Langsung ke konten utama

Kucing, Cinta, dan Kejujuran


Dewey, Karya Vicki Myron dan Bret Writter

Seberapa besar dampak yang dapat ditimbulkan oleh seekor hewan? Berapa banyak kehidupan yang dapat disentuh oleh seekor kucing? Bagaimana mungkin seekor kucing buangan mengubah sebuah perpustakaan kecil menjadi tempat pertemuan dan daya tarik wisata, memberi inspirasi kepada penduduk sebuah kota klasik Amerika, mempersatukan warga di seluruh kawasan, dan pelan-pelan menjadi terkenal di seluruh dunia?

Tentu saja anda tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas sebelum menghabiskan bacaan setebal 392 halaman, karya Vicki Myron dan Bret Writter berjudul Dewey. Sebuah buku bestseller international yang menyajikan kisah heroik seekor kucing perpustakaan kecil Spencer, yang membuat dunia jatuh hati.

Diangkat dari sebuah kisah nyata, buku ini pertama kali diterbitkan oleh Grand Central Publishing, New York, pada 2008 lalu. Dewey adalah alarm yang menyala. Buku ini mengajarkan kita bahwa betapa selalu berfikir positif adalah satu-satunya lentera penerang di tengah segala kesulitan hidup. Dewey menitipkan pesan yang amat menyentuh hati, lucu, sekaligus memberi inspirasi bagi siapapun yang membacanya.

Perjalanan panjang kucing ini sungguh dimulai dengan cara paling menyedihkan. Umurnya baru beberapa minggu ketika pada malam terdingin tahun itu, dia dimasukkan ke sebuah kotak pengembalian buku perpustakaan umum Spencer, Lowa, oleh orang tak dikenal.

Dewey baru ditemukan pada keesokan harinya oleh direktur perpustakaan, Vicki Myron, orangtua tunggal yang berhasil bertahan dari kehilangan tanah pertanian, penyakit kanker payudara, dan suami yang kecanduan minuman keras. Pertemuan tak terduga itu menjadi berkah bagi keduanya. Dewey berhasil mencuri hati Vicki dan hati para pegawai perpustakaan.

Saat ketenarannya berkembang dari kota ke kota, melintasi berbagai negara bagian, dan akhirnya merebak ke seluruh dunia, Dewey menjadi sumber kebanggaan bagi sebuah kota pertanian yang bangkrut di pedalaman Amerika dan membuatnya bangkit dari krisis berkepanjangan yang telah berakar jauh di masa silam.

Ada bagian yang membuat saya takjub yakni ketika Dewey mampu menjadi aktor pengganti dibalik alpanya peran sebagian orang tua di Spencer yang selalu sibuk dengan berbagai aktivitas pertanian, hingga lupa menyisihkan waktu bagi anak-anak mereka.

Di banding seekor kucing, saya lebih memilih memaknai Dewey sebagai tokoh rekonsiliatif dalam buku ini. Vicki dengan sederhana menjelaskan bagaimana kehadiran kucing tampan itu menjelma serupa maghnet lalu mempersatukan segalanya.

Saya bisa merasakan bagaimana perasaan Vicki pada Dewey. Kucing itu telah menemani seorang direktur perpustakaan selama bertahun-tahun. Dewey telah memberi Vicki sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Hubungan keduanya bukanlah tentang seekor kucing dan majikannya, tetapi tentang sebuah persahabatan, cinta, dan kejujuran.

Tak ayal setelah kepergian kucing itu, Vicky harus membongkar ingatannya. Ia berusaha menyusun satu demi satu kepingan manis bersama kucing itu untuk diceritakan. Dia menyadari bahwa dengan cara inilah, Dewey akan selalu abadi dan terpatri dalam benak semua orang. Bagaimanapun juga, saya sangat mengapresiasi kisah ini. Saya mengapresiasi kecintaan Vicky yang begitu besar.

Dulu, ketika pacar saya memelihara kucing, saya juga melihat rasa kecintaan yang sama. Entah mengapa, dia menjadi begitu bersemangat. Dia merawat kucing itu penuh suka cita. Bahkan setiap akhir bulan, saya kerap diminta untuk menemaninya membeli makanan si pus, panggilan akrab kucing peliharaannya.

Kesan saya seusai membaca buku ini adalah betapa sebuah memoar manis, selalu diawali dengan rasa cinta kasih yang jujur dan teramat mendalam. Pada akhirnya, rasa itu akan menyatu dengan segala sikap serta senantiasa memancarkan energi positif dalam diri manusia. Cinta itu teramat luas, cinta itu adalah bagaimana memberi kebaikan.

Setelah membaca Dewey, sayapun ingin memelihara kucing.

Mataram, 21 Me1 2017

Komentar

  1. Kucing kan lucu mas. Makanya aku juga suka bngt.Uyel able☺☺

    BalasHapus
  2. Kucing, setiap manusia memang berbeda dalam menyukai binatang. berbeda peliharaannya. Dan saya bukan tipe penyuka kucing, geli sama bulunya.

    BalasHapus
  3. saya mah lebih suka miara pemilik dan penyuka kucingnya aja ah mang, males kalau kudu miara kucing mah, lagian nggak ada kucing yang jujur juga sih...menurut saya mah

    BalasHapus
  4. itu kek pernah liat gambarnya di sebuah flm luar indonesia dehh, yang pas misalnya kita lewat tuh kucing liatin, trus pas diliatin dia jadi patung gitu ckckck

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. wah keren kak ulasannya.. aq musti banyak2 belajar lg nih biar bisa nulis kayak gini hehe,, salam kenal :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih