Langsung ke konten utama

Pengalaman Mendistribusikan Bantuan untuk Korban Gempa di Pulau Sumbawa

Dusun Santong, Desa Dalam, Kecamatan Alas

Gempa yang terjadi di NTB selama sebulan lebih tak hanya menyisahkan duka bagi masyarakat Lombok. Akan tetapi juga meninggalkan trauma yang mendalam bagi masyarakat Sumbawa.

Banyak bangunan di Pulau Sumbawa khususnya Sumbawa bagian barat ambruk pasca gempa terakhir berkekuatan 6,9 SR dengan titik pusat Pulau Panjang. Bahkan hingga sekarang, gempa masih pula terjadi dengan titik pusat yang bergantian baik di Lombok atau di Sumbawa.

Beberapa waktu lalu, kami atas nama Forum Komunikasi Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Sumbawa (FKPPMS) - Mataram bekerjasama dengan teman-teman Indorelawan menginisiasi sebuah gerakan demi membantu saudara-saudara korban gempa NTB khususnya di Pulau Sumbawa.

Mulanya, sahabat indorelawan membuka donasi amal yang lalu hasilnya dibelanjakan beberapa kebutuhan pokok seperti selimut, terpal, popok bayi, makanan ringan, kaos kaki, baju bayi dan lain-lain. Dari Jakarta, barang ini lalu dikirim ke Mataram untuk didistribusikan oleh teman-teman FKPPMS.

Saya sebagai anggota kerja tim ingin berbagi sedikit pengalaman saat mendistribusikan bantuan untuk korban gempa di Pulau Sumbawa. Kami memilih mengunjungi dua kecamatan yang paling parah dan paling berdampak gempa yakni Kecamatan Alas dan Alas Barat.

Pertama, kami mengunjungi Desa Mapin Beru yang terletak di Kecamatan Alas Barat dan memberikan beberapa item bantuan seperti selimut, popok bayi, obat-obatan, kaos kaki, makanan ringan, dan baju bayi. Serah terima bantuan disaksikan lansung oleh Kepala desa, kadus, dan masyarakat yang ada di lokasi.

Setelah itu, kami lalu mengunjungi Desa Labu Mapin di kecamatan yang sama. Bagi saya, desa ini merupakan desa yang paling parah kerusakannya. Masyarakat mendirikan tenda pengungsian persis di lapangan umum, belakang kantor desa. Ada sekitar 200 tenda yang diisi oleh ratusan pengungsi mulai dari anak-anak, hingga orang tua. Masyarakat rata-rata kehilangan tempat tinggal. Memang, ada sebagian yang tidak roboh, tapi itupun sudah retak dan tidak layak huni.

Pengungsian di Desa Labu Mapin, Alas Barat

Di pengungsian

Di Desa Labu Mapin ini, kami membagikan lansung bantuan di pengungsian. Ada beberapa staf desa yang sempat ikut menuju lokasi dan mendokumentasikannya. Saat berbincang dengan salah seorang pengungsi, mereka menuturkan bahwa selama ini tak begitu banyak bantuan yang datang. Padahal, kondisi mereka dipengungsian bisa dibilang cukup memperihatinkan.

Menggunakan pick up, teman-teman kemudian bergerak menuju Kecamatan Alas. Di sana, kami menyambangi Desa Juran Alas dan bertemu lansung dengan sekretaris desa (sekdes). Kami memberikan bantuan seperti terpal, kaos kaki, peralatan bayi, dan selimut. Juran Alas sendiri merupakan salah satu desa yang paling parah kerusakannya dibanding desa-desa lain di Kecamatan Alas.

Terakhir kami mengunjungi Dusun Santong, Desa Dalam, yang berlokasi persis di depan kantor camat Kecamatan Alas. Ada hal menarik yang terjadi saat teman-teman mendistribusikan bantuan di tempat ini. Sesaat setelaj menyerahkan bantuan secara simbolis dengan masyarakat, tiba-tiba terjadi gempa berkekuatan 5,3 SR dengan titik pusat yang tak seberapa jauh dari Kecamatan Alas.

Hal ini sempat membuat masyarakat dan beberapa pegawai sekolah berhamburan keluar. Kami kemudian berusaha menenangkan anak-anak, lalu memberi mereka makanan ringan yang masih tersisa. Sungguh pengalaman yang luar biasa. Saya bisa membayangkan bagaimana kondisi psikologis masyarakat di sana sebulan terakhir ini. Gempa dengan kekuatan variatif belum juga berhenti menggoyang NTB.

***

Gempa NTB terjadi di luar kajian ilmiah dan nalar saintifik. Tak ada yang benar-benar bisa menjelaskan kapan musibah ini akan berakhir. Bahkan sampai hari ini, gempa-gempa kecil pun masih terus terjadi meski dengan rentang waktu yang agak lama. Semua kita hanya bisa bersabar. Masyarakat hanya diam terpaku menyaksikan rumah mereka terpaksa diratakan dengan alat berat. Alam seakan berpesan bahwa tak ada yang benar-benar abadi.

Lalu pertanyaannya, apa yang hendak kita sombongkan?

Mataram, 15 September 2018

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k