Langsung ke konten utama

Akhirnya Kembali Membeli Laptop

Laptop Asus

Tak akan mudah bagi siapapun untuk bekerja tanpa laptop. Bagi ukuran mahasiswa, memiliki laptop adalah sebuah keharusan. Dahulu, saya sempat stres saat laptop pertama saya raib digondol maling. Di sana terdapat file-file yang teramat penting untuk menunjang perkuliahan. Di sana terdapat dokumentasi pribadi saat awal-awal masuk kuliah.

Barulah kemarin, setelah dengan sabar mengumpulkan duit, akhirnya saya bisa kembali membeli laptop. Saya harus menunggu agak lama, sebab tak berani lagi meminta duit kepada orang tua. Untuk menyiasatinya, saya pun rajin mengikuti lomba menulis di media sosial. Saya berharap mendapatkan reward yang cukup untuk harga sebuah laptop.

Kini, satu laptop merek Asus telah berada digengaman. Laptop itu akan menemani saya kemana-mana hingga suatu saat, saya bisa membeli laptop jenis lain dengan spesipikasi yang lebih bagus. Ia akan mencatat segala keresahan di lembar keseharian saya. Ia akan menjadi saksi atas apa yang saya lakukan. Apa boleh buat, hanya dengan cara menulis, saya bisa menjaga asa intelektual serta bara semangat dalam diri saya.

Yah, hidup ini memang serupa jalan panjang yang berliku. Kelak, masa-masa sukar seperti itu akan selalu terkenang.

Mataram, 16 Oktober 2017

Komentar

  1. Selamat atas laptop barunya mas. Semoga laptop yang baru juga ikut membawa semangat baru yang lebih besar dalam menulis :D

    BalasHapus
  2. Saya lama pengen punya laptop tidak terbeli juga. Entah kapan ya ? biar enak dan bisa bebas membuat artikel dimana dan kapanpun. Sehingga jika ada conten placemant bisa langsung digarap.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k