
Ketika sudah agak jauh dari istana, mereka menemukan seorang pria yang tergeletak ditanah. Sultan memegang lelaki itu, dia ternyata sudah mati. Pada saat itu tidak ada orang yang peduli dengan kondisi mayat tersebut, orang-orang disekitar tampak sibuk dengan dirinya sendiri.
Akhirnya sultan berseru. Karena suaranya yang keras, semua orang melirik dan memperhatikannya. Tapi tidak ada yang mengenali bahwa itu sultan. "Mengapa orang ini tergeletak mati ditanah dan mengapa tidak ada yang peduli? Dimana keluarganya?" tanyanya.
Orang-orang menjawab. " Dia memang begitu, dia seorang Pemabuk dan Pezina!"
Sultan mengatakan " Apakah dia bukan dari umat Nabi Muhammad SAW? sekarang, bantu aku membawanya ke rumahnya!"
Akhirnya orang-orang bersama sultan membawa jenazah itu ke rumahnya. Setelah mereka sampai disana, orang-orang pergi kembali. Namun sultan dan para pembantunya tetap tinggal, ketika istri si pria itu melihat keadaan suaminya, dia mulai menangis.
Dia berkata berkata kepada mayat suaminya, "Allah merahmatimu! Aku bersaksi bahwa kamu adalah seorang lelaki yang shaleh."
Sultan tiba-tiba kebingungan lalu berkata "Bagaimana anda bisa mengatakan bahwa suami anda ini shaleh padahal orang-orang mengatkan hal-hal ini dan itu tentang dia. Begitu banyak orang yang mengatakan soal buruk tentang suami anda sehingga tidak ada yang peduli bahkan ketika dia sudah meniggal?"
Dia menjawab "Saya hanya mendoakannya. Suami saya setiap malam pergi ke kedai dan membeli anggur sebanyak-banyaknya. Dia kemudian akan membawanya pulang dan kemudian menuangkan semua anggur-anggur itu ke tanah tanpa dia minum sedikitpun. Dia kemudian selalu mengatakan, "Aku menyelamatkan umat islam sedikit hari ini." Dia kemudian akan pergi pada pelacur, memberinya uang dan menyuruhnya menutup pintu sampai pagi tiba. Dia kemudian akan kembali kerumah untuk kedua kalinya dan berkata, "Hari ini aku menjaga seorang wanita muda dan remaja dari orang-orang yang akan memberinya hina."
Orang-orang selama ini memang hanya melihat dia memberi anggur dan mereka terbiasa melihat dia pergi kerumah pelacuran dan mereka mencemoohnya. Suatu hari saya berkata kepadanya, "Kalau kamu mati, tidak akan ada satu orang pun yang akan memandikanmu, tidak akan ada yang menshalatkanmu, dan tidak akan ada yang menguburkanmu!"
Dia tertawa dan menjawab, "Jangan takut istriku, Sultan, orang terpercaya, dan orang-orang shaleh akan menyalatkan jenazahku."
Mendengar cerita dari sang istri pemilik jenazah itu Sultan pun menangis. Dia mengatakan, "Demi Allah! dia mengatakan kebenaran, karena aku adalah Sultan Murad. Besok kita akan memandikannya, menshalatkannya dan menguburkannya."
Keesokan harinya Sultan, para ulama, orang-orang shaleh dan para rakyatnya berbondong-bondong datang untuk menshalatkan jenazah lelaki itu.
***
Kisah tentang orang saleh ini saya temukan dalam sebuah bacaan yang meyuguhkan kisah-kisah islami. Pesannya sangat kuat yakni jangan selalu memberi citra buruk terhadap perilaku orang lain. Kenali dulu siapa dia sebenarnya. Barangkali apa yang nampak tak selalu memberi gambaran tentang pribadi seseorang secara keseluruhan.
Betapa saya tertegun membaca kisah ini. Apa yang menimpa rakyat Ottoman beberapa abad lalu, juga sedang diidap masyarakat kita sekarang. Kisah ini membuka indra saya tentang banyak hal. Sultan Murad membantu kita dalam memahami lapis-lapis sosial yang tengah terjadi.
Di zaman ini, ketika seorang lain lebih unggul dalam beberapa hal, maka ada saja cibiran dan celaan yang ditujukan kepadanya. Ini adalah zaman dimana orang tak selalu berfikir positif atas kemajuan yang dilakukan oleh orang lain. Kadang mereka mencari-cari kesalahan yang pernah dilakukan si maju lalu dengan perasaan bangga mulai menebar kebencian kemana-mana.
Mengapa sikap-sikap seperti ini masih tertimbun rapi di tengah masyarakat kita. Kita tak selalu melihat apa yang ditorehkan oleh orang lain sebagai cahaya yang memimbing, lalu perlahan kita berusaha mengikuti cahaya itu untuk menggapai kesuksesan serupa.
Di tanah Ottoman, Sultan Murad mengajarkan hal lain yang juga penting. Bahwa seorang pemimpin yang baik adalah mereka yang ikut berbaur dengan rakyatnya. Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu melebur dalam satu atmosfer masyarakat dalam keadaan apapun. Memang, ini adalah salah satu ciri dari pemimpin-pemimpin besar islam kala itu. Dalam kisah lain, saya juga menemukan bahwa hal serupa juga terjadi di zaman khalifah Umar ibn Khattab. Beliau kerap berkeliling dan mendatangi lansung rakatnya ketika malam hari.
Kepada mereka, orang yang menjadikan sebuah jabatan sebagai pepohonan rindang tempat bernaungnya semua khalayak, sepatutnya kita menyerap hikmah. Dewasa ini, tak jarang kita temui orang yang rela melakukan segalanya demi sebuah jabatan. Bahkan di negeri ini, jabatan adalah kapasitas yang kerap disalah gunakan. Dengan sebuah jabatan, mereka membangun kejayaan diri, golongan, dan kelompok tertentu. Sungguh miris!
Mataram, 09 Agustus 2016
Seusai Membaca Buku 1000 Kisah Islami
Seusai Membaca Buku 1000 Kisah Islami
Sedih baca tulisan ini mas. bagus tulisannya. Salam kenal :)
BalasHapusSalam kenal kembali mas :)
HapusSaya juga ngak nyangka mas ternyata ending nya giu, padahal ngak ada yang mau liat mayat itu dijalan. Saya salut tulisannya mas imron T_T
BalasHapusTerima kasih mas :D
HapusSubhanallah sugnguh kisah yang inspiratif dan sedih juga kang ternyata ada pahala yang tidak ingin ia katakan dan malah dia sembunyikan. :)
BalasHapushehe ia mas terkadang berbuat baik itu urusan kita dengan tuhan
HapusCerita yang sangat menyayat hati kang.. ada pahala di balik kresembunyiannya selama ini :)
BalasHapusBetul sekali mas sangat istiqomah itu orang :)
Hapusceritanya seru juga ...lanjut ke cerita yang lain.
BalasHapusdimana serunya? ada perangnya emang mas? :D
HapusKapan-kapan dilanjutkan dengan cerita yang lain :)
Hapusih si mbak, seru itu tidak harus perang mbak, he..he...
Hapuskalau saja istri tak mengetahui suaminya meninggal saat itu, maka mungkin tak ada yang menolong dan mendengarkan dan mengetahui bhwa dirinya sholeh ya.
BalasHapusNyari yang perang-perang ya mba, duuhh anarkis sekali :D :D
Hapuskeyakinan untuk berbuat baik walaupun ditengah cemooh sekitar, cocok buat fenomena medsos jmn sekarang.. banyak orang berbuat baik di bully sama netizen..
BalasHapusSepakat mas :D
HapusYa Allaah.. Indahnya kisah ini, izin saya kopas untuk saya posting di fb dan jadi bahan ngajar ya mas.. :)
BalasHapusOia mas, koreksi untuk beberapa ketikannya ya, seperti kerumahnya, seharusnya ke rumahnya, iya seharusnya ia, ketanah seharusnya ke tanah.. Mohon maaf hanya mengusulkan, barangkali berkenan diedit ^^
BalasHapusIya mba itu murni kesalahan penulis hehe terima kasih koreksinya. Silahkan di copas untuk bahan mengajarnya mba :)
Hapusceritanya sangat menarik, dan kreativ terus berkarya gan.. di tunggu yang berikutnya
BalasHapusTerimakasih banyak mas :)
HapusWahh sultan murad, kisah nya bagus utk jadikan pelajaran,
BalasHapusIya mas menyayat hati
HapusSubhanalloh :)
BalasHapusMau nangis bacanya, sering kita memang melihat segala sesuatu cuma dari luarnya saja.
Semoga menginspirasi :D
HapusWah keren eung...ini seriusan kah cerita sejarahnya. Saya sampai berkaca-kaca eung. Dia yakin sekali yak, bahwa walaupun orang melihatnya jelek, tapi selama kebaikan yang dia lakukan, akan banyak yang mendoakan dan menshalatkan jenazahnya.
BalasHapusIya seriusan ini hehe
HapusJadi inget nasihatnya Ali Bin Abi Thalib, tak perlu menjelaskan dirimu pada siapa pun karena yang menyukaimu tak membutuhkannya, yg membencimu tak percaya itu.
BalasHapusBtw, kayaknya alamat blognya dulu pakai sub domain deh, kok jadi blogspot lagi? Iya gak sih? :D
Pahamilah mba, mahasiswa kalau akhir bulan.
Hapus