Langsung ke konten utama

Surat Kecil Untuk Mahasiswi Tingkat Akhir


Ilustrasi

Untukmu, mahasiswi tingkat akhir yang belum juga menyelsaikan studi karena masih diberatkan pihak kampus dengan alasan prosedural dalam satu siklus omong kosong idelisme dosen, tak usah terbenam dalam kesedihan. Sebab dalam hidup, terkadang kita harus menerima sebuah kenyataan pahit meski hati kita menganggap itu semua tidak adil.

Untukmu, wanita yang selalu mengeluarkan air mata ketika melihat foto teman-teman seangkatanmu yang hendak mengenakan toga dan banyak berseliweran di media sosial, jangan pernah menanam benih kedengkian kepada mereka. Sebab kelak, mereka akan mengerti mengapa kamu rela menyisipkan sedikit waktu disela-sela kegiatan akademik demi menjalani sebuah proses interaksi di luar kampus bersama sahabat lain dalam satu atmosfer organisasi.

Kelak mereka akan menyadari, betapa IPK tinggi dan wisuda tepat waktu tak pernah menjadi jaminan bahwa masa depan mereka akan lebih baik dibanding yang lain. Kelak mereka juga akan menyadari, betapa segala bentuk aktivitas sosial bukan sekedar tentang membantu proses seleksi untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri dan berkerja di perusahaan profesional semata. Tapi tentang tanggung jawab sebagai para agen perubahan ( Agen of Change ) serta pemegang estafet kepemimpinan bangsa.

Untukmu, mahasiswi yang selalu berusaha tersenyum dihadapan semua orang, meski aku tahu dirimu tidak dalam keadaan baik-baik saja, ku mohon bersabarlah sejenak. Yakinlah bahwa tuhan memiliki seribu alasan, mengapa dia belum mengizinkanmu mengenakan toga dalam waktu dekat ini.

Adikku, tuhan itu maha adil, dia maha memiliki alasan atas segalanya. Dia tidak akan menciptakan siang untuk bekerja, tanpa menciptakan malam untuk beristirahat. Begitu pula dia sengaja menciptakan sakit agar manusia menghargai arti sebuah kesehatan.

Untukmu, wanita yang dengan sukarela mengabdikan ilmu pengetahuan demi kepentingan sosial tanpa mengharap balasan apapun, melalui surat singkat ini, aku hendak memberitahukanmu beberapa hal.

Aku ingin memberitahumu bahwa sebagian besar tokoh berpengaruh di dunia ini, dulunya pernah bermasalah di bidang akademik hingga mereka terpaksa dikeluarkan oleh pihak kampus. Kamu tentunya sependapat denganku, bahwa mereka tidak memiliki permasalahan dengan kemampuan intelektual sedikitpun.

Adikku, janganlah sekali-kali berkecil hati atas pencapaianmu. Kamu hanya perlu bersukur karena melalui ujian-Nya, tuhan tengah mendidikmu menjadi sosok yang tangguh. Sebab mereka yang telah terbiasa dengan ketidaknyamanan, adalah mereka yang akan menertawakan hidup ketika diterpa ujian dikemudian hari.

Adikku, aku ingin mengajakmu pada kisah Bill Gates. Orang terkaya di dunia itu, bahkan pernah di DO dari Harvard University. Gates diberhentikan bukan karena malas, melainkan dia hanya ingin fokus pada cita-citanya yaitu mendirikan Microsoft.

Adikku, jika bagimu wisuda tepat waktu bukanlah satu-satunya jalan menuju kesuksesan, maka buktikanlah kepada mereka bahwa kelak, kamu juga berhak mendapatkannya. Bukankah mendiang Steve Jobs pernah dikeluarkan dari Reed College sebelum akhirnya menciptakan berbagai produk yang digilai masyarakat dunia?

Gates dan Jobs adalah mata air inspirasi bagi kita semua. Keduanya membuktikan bahwa kesuksesan itu tak pernah identik dengan kemudahan. Mereka mengajarkan kita untuk tidak tunduk dan menyerah pada keadaan.

Adikku, jika bagimu ilmu pengetahuan adalah cahaya dan membumikannya di dalam ladang kehidupan jauh lebih penting dari segalanya, maka pancarkanlah cahaya itu kepada dunia sekitarmu. Buktikanlah kepada mereka bahwa ilmu itu bisa menyatu dengan segala sikap, keikhlasan, serta tindakanmu yang selalu ingin melihat dunia sebagai wahana bermain, tempat menumpahkan segala bentuk kebaikan.

Adikku, kita tidak bisa memaksa orang lain untuk memberi penilaian baik atau tidak kepada kita, namun bukan berarti kita harus berhenti berbuat baik. Meski demikian, buktikanlah kepada dunia, bahwa mereka yang besar bukan karena kehebatan serta kemewahan yang dimilikinya, melainkan karena kekuatan karakternya yang membasahi semesta ini dengan embun kebajikan.

Adikku, untuk membuat kedua orangtuamu bangga, kamu tak perlu sesempurna para nabi. Kamu juga tak selalu harus wisuda tepat waktu layaknya yang lain. Kamu cukup menjadi dirimu sendiri. Kamu cukup menyerap berbagai kebijaksaan dari kampus, lalu mengembalikannya sebagai lentera yang menerangi masyarakat luas. Kamu cukup menjadi pepohonan rindang tempat orang lain berteduh. Kamu cukup menjadi pupuk yang menggemburkan bumi ini dengan senyum serta kebaktian.

Adikku, terlepas dari berhasil atau tidaknya kamu mengenakan toga dalam waktu dekat ini, aku selalu bangga padamu.

Sekian surat kecil ini aku tuliskan. Semoga bisa menghibur hatimu yang sedang digandrungi kesedihan.

Mataram, 08 April 2017

Komentar

  1. Semoga apa yang diharapkan adiknya bisa dimudahkan dan satu persatu terwujud ya, Mas. Apapun yang terjadi harus tetap disyukuri :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tetap semangat dan tidak boleh minder.

      Hapus
    2. karena minder adalah ciri orang yang tidak mampu ya mang

      Hapus
  2. Abangku... siapakah wanita itu 😅

    keren bang... 👍👍👍👍

    BalasHapus
  3. Setelah wisuda ini yang justru menjadi tantangan berat. Arah kaki dan tujuan yang hendak dicapai pasti lebih banyak pilihan dan tantangan.
    Wisuda tepat waktu dambaan setiap mahasiswa ,tapi setiap mahasiswa juga mempunyai kemampuan masing-masing.

    BalasHapus
  4. Be yourself itu poin pentingnya yah mas, tetap semangat dan tetap berbuat kebaikan yang tidak hanya bermanfaat buar diri sendiri tetapi juga bisa bermanfaat buat orang banyak.

    BalasHapus
  5. pasti adiknya itu adik yang istimewa, sabar dan terus berjuang yah

    BalasHapus
  6. Adik,,, teruslah menggapai citamu ya

    BalasHapus
  7. Semangat terus mas dan bmbak yang menghadapi skripsi. Dalam hidup memang selalu ada ketidakadilan, namun disitulah kita dibentuk untuk selalu sabar dan berubah. Mungkin tahun ini kita ketinggalan wisuda tapi siapa yang tahu takdir seseorang kedepannya.

    BalasHapus
  8. Didampingi aja kelarin skripsinya...pasti nanti tambah semangat mas...

    Menurutku klo ada mhsiswi yang dua juga aktif di organisasi..berarti mmng harus resiko gimana kuliah n organisasi bisa jalan bareng. Jadi nggak ada yang keteter. Mmng si, ketepatan lulus dan ipk tidak menentukan...tp di setiap kmpus tetep ada batas maksimal. Klo mpe kena DO..kasian ortu kan?

    BalasHapus
  9. semangat aja jangan sampai putus asa, tapi jangan lama-lama juga nanti terlena hehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih