Langsung ke konten utama

Duka Aceh Duka Kita Semua



Aceh kembali diguncang gempa. Di Pidie Jaya, saya mendengar kisah tentang Isak tangis para keluarga korban gempa yang tak terbendung. Sejumlah bangunan porak poranda akibat goncangan berkekuatan 6,5 Skala Ritcher itu. Dari ruko, rumah sakit hingga masjid. Semuanya luluh lantah.

Tak lama kemudian, berita ini mulai tersebar secara viral di berbagai media sosial. Kabar duka yang datang dari Aceh, sontak mengalahkan berita tentang seorang pemimpin yang sebentar lagi akan menjalani persidangan. Publik menjadi iba. Doa bersamapun digelar demi mendoakan para saudara sebangsa di Pidie Jaya Aceh.

Sejumlah tokoh nasional berbondong-bondong menuju tempat kejadian. Mulai dari presiden, hingga petinggi parpol. Mereka juga merasakan duka yang mendalam atas kejadian ini. Duka yang dirasakan oleh seorang anak yang kehilangan ayahnya. Duka yang dirasakan oleh seorang ibu yang kehilangan anaknya. Duka Aceh adalah duka kita semua.

***

Malam itu seorang sahabat mengajak saya berbincang ringan di sebuah angkringan yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari kosan saya. Sahabat itu adalah ketua dari salah satu komunitas sosial di Mataram. Hatinya bergetar melihat kejadian yang tengah melanda masyarakat Aceh.

Akhirnya kami sama-sama sepakat untuk melakukan aksi penggalangan dana demi membantu para korban. Hati kami sama-sama tergerak, ingin rasanya terjun lansung menuju Pidie Jaya dan membantu para relawan di sana. Namun sadar sebagai mahasiswa, tak ada yang bisa kami berikan selain menggelar aksi tersebut.

Dengan niat baik untuk mendapat dukungan, saya kemudian menyebar informasi melalui berbagai media sosial. Saya juga membagikannya melalui beberapa group pertemanan di whatsapp dan bbm. Berharap teman-teman mahasiswa lain ikut membantu kegiatan ini nantinya.

Tak sampai sehari, para relawan telah terkumpul. Atas nama Aliansi Mahasiswa Sumbawa-Mataram, kamipun bergerak dalam aksi yang digelar di Taman Udayana tersebut. Pagi itu, dengan berbekal sepasang kardus dan sebuah megaphone, kami tetap bersememangat melintasi sepanjang jalan meminta bantuan. Menghampiri kerumunan-kerumunan orang, mengharapkan uluran tangan dari para pengguna jalan untuk meringankan beban saudara kita di Pidie Jaya Aceh.

Mereka yang memberikan sumbangan juga kian beragam. Ada seorang pecinta sepeda ontel yang kebetulan melintas, ada juga ibu-ibu penjual perhiasan yang rutin berolahraga pagi, ada sepasang kekasih yang nampak malu-malu menyodorkan selembar uang kertas. Saya juga melihat bapak-bapak penjual roti keliling yang ikhlas menyumbangkan sekian persen keuntungannya demi membantu para saudaranya yang tertimpa bencana.

Setelah kegiatan ini selesai, saya dibuat kagum oleh rombangan lain yang juga menggelar aksi serupa. Dari kejauhan, nampak para wanita berkerudung dan pemuda berpeci lebih mendominasi barisan mereka. Tak hanya di Mataram, duka yang melanda Aceh juga berhasil menggerakkan sejumlah pemuda di berbagai daerah lain di Indonesia.

Di Garut Jawa Barat, mahasiswa dari Uniga juga ikut melakukan aksi penggalangan dana demi membantu para korban bencana. Di Madiun juga terjadi hal serupa. Sejumlah kader HMI juga melakukan aksi solidaritas sebagai bentuk kepedulian terhadap duka yang dialami masyarakat Aceh.

Dari berbagai penjuru tanah air, saya menemukan suara-suara kepedulian yang diekspresikan melalui aksi solidaritas penggalangan dana. Mereka yang memenuhi jalan-jalan, tempat-tempat umum berada pada gelombang perasaan yang sama. Mereka bergerak atas sesuatu yang amat penting. Mereka sama-sama membentuk barisan kepedulian yang kemudian menggugah hati banyak orang. Mereka adalah pencari cahaya kehidupan.

Seminggu ini saya melihat begitu banyak aksi solidaritas. Seminggu ini batin saya dibasahi oleh semangat-semangat kepedulian dari berbagai penjuru atas duka yang dialami saudaranya. Ada perasaan getir, iba, belasungkawa yang coba dirangkum dalam aksi tersebut. Saya mengamini kalimat Thomas Friedman bahwa dunia telah menjadi datar. Apa yang terjadi di satu tempat bisa menimbulkan kekhawatiran dan keresahan di tempat lain. Batasan kian mengabur. Suara kepedulian bisa datang dari mana saja.

Di situ saya menemukan rasa optimisme yang kuat bahwa bangsa ini akan semakin kokoh sebab ada banyak orang yang hatinya seluas laut tersebar di mana-mana. Di situ saya percaya bahwa bangsa ini akan selalu perkasa sebab setiap warganya saling menopang layaknya sebuah bangunan besar. Jika sudah demikian, maka pastilah garuda kita akan terbang setinggi-tingginya.

Mataram, 12 Desember 2016

Komentar

  1. Innalillahiwainnaillaihirodjiun...
    semoga korban diberi kekuatan dan kesabaran...dan kita menjadi orang-orang yang tergerak untuk ikut serta mendoakan dan mendukungnya tidak hanya dengan doa tetapi dengan bantuan sekemampuan kita

    BalasHapus
  2. sedih begitu mendengar berita gempa di Aceh. Belum juga pulih para korban tsunami, skrg sdh terkena gempa lagi. Semoga diberi kekuatan dan kesabran. dan utk para penggalang dana, semoga kebaikannya dibalas oleh Allah. Aamiin

    BalasHapus
  3. selalu memantau berita terakhir Aceh ini, sampai sekarang korban udan 102 orang, semoga selalu diberi kesabaran dan ketabahan...., aminn....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali mas. Terakhir korbannya segitu.

      Hapus
  4. keren semangatnya
    semoga bermanfaat kegiatannya untuk teman2 di aceh,...

    BalasHapus
  5. turut berduka atas terjadinya gempa, moga ini jadi hidayah buat semuanya. peringatan dari Allah supaya lebih taat dalam beribadah

    BalasHapus
  6. Aku salut dengan Aliansi Mahasiswa Sumbawa-Mataram, sigap dan bergerak cepat demi mengumpulkan dana dari donatur atau sukarelawn.
    Semoga Aceh segera pulih.

    BalasHapus
  7. Wih salut banget nih sama kalian. Semoga semakin banyak lagi yang membantu. Shock waktu denger ada gempa Aceh sampe ada korban yang belum ditemukan :( sedih.

    BalasHapus
  8. Semoga para korban diberikan kesabaran ya,apalagi mengenang 2004 silam aceh juga pernah dilanda tsunami dan ditahun ini dilanda oleh gempa bumi.Semoga mereka diberikan perlindungan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Menyerap Hikmah Dari Kasus Ahok

Pernyataan Ahok Kunjungan Ahok ke kepulauan Seribu dan kampanye terselubungnya akhirnya menghasilkan kecaman dari publik karena blunder pernyataan yang dia lakukan. Ahok dalam pernyataannya menyatakan : Kalau Bapak ibu ga bisa pilih saya, karena dibohongin dengan surat Al Maidah 51, macem macem itu. Kalo bapak ibu merasa ga milih neh karena saya takut neraka, dibodohin gitu ya gapapa. Pernyataan Ahok (Gubernur DKI) di Kepulauan Seribu tentang Surat Al-Maidah 51 mendapat respon yang keras dari Umat Islam baik di Jakarta maupun di belahan Nusantara ini. Bagaimana tidak, Dalam kutipan pernyataannya tersebut yang menjadi viral di Medsos Ahok menggunakan kata "dibohongin" dengan Al-Maidah 51. Pernyataan yang terus bergulir mengundang reaksi yang berujung saling lapor ke Kepolisian, bahkan dikhawatirkan mengganggu stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Kubu Umat Islam melaporkan Ahok atas dugaan penistaan agama dan kubu Ahok atau disebut "Kotak Adja" mel

Masin Si Pedas Dari Timur Sumbawa

Indonesia di kenal sebagai negara dengan ragam kuliner yang melimpah. Hampir di setiap sudut negeri ini ada saja peganan masyarakat yang memikat lidah. Ada dodol di Garut, Rendang di Padang hingga Ayam Bakar Taliwang yang bisa anda jumpai di Lombok. Namun di balik tumpah ruah kuliner yang beraneka ragam, ada cerita tentang perjuangan masyarakat lokal dalam mematenkan kuliner dari daerahnya masing-masing. Hingga kuliner tersebut mampu menjadi branding daerah serta menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Jika di tempat lain pelbagai kuliner terlihat berupa jejajan ataupun makanan khas daerah, di Sumbawa terdapat jenis kuliner yang tidak biasa. Namanya Masin, bentuknya serupa sambal dan terbuat dari udang-udang kecil. Masin adalah menu yang wajib hadir di setiap hidangan masyarakat lokal Sumbawa. Masin yang bentuknya serupa sambal ini memiliki citarasa pedas yang menantang lidah. Masin ini pertama kali di populerkan oleh masyarakat Kecamatan Empang, Kabupaten Sumbawa. Mereka beru

Madu Asli Sumbawa

Madu, sejak dulu memang dikenal sebagai makanan yang sangat berkhasiat bagi kesehatan. Madu yang merupakan hasil dari lebah bisa dikonsumsi secara lansung ataupun dicampur dengan bahan makanan lain. Biasa juga dibuat minuman dengan cara mencampurkan madu dengan air hangat. Beberapa penelitian menunjukan bahwa campuran madu dengan air hangat sangat brmanfaat bagi kesehatan tubuh. Adapun beberapa manfaat madu antara lain mengatasi batuk dan dingin, menurunkan berat badan, meningkatkan energi tubuh, kesehatan kulit, baik untuk pencernaan, meningkatkan metabolisme tubuh. Madu memang dipasarkan secara bebas diseluruh indonesia, tapi seiring perkembangan zaman Madu Asli memang susah sekali didapat. Apalagi kalau dikota-kota besar. Biasanya pedagang madu memanfaatkan madu campuran kemudian dipasarkan karena dapat menambah keuntungan. Perbedaan antara madu asli dan campuran itu bisa dilihat dengan cara menuangkan madu pada sebuah kertas. Nah jika madu yang dituangkan itu berhasil menembus