Langsung ke konten utama

Dari Singang Hingga Ayam Bakar Taliwang, Puasa di Lombok Kaya Rasa


Singang

Salah satu menu favorit saya saat berbuka puasa adalah singang. Makanan ini memiliki cita rasa yang khas. Meski aslinya berasal dari Sumbawa, namun seiring berjalannya waktu, singang mulai mudah ditemukan di Lombok. Banyak pengusaha kuliner asal Sumbawa yang menetap di Lombok, menjual masakan ini ketika ramadhan. Mereka membuka lapak di pinggir jalan, lalu menawarkan singang kepada siapa saja.

Jika tak sempat membelinya di luar, terkadang saya memesan masakan ini pada salah seorang sahabat mahasiswa Sumbawa untuk diantarkan. Sahabat itu menyediakan aneka kuliner Sumbawa di Lombok. Ia tak hanya membuka lapak, namun juga menerima pesanan. Satu porsi singang ia hargai mulai dari 10 hingga 15 ribu rupiah. Murah bukan?

Di daerah asalnya, masakan tradisional berbahan dasar ikan segar ini telah diwariskan secara turun temurun. Masyarakat Sumbawa telah membuat singang jauh sebelum pemerintah membuat slogan “one village one product“ yang belakangan sering dikampanyekan oleh seorang mentri.

Sepintas, bentuknya memang menyerupai gulai ikan. Kuahnya yang kekuning-kuningan dipadu dengan warna hijau daun kemangi dan warna merah cabe rawit, membuat singang terlihat segar. Aromanya yang menggugah selera seakan mempertegas rasa tak sabar di dada untuk segera menyantapnya.

Meski menjalani puasa di Lombok, saya selalu leluasa menikmati masakan khas Sumbawa yang satu ini. Di kampung halaman saya, Empang, Kabupaten Sumbawa, singang biasa dibuat dengan beragam jenis ikan laut. Namun, saat menyantapnya di Lombok, kuliner ini lebih sering disajikan dengan ikan jenis nila yang banyak dibudidayakan di sini. Tapi terlepas apapun ikannya, singang selalu membawa kenikmatan tersendiri.

Singang Ikan Laut (foto: Endah Gusniati)

Selain singang, makanan lain yang juga menjadi menu andalan saat berbuka adalah ayam bakar taliwang. Jauh di Jakarta sana, kuliner ini perlahan mulai populer. Namun, tidak ada yang bisa mengalahkan nikmatnya saat mencicipi kuliner ini di kampung asalnya. Saya terbiasa menikmati ayam bakar taliwang dengan plecing kangkung. Rasanya sangat mencerminkan selera masyarakat Lombok yang menyukai pedas.

Kuliner ayam bakar taliwang ini dipopulerkan pertama kali oleh warga Karang Taliwang di Cakranegara, Mataram. Mereka membuat sesuatu yang kemudian menjadi ciri khas, lalu tersebar ke mana-mana. Kuliner ini menjadi jembatan bagi mereka untuk menyapa banyak orang di berbagai tempat. Mereka mematenkan identitas Taliwang ke dalam kuliner ayam bakar yang kenikmatannya selalu membuat perut tak pernah kenyang.

Kuliner yang satu ini memang digemari banyak orang. Terbukti ketika sejumlah warung yang menyediakan menu ayam bakar taliwang tak pernah sepi pengunjung. Bahkan, tercatat beberapa artis ibukota yang datang mengunjungi Lombok, selalu menyempatkan diri untuk menjajal sensasi pedas ayam bakar taliwang.

Ayam Bakar Taliwang

Lombok tak hanya memiliki sederet destinasi wisata memukau, tapi juga pulau yang amat kaya dengan berbagai khasanah kuliner. Jika setiap tempat memiliki satu kuliner yang unik, maka perjalanan mengelilingi Lombok bisa menjadi perjalanan yang teramat mengasyikkan sebab akan dipenuhi berbagai kisah, sejarah, serta harum aroma kuliner yang menggoda iman di sudut manapun anda berada. Perjalanan itu bisa menjadi medium efektif untuk memahami bahwa kuliner bukan sekadar makanan, tapi juga merupakan tradisi, budaya, serta filosofi hidup.

Melalui kuliner pula, kecintaan pada sebuah bangsa pun bisa diasah. Sebab rasa dan aroma khas kuliner akan menyadarkan kita bahwa setiap tempat memiliki keunikan, sejarah, serta peta sosial budaya yang berbeda. Kuliner adalah jalan masuk untuk mengenali jantung budaya setiap bangsa.

Di Lombok, saya tak hanya menikmati ramadhan yang semarak sebab pemerintah melalui serangkaian acara Pesonah Khazanah Ramadhan telah menjadikan Islamic Center sebagai pusat dari banyak kegiatan islami yang menarik, tapi juga saya menikmati ramadan yang begitu nikmat saat ragam kuliner bercita rasa dunia, tersaji di atas meja.

Yukkk, mari bersantap.

Mataram di Penghujung Ramadhan, 18 Juni 2017

Komentar

  1. wah...pagi2 baca postingan ini bikin saya ngiler....hahaha

    BalasHapus
  2. di Bima juga ada yg mirip singang.. tp sy lupa namanya 😂

    BalasHapus
  3. Aku pernah makan ayam bakar taliwang tapi belom pernah ngerasain singgang.Kayaknya rasa singgang segerrr deh kaya akan bumbu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba dari bumbu alami kaya rempah-rempah

      Hapus
  4. Buset dah... biking ngiler pengen memamah biak... Sedaappp..

    BalasHapus
  5. Sejauh ini aku sangat penasaran dengan ayam bakar taliwang. Penasaran sama rasanya. Pengen bedain sama ayam biasanya..

    BalasHapus
  6. ikan singang itu seperti apa ya? seger banget kayaknya menu ikan singang ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba coba buat nanti di rumah ya, salam (o)

      Hapus
  7. wuiih saya belom pernah coba singang dan ayam taliwang :O semoga ada kesempatan mencobanya langsung di kotanya hehe, amiin

    BalasHapus
  8. kelihatannya singgang ini emang asik buat dijadikan menu buka ya, bro. Belum pernah nyoba, tapi gak nolak kalau ditawarin :)

    BalasHapus
  9. Ayam bakar taliwang, saya gak asing deh mas, soalnya tiap hari lewat rumah makan khas sasak/lombok ini di deket rumh saya di tebet-jaksel. Sayangnya saya blm pernah mampir, hanya numpang lewat aja, hehe..

    BalasHapus
  10. singang kok keliatan masih mentah ya?

    BalasHapus
  11. pantesan saat saya puasa diLombok rasanya beraneka macam dan jenis, makanya wajar kalau puasa di Lombok jadi kaya rasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ya mang...kan udah dibilangin ayam bakarnya taliwang banget

      Hapus
  12. Saya lebih penasaran dengan ayam bakar taliwang. Karena memang saya penyuka kuliner ayam bakar.

    BalasHapus
  13. Iya sekilas singang inu mengingatkan masakan ibu yang biasa kami sebut ikan bumbu kuning atau bumbu Bali. Rasanya enak, pedas dan segar. Mungkin rasanya mirip dg singang juga ya mas..

    Ayam taliwang pengen kapan2 nyoba krn makanan ini cukup populer juga.

    Mohon maaf lahir batin ya mas :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih