Tiap kali menginjakkan kaki di kota ini selalu saja ada yang tidak biasa. Serasa ada sesuatu yang meluap2 dari dalam, yang lalu memompa jantung hingga berdetak lebih cepat dari biasanya.
Mataram ini ibarat kue lapis yang tiap sudutnya menyimpan banyak rasa. Di kota ini, ada begitu banyak endapan kenangan. Beberapa ada yang sembuh, beberapa lagi sering kambuh.
Bagi saya, kota ini adalah cerminan diri. Di banyak sudut, saya melihat diri saya yang setelah sekian lama memang tak banyak berubah. Di tiap sudut itu ada banyak kisah. Ada suka dan duka. Ada kisah indah, ada pula catatan pahit yang masih membekas.
Jika hewan menandai daerah kekuasaannya dengan kencing atau jejak, maka manusia selalu punya cara tersendiri demi menandai tempat yang amat berkesan dalam hidupnya.
Mataram adalah kampung kedua setelah Sumbawa. Saya menandai kota ini sebagai salah satu tempat ideal untuk tinggal dan meniti hidup. Saya selalu berharap agar bisa menetap di kota ini. Suatu saat, dengan seseorang tentunya.
Ah, semoga.
Komentar
Posting Komentar