Langsung ke konten utama

'Basiru' Adalah Simbol Samawa yang Berprikemanusiaan


Basiru (Tolong menolong) adalah budaya berjudul kemanusiaan

Di tengah persaingan yang ketat, Individualisme semakin bertingkah menendang Solidaritas ke luar pagar kehidupan bermasyarakat. Ditambah lagi dinamika politik yang selalu "suka" ikut campur dalam segala dimensi kehidupan berdampak pada semakin kuatnya sentimen-sentimen sosial. Saudara dianggap musuh hanya karena persoalan sepele yang tidak sepaham. 

Orang tua dan anak saling menutup mata karena uang seribu dan sejengkal tanah. Bahkan tetangga masih seperti mahluk asing yang datang dari Mars. Di setiap ruang publik kita tampil sebagai sosok yang penolong sementara tidak tahu bahwa tetangga sebelah rumah sekarat di rumah sakit. Dalam topik-topik Rumpi kita saling berpesan untuk saling membantu, padahal pada saat yang sama Tetangga sebelah kita telah berteriak butuh pertolongan.

Beginikah cita-cita bangsa kita? Apakah ini salah satu bentuk dari semangat tolong-menolong dan gotong-royong yang diwariskan pendahulu kita? Indonesia yang saya cintai ini memiliki ciri yang khas. Yaitu begitu banyak manusia di dalamnya yang hebat merangkai kata-kata namun tidak pernah dipraktikkan. Sehingga saya berusaha menasihati diri sendiri sebagai penulis dan mencoba berbagi lewat catatan singkat ini karena sesuangguhnya ada penyakit menular yang sedang siap mewabah meruntuhkan peradaban kita. Penyakit ini tidak saja terjadi di kota-kota tetapi juga mulai melanda kehidupan di desa-desa. Termasuk di beberapa daerah di Sumbawa.


Basiru (Tolong menolong) adalah budaya berjudul kemanusiaan

Sumbawa memiliki catatan yang indah tentang semangat tolong menolong  dalam peradabannya. Terbukti dari  Salah satu Quote pendahulu kita No Si Barema Tu Pina Ne yang maksudnya adalah dalam berjalan kedua kaki tidak mungkin bergerak bersamaan.  

Quote tersebut Mendidik kita sebagai generasi cemerlang agar faham tentang kekurangan dan kelebihan. Agar tersadar akan ada dan tidak ada. Agar berbesar hati akan tinggi dan rendah. yang tujuan akhirnya adalah tercapainya kesetaraan berdasarkan kemanusian. Quote ini adalah salah satu alasan kuat yang mendasari konsep tolong menolong di Sumbawa berjudul Basiru.

Basiru merupakan istilah yang ditujukan kepada segala bentuk tolong menolong yang dilakukan oleh dua orang atau kelompok dalam menyelesaikan suatu kegiatan. Misalnya Si A membantu Si B pada hari ini dalam menanam padi. Maka Si B secara otomatis harus membantu Si A pada hari lain dalam hal yang sama. Jika tidak, bisanya Si B mencarikan pengganti. Begitu juga untuk beberapa contoh lainnya.

Beberapa orang memandang bahwa basiru tidak sesuai dengan konsep Ikhlas karena dalam membantu seseorang, dengan otomatis orang yang kita bantu harus membantu kita kembali pada kegiatan yang sama atau serupa. Saya sempat berpikir, Apakah Ya konsep ini belum tuntas? Sebagai rakyat jelata yang ingin tahu, Saya pun berhuznudzon dengan menganggap bahwa ada penjelasan lain dari konsep basiru.


Basiru (Tolong menolong) adalah budaya berjudul kemanusiaan

Bertanya kepada beberapa orang tua dan tokoh adat adalah satu-satunya cara, mengingat referensi tulis Sumbawa yang sangat minim. Dari beberapa keterangan dan penjelasan tokoh adat, akhirnya Saya cukup tercerahkan dan puas. Menurut ilmu Tau Loka Sapuan (Orang-orang dulu), bahwa basiru ada dua. Pertama, basiru ke Nene sebagai Hablumminallah dan basiru ke Manusia sebagai Hablumminannas.

Basiru Ke Nene (Basiru dengan Allah)
Basiru Ke Manusia ( Basiru dengan Manusia)

Bentuk tolong menolong dengan Allah tidak serta merta kemudian diartikan bahwa Allah membutuhkan pertolongan kita. Tetapi ungkapan itu memiliki maksud tersirat bahwa sesungguhnya Allah yang maha menolong senantiasa mengirimkan bantuan dan pertolongan kepada hambanya dengan cara mengutus hamba yang lain karena kuasa Nya dalam menggerakkan hati seseorang. Dalam hal ini kita dituntut agar peka dan senantiasa berusaha menjadi perantara pertolongan Allah kepada orang lain. Tetap saja kita akan mengharap balasan dari orang yang kita bantu? Di sinilah kita menjaga niat. Mara pangkeling Muhammad,

Sai-sai ibadat ning ya arap karedha Nene, ya dapat si lako Nene. Sai-sai ibadat ning ya arap dunia ke tau sawai, me loe de ka arap nan si loe de dapat.

Maksudnya: barang siapa yang beribadah karena mengharap ridha Allah, maka akan sampai kepada Allah. Barang siapa yang beribadah karena mengharap dunia dan wanita, maka hanya akan mendapatkan apa yang diharapkan. Jadi segala yang kita lakukan tergantung dari niat. jika membantu orang lain karena mengharap ridha Allah, maka kita pun akan mendapatkan ridha sekaligus bonus dunia yang lebih banyak. tapi jika kita membantu orang lain hanya karena mengharap balasan atau dunia (harta dan yang lain) maka kita hanya akan mendapatkan yang kita harapkan dan tidak mendapat ridha Allah.

Konsep basiru, selain sebagai konsep kebudayaan yang indah, juga merupakan salah satu bentuk Adat yang berpegang teguh kepada Syariat. lalu apa hubungannya dengan kemanusiaan. Pesan yang menarik kemudian ketika penjelasan dari Tau Loka diakhiri dengan ungkapan

Totang! lamin tau ada ate,
mana asu ya pendi si. 
goyo po ka ingo dengan dalam susa.

Ingat! orang yang memiliki hati, dengan anjing sekalipun mereka akan memiliki rasa kasihan, apalagi ketika melihat orang lain dalam susah.

Saya melihat konsep basiru sebagai konsep yang sangat indah. Meskipun kita dalam melakukan basiru ini secara tidak sadar, termasuk penulis tidak memperhatikan niat. Padahal selain keikhlasan, konsep basiru ini berbicara cukup tuntas tentang kemanusiaan. Secara tidak sadar konsep basiru sudah mencerminkan pola hidup dan prilaku masyarakat sumbawa yang hebat dan bermartabat, tinggal bagaimana kita menjaga warisan ini agar tetap tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat.

Oleh: Samsun Hidayat

Mataram, 01 Agustus 2016

Komentar

  1. dari NTB juga yah? Samawa ke?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Samawa, Empang, NTB, Indonesia, Asia Tenggara, Asia, Planet Bumi, Galaxi Bima Sakti mba hehe :D

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k