhaidin Kasim)

Belum banyak publikasi yang menjelaskan tentang wisata hiu paus di Desa Labuhan Jambu, Sumbawa. Saya berusaha mengumpulkan data terkait harga, hingga fasilitas apa saja yang bisa didapatkan oleh wisatawan yang berkunjung dari ketua pokdarwis setempat melalui media sosial.

Harga pada umumnya dibedakan menjadi dua paket yakni tamu dalam negeri land based dan live a board). Sedang pengunjung akan mendapatkan beberapa fasilitas seperti penginapan, produk makanan lokal, cindera mata, dal lain sebagainya.

Saat ini, hiu paus telah dinyatakan sebagai satwa yang dilindungi berdasarkan keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 18/Kepmen-KP/2013 tertanggal 20 Mei 2013.

Spesies ikan terbesar ini memiliki karakter yang spesifik seperti berumur panjang, fekunditas rendah, jumlah anakan sedikit, lambat dalam mencapai matang kelamin, dan pertumbuhannya lambat, sehingga sekali terjadi over eksploitasi, sangat sulit populasinya untuk kembali pulih.

Oleh karena itu, menjadikan hiu paus sebagai objek berbasis pariwisata juga berarti sebuah usaha untuk melestarikan ekosistem hiu paus itu sendiri.

Mataran, 20 Oktober 2018

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k