Langsung ke konten utama

Berakhir Pekan di Tanjung Aan


Pantai Tanjung Aan Lombok

Seorang sahabat mengajak saya berkunjung ke tempat wisata pantai Tanjung Aan di Lombok Tengah. Ia adalah seorang dosen di salah satu lembaga pendidikan di Mataram. Ia hendak mengisi perkuliahan English for Tourism, lalu mengajak sejumlah mahasiswa berkunjung ke tempat wisata demi menemukan native speaker.

Saya yang kebetulan lama tak menjajal tempat wisata di Lombok, segera menyetujui ajakannya. Sahabat itu seakan mengerti bahwa akhir-akhir ini, saya juga tengah giat belajar bahasa Inggris. Sepertinya ia paham bahwa saya sedang memerlukan teman untuk berdialog.

***

Ibu penjual kain itu segera berlari mendekati rombongan, sesaat setelah sampai di pantai Tanjung Aan. “Handmade pak, handmade bu” katanya sayup-sayup. Ia antusias menyapa pengunjung sembari menawarkan dagangannya. Ibu itu adalah satu dari sekian banyak penjual kain tenun di Tanjung Aan. Saya menduga, usianya sekitar 50 tahun. Kepada saya ia bertutur bahwa telah menjual kain selama tak kurang dari 7 tahun. “Untungnya tak seberapa, hanya cukup untuk makan sehari-hari. Itupun kalau ada yang beli”. Ungkapnya.

Pantai Tanjung Aan Lombok

Pantai Tanjung Aan Lombok

Bukan sekali saya berbicang lama dengan para pedagang di tempat wisata. Beberapa waktu lalu, saya juga berjumpa dengan gadis kecil di pantai Kuta yang rela menjual gelang demi membayar uang sekolah. Gadis itu membuat saya iri sebab dalam usia belia, ia telah mahir berbahasa Inggris.

Bagi saya, berkunjung ke lokasi wisata bukan sekadar melihat obyek, memotret dan pulang. Saya menyenangi pertempaun-pertemuan dengan manusia-manusia di lokasi wisata, merasakan denyut jantung mereka yang hidup di pesisir, menikmati keceriaan warga setempat yang seringkali terheran-heran mengapa ada orang yang siap menghabiskan jutaan rupiah demi mendatangi kampung halamannya.

Sekian banyak pantai menawan di Lombok memang selalu dikerubungi para penjual kain. Dengan setia mereka menjajaki dagangan kepada siapa saja yang datang berkunjung. Di Tanjung Aan, mereka serupa tuan rumah yang antusias menyambut tamu dengan aneka souvenir khas Lombok.

Pantai Tanjung Aan Lombok

Pantai Tanjung Aan Lombok

Pantai Tanjung Aan merupakan satu diantara sekian banyak hamparan pantai indah yang membentang di Lombok. Tak sampai satu jam dari BIL (Bandara International Lombok) untuk sampai ke tempat ini. Dari sini, kita bisa leluasa menikmati sederet objek wisata lain yang hanya berjarak sepelemparan batu seperti Bukit Merese, Pantai Seger, Mawun, Mawi, Kuta, Selong Belanak dan masih banyak lagi.

Berbeda dengan Seger, pantai yang juga pernah dijadikan lokasi suting film ini menyajikan pemandangan indah dengan suasana ombak yang teduh. Tak ada satupun peselancar yang datang ke tempat ini. Yang nampak hanyalah ratusan turis asing yang berjemur di sepanjang garis pantai. Sambil berkeliling, saya menikmati sekelebat pemandangan di depan mata.

Saya menyadari bahwa Lombok memang menyimpan pesona hebat. Soal keindahan, pantai-pantai di sini memiliki hamparan pasir sehalus tepung. Di Tanjung Aan, saya bahkan bertemu dengan bule yang menyebut Lombok layaknya kepingan surga.

Di Tanjung Aan, saya menikmati akhir pekan yang menyenangkan. Matahari sedang terik, tapi saya masih bisa menyaksikan pantai luas yang begitu banyak peminat. Di pantai ini, saya merenungi banyak hal. Saya merenungi keindahan Lombok, ikhtiar pemerintah demi menjadikan Lombok sebagai kiblat wisata dunia, serta interaksi yang menyenangkan dengan beberapa warga.

Mataram, 31 Juli 2017

Komentar

  1. Wah, paling asik tuh, Mas, ada ayunan gitu di pantainya. Pantai memang membuat nyaman, membuat hati senang.. Bisa juga sekaligus merefres otak..

    Mas, kalau pantai itu dari Bunkate jauh gak ya?
    Soalnya aku ada soradara disana?

    BalasHapus
  2. Tulisan yg menyentuh... Disini kita bisa belajar bahwa mencari nafkah itu gak mudah.. Butuh usaha keras n doa.. Sya jg kadang2 iri sama anak2 kecil dsana yg mahir skali berbahasa inggris.. Hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Terkadang ada juga yang agak memaksa tapi tak semuanya. Harus dipahami hehe

      Hapus
  3. wui udah lama aku enggak ke tanjung aan... apakah sekarang sudah mulus jalan nya?

    mengenai pedagang, agak dilema juga sih...
    kasihan, tapi juga kadang agak sebel, memaksa sih, ngikutin terus kemana kita pergi, heuheuheu

    BalasHapus
  4. Pedagang-pedagang semacam ini yang kadang membuat risih pengunjung. Seharusnya dibuatkan lapak atau lokasi saja.

    BalasHapus
  5. Klo sy mulai miris ngelihat tembok d skitar pantai 😞

    BalasHapus
  6. mas imron asli lombok?

    boleh tuh mas jadi ide dijual online handmade lomboknya, bahkan tenun lombo laris banget kayaknya hehe

    lombok mah udah ga diragukan lagi pantainya yaa, pantas disebut kepingan surga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya asli Sumbawa mba. Kebetulan sedang kuliah di Lombok

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Belajar Menyerap Hikmah Dari Kasus Ahok

Pernyataan Ahok Kunjungan Ahok ke kepulauan Seribu dan kampanye terselubungnya akhirnya menghasilkan kecaman dari publik karena blunder pernyataan yang dia lakukan. Ahok dalam pernyataannya menyatakan : Kalau Bapak ibu ga bisa pilih saya, karena dibohongin dengan surat Al Maidah 51, macem macem itu. Kalo bapak ibu merasa ga milih neh karena saya takut neraka, dibodohin gitu ya gapapa. Pernyataan Ahok (Gubernur DKI) di Kepulauan Seribu tentang Surat Al-Maidah 51 mendapat respon yang keras dari Umat Islam baik di Jakarta maupun di belahan Nusantara ini. Bagaimana tidak, Dalam kutipan pernyataannya tersebut yang menjadi viral di Medsos Ahok menggunakan kata "dibohongin" dengan Al-Maidah 51. Pernyataan yang terus bergulir mengundang reaksi yang berujung saling lapor ke Kepolisian, bahkan dikhawatirkan mengganggu stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Kubu Umat Islam melaporkan Ahok atas dugaan penistaan agama dan kubu Ahok atau disebut "Kotak Adja" mel

Saidi, Kisah Calabai Suci di Tanah Bugis

Buku Calabai Karya Pepi Al-Bayqunie Setiap orang tua selalu mengidamkan sosok anak yang mampu menjadi kebanggaan bagi semua orang. Mereka tak henti-hentinya berdoa seraya berharap agar kelak, si anak tumbuh serupa pepohonan rindang yang menyejukkan banyak orang. Namun, apa jadinya jika ternyata ditengah perjalanan hidup, semua espektasi orang tua berbanding terbalik? Anak yang dibanggakan itu, bukanlah sosok yang mereka idamkan. Bahkan, sang buah hati berpotensi mendatangkan aib bagi keluarganya. *** Tuntas sudah saya membaca buku berjudul Calabai, karya Pepi Al-Bayqunie, terbitan Javanica tahun 2016 lalu. Buku yang terinspirasi dari perjalanan hidup seorang bissu di Sulawesi itu sungguh membuat saya larut dalam hegemoni haru yang berkepanjangan. Buku setebal 385 halamain ini mengantarkan saya pada sisik melik kehidupan para bissu, ahli waris adat dan tradisi luhur suku Bugis yang dipercaya menjadi penghubung antara alam manusia dan alam dewata. Beberapa tahun silam, s