Langsung ke konten utama

Dari Germas Untuk Indonesia Sehat


Sosialisasi Program Germas Oleh Kemenkes

Di tengah kekhawatiran banyak negara terhadap ancaman kesehatan di masa mendatang, sejumlah institusi pemerintahan kita mulai sigap dengan berbagai program demi mewujudkan masyarakat Indonesia sehat.

Pemerintah kita nampaknya tak mau kecolongan dalam hal mengelola anggaran kesehatan yang sedemikian besar. Mereka lalu mengarahkan birokrasi untuk menyerap segala kearifan serta menyatukan kekuatan banyak pihak demi menunjang program kerja dengan sejumput harapan agar segala kebijakan selalu bermuara kepada kepentingan banyak orang.

Setidaknya, itulah kesan saya seusasi menghadiri satu pertemuan bertajuk sosialisasi kesehatan yang diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan Indonesia. Acara yang digelar di hotel Astonn Inn Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat itu diikuti oleh sejumlah blogger, tenaga kesehatan, dan beberapa pegiat media. Di sana, saya tak hanya mendapatkan ilmu seputar dunia kesehatan, tapi juga diajarkan bagaimana membangun sebuah tulisan agar mudah dipahami publik.

***

Dokter muda itu memulai presentasinya dengan bersemangat. Namanya Birry Karim, ia menjadi pemateri pada acara bertajuk sosialisasi program Germas oleh Kementerian Kesehatan. Jangan bayangkan bahwa dalam mensukseskan program semacam ini, pemerintah hanya menggandeng sejumlah LSM yang bergerak dibidang tertentu. Germas adalah singkatan dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.

Program kesehatan ini merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kamauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan Germas haruslah dimulai dari lingkup keluarga sebagai bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian.

Mulanya, Germas diprakarsai oleh pemerintah dengan mengedepankan upaya promotif-preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif. Namun demi menyukseskan program ini, mereka menggandeng para blogger yang tersebar dibanyak tempat di Indonesia. Tujuan dari Germas sendiri sesuai dengan namanya yakni mengajak masyarakat untuk membudayakan pola hidup sehat dalam kesehariannya.

Birry Karim, Salah Seorang Pemateri

Gaya Hidup Tak Sehat

Sore itu, Birry memulai pembicaraan terkait penyakit tidak menular. Serupa doktor dalam satu kelas perkuliahan, ia mengemukakan sejumlah prilaku tidak sehat yang kerap dilakukan banyak orang. Birry bercerita tentang penyakit jantung koroner akibat penimbunan lemak, diabetes yang kerap menyerang masyarakat berumur lanjut, hingga membagikan tips kiat hidup sehat bagi penderita hipertensi.

Sebagai peserta, saya mencermati pembahasannya satu persatu. Saya tak ingin ketinggalan menyerap ilmu yang tak bisa saya temukan di ranah akademik ini. Itulah salah satu alasan mengapa saya selalu antusias setiap kali menghadiri pertemuan dengan para blogger. Di sana, saya leluasa menyelami samudera ilmu demi sebongkah mutiara pengetahuan yang tak ternilai.

Tak lama berselang, Sekjen Kementerian Kesehatan, Suseno Sutarjo yang sempat hadir dalam acara itu, juga memberikan sambutan. Beliau membincang banyak hal terkait bagaimana pola kerja Germas. Pejabat yang dilantik beberapa tahun lalu itu, mengajak para blogger dan pegiat media untuk bekerjasama demi membumikan program ini hingga akar rumput.

Saya mengamini pola kerja pemerintah di era keterbukaan. Mereka tak segan melibatkan para generasi muda dalam sejumlah agenda besar. Sebut saja Generasi Pesona Indonesia (Genpi) yang dibentuk oleh Kementerian Pariwisata, Gerakan Pemuda Tani Indonesia (Gempita) yang dibentuk oleh Kementerian Pertanian, lalu Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang dibentuk oleh Kementerian Kesehatan. Semuanya menggandeng para generasi muda yang dinilai mampu bekerja secara massif dan profesional.

Sekjen Kementerian Kesehatan, Suseno Sutarjo

Saya terkesan, sebab pemerintah kita mampu membaca trend abad milenial. Mereka hendak memaksimalkan peran blogger dan pegiat media sebagai agen promotif. Saya teringat buku berjudul Grown Up Digital, karya Don Tapscott, yang telah diresensikan oleh blogger ternama, Yusran Darmawan beberapa waktu lalu. Buku itu membuka wawasan tentang perkembangan dunia digital, dengan mengusung tesis utama tentang lahirnya generasi internet yang mengubah banyak hal.

Generasi baru yang dimaksud Tapscott adalah generasi yang melihat masalah dengan cara berbeda dari generasi sebelumnya. Generasi ini bisa memaksakan cara pandang mereka yang kemudian mengubah kultur bisnis, lanskap ekonomi, pendidikan, serta mendobrak tatanan sosial. Generasi ini mampu melakukan hal-hal yang multi-tasking sebab pada saat bersamaan, mereka juga bisa menyelesaikan satu pekerjaan.

Saat para generasi muda ini dipersatukan, mereka serupa ombak besar yang bisa menjebol satu tembok kukuh dalam penyajian informasi melalui berbagai kanal blog dan media sosial. Merekrut mereka dalam satu barisan adalah langkah strategis untuk menguasai masa depan. Di banyak tempat, netizen dan blogger kerap dipandang sebelah mata. Padahal kekuatan mereka tak bisa lagi dipandang remeh. Merekalah yang menjadi pengendali informasi di abad digital ini.

Sesi terakhir dari acara itu diisi dengan kiat-kiat membangun sebuah tulisan oleh Anwari Natari. Ia adalah seorang pengajar, editor, ahli komunikasi dan limu kebahasaan dari Universitas Indonesia. Satu pesan yang terpaksa saya stabilo tebal darinya adalah, seorang penulis yang baik, adalah dia yang mampu membimukan kata. Seseorang tak harus menulis dengan bahasa setinggi langit, sebab yang akan membaca tulisannya adalah mereka yang tinggal di bumi.

Motivator muda itu menyarankan kepada para blogger, untuk selalu menulis dan menyajikan informasi dengan bahasa yang sederhana. Hal ini ditujukan untuk mempermudah para pembaca dalam memahami isi tulisan kita. Sungguh, apa yang ia sampaikan sore itu kerap saya jumpai di kehidupan nyata.

Anwari Natari Membagikan Kiat-kiat Menulis

Entah kenapa, seseorang sering menggunakan kosa kata tinggi dan bahasa-bahasa ilmiah demi mendapat pengakuan intelektulitas. Bahkan, saat ia berbicara dengan petani yang kesehariannya bergelut dengan pacul dan alat bajak sekalipun. Saya juga sering berdiskusi dengan seorang teman yang ketika ia berbicara, selalu menyelipkan istilah-istilah dalam bahasa Inggris. Padahal, kemampuan bahasa inggris yang ia miliki nampak biasa-biasa saja.

Bagi saya, pertemuan hari itu adalah pertemuan yang sangat mengesankan. Saya berharap, kolaborasi antara pemerintah dan netizen ini bisa dikelola dengan baik. Pemerintah harus terbuka dan lebih transparan kepada mereka. Sebab, generasi ini telah terbiasa bekerja dalam satu atmosfer yang serba demokratis.

Lahirnya Germas tidak saja menjadi sarana bagi kehidupan yang lebih sehat, tapi juga menjadi pintu bagi terciptanya indeks pembangunan manusia yang unggul dan bermutu. Jika saja api semangat ini terus mendapat dukungan dari seluruh instrumen bangsa, maka negeri ini bisa menjadi negeri yang kuat, sekaligus memiliki desa-desa yang berdaulat dalam hal kesehatan.

Komentar

  1. Selalu asik bahasanya. Semoga makin banyak masyarakat yang sadar bahwa hidup bahagia kedepan tergantung pola hidup hari ini

    BalasHapus
  2. Kebayang apa jadinya germas tanpa blogger

    BalasHapus
  3. atuh gimana gak terancam? banyak minuman/makanan yang kandungannya berbahaya

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah, dapat banyak pengetahuan positif tambahan yaa.
    Tampiasih juga sudah menuliskannya dengan baik, jadi kita-kita yang baca juga jadi ikutan ketambahan pengetahuan positif.

    Salam pagi dari Selong..

    BalasHapus
  5. asek... asek...
    dengan ngebaca artikel ini ane seperti dapat rangkuman dari acara GERMAS kemarin, mantep Bhro...

    yuk mulai hari ini jalan pola hidup CERDIK agar masyarakat Indonesia selalu sehat #Optimis

    Salam blogger NTB dan salam Hoki

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih