Langsung ke konten utama

Semalam Bersama Sahabat Sumbawa Barat



Sebuah kehormatan saat saya diajak berkumpul pada suatu kegiatan yang dipelopori oleh teman-teman mahasiswa dari Sumbawa Barat. Mereka adalah sebuah komunitas yang telah didirikan semenjak 2014 lalu. Berawal dari keresahan satu orang atas sekelumit permasalahan yang terjadi, lalu dengan serius mengajak para sahabat lain yang berada pada gelombang pemikiran yang sama, untuk berkecimpung pada satu wadah yang kehadirannya diharapkan mampu menjadi tali perekat solidaritas mahasiswa Sumbawa Barat di Mataram.

Mereka mengundang saya untuk menghadiri kegiatan pengkaderan yang dilakukan di salah satu kawasan wisata terbuka di Lombok. Pantai tiga adalah satu dari sekian banyak objek wisata yang letaknya berada di sebelah utara Kota Mataram.

Pantai ini bisa menjadi referensi bagi para sahabat yang lebih senang kengamati keindahan laut. Selain menawarkan pemandangan yang menyejukkan mata, jaraknya hanya sepeminuman teh dari Kota Mataram. Kita akan melewati kawasan wisata Sengigi terlebih dahulu, sebelum tiba di lokasi.

Berbeda dengan tempat lain, pantai ini kerap kali dijadikan sebagai lokasi perkemahan untuk sekedar mengisi liburan akhir pekan dan beberapa kegiatan berbasis pengkaderan yang dilakukan oleh sejumlah organisasi kemahasiswaan.

Saya memenuhi undangannya sebagai sahabat. Saya pikir pertemuan ini akan dihadiri oleh banyak orang. Benar dugaan saya, di sana terlihat sejumlah mahasiswa yang notabenenya berasal dari Kabupaten Sumbawa Barat hadir memenuhi undangan.

Beberapa bulan yang lalu, saya mulai akrab dengan komunitas mereka. Di mata saya, mereka adalah sekumpulan anak muda yang kritis terhadap realitas yang berkembang. Lebih dari itu, kami memiliki identitas kesukuan yang sama. Kami adalah mahasiswa yang berasal dari pulau Sumbawa, dan masih menempuh pendidikan di tanah Sasak.

Saya begitu antusias ketika menghadiri pertemuan itu. Di sana, saya ditunjuk sebagai salah satu pembicara untuk sharing pengetahuan seputar organisasi. Saya senang karena bisa hadir ditengah-tengah mereka, mengisi akhir pekan dengan kegiatan berbau diskusi dan dialog bersama rekan-rekan mahasiswa.

Kegiatan yang diinisiasi lansung oleh Komunitas Anak Harapan Sumbawa Barat itu, juga dilengkapi dengan serangkaian acara hiburan seperti aksi sulap, hipnotis, hingga stand up comedy. Bahkan yang membuat saya kagum adalah semua atraksi yang mereka tampilkan, talentanya berasal dari komunitas itu sendiri.


Pertemuan kami tadi malam, membawa keberkahan tersendiri bagi saya. Semilir angin pantai yang menyengat kulit, tak menyurutkan semangat kami demi menuai hikamat kebersamaan. Sejenak berada di tengah mereka, membuat saya teringat kisah haru dari Soe Hoek Gie. Seorang idealis yang mati muda itu lebih memilih mengasingkan diri dan melihat segala sesuatu dari tepian, ketimbang larut dalam hiruk pikuk suasana kota yang serba gemerlap.

Berbeda dengan Gie, kami justru memilih melakukannya secara berkelompok. Bagi sebagian besar mahasiswa Sumbawa yang memadati Lombok, pantai tiga bukanlah titik yang tepat untuk menghabiskan malam minggu mereka.

Sederet cafe-cafe beken yang menawarkan aneka ragam minuman, jelas akan lebih diminati oleh kaum muda ketimbang duduk melingkari api unggun di tepian pantai sembari memikirkan langkah-langkah strategis guna ikut berkontribusi bagi pembangunan daerah.


Malam ini, saya begitu banyak meyerap embun kearifan dari para sahabat Sumbawa Barat. Apa yang dilakukan oleh Komunitas Anak Harapan, membuat batin saya tergugah. Mereka yang berasal dari latar belakang akademik yang berbeda-beda, ternyata memiliki kesamaan visi demi membangun kampung halaman. Mereka mulai berfikir jernih terhadap realitas, lalu atas nama kelompok, mengundang rekan-rekan mahasiswa lain untuk bertukar pikiran demi merumuskan langkah mereka kedepan.

Saya jadi teringat akan petuah Bunda Theresa, "ketimbang mengutuk kegelapan, jauh lebih baik menyalakan lilin." Jauh di luar sana, kita kerap kali mendapati sejumlah pemuda yang mencaci maki pemimpinnya di ranah media tanpa alasan yang jelas. Mereka lupa, bahwa ketimbang menebar kebencian, jauh lebih baik jika kita berfikir bagaimana menjadikan diri sebagai rahmat bagi sekeliling.

Mataram, 20 November 2016

Komentar

  1. wah seru banget tuh acara pengkaderannya, udah gituh sebagai tamu kehormatan tentu makin istimewa dong...pasti oleh para calon kader dianggap orang penting banget soalnya para senior mereka saja juga menghormati kang admin...hahay

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya hanya hadir sebagai sehabat kang

      Hapus
    2. kalau begitu...salamin atauh ke sahabatnya yang wanita yah...okeh

      Hapus
  2. Seneng sekali ya Mas kalau sudah ngumpul sama para sahabat..hehe

    BalasHapus
  3. Waah KSB, aku dulu sempat tinggal di Taliwang. Temenku banyak yg dari KSB juga. Tapi komunitas ini kayaknya isinya masih dedek-dedek unyu, gak ada yang kenal, haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah iyakah??? Trus sekarang ngak pernah ke KSB lagi ya mba?

      Hapus
  4. Acara yang kayak gini neh... saya juga suka, Mas :)

    BalasHapus
  5. Asyik ya mas, bisa bertemu dengan teman-teman dan melakukan hal positif lagi bermanfaat. Semoga pengkaderannya sukses dan komunitas Anak Harapan Sumbawa Barat bisa menginspirasi anak muda lainnya yaa, aamiin :)

    Keren juga ya bisa menikmati suasana pantai di malam hari :)

    BalasHapus
  6. wew ternyata masih ada segerombolan mahasiswa keren kayak gini,
    sumpah, geng kayak kamu itu langka !
    semoga rencana untuk mengembangkan daerah serta bangsa Indonesia ini bisa di beri kelancaran ya broo.

    BalasHapus
  7. Tempatnya bagus banget masih bersih, cocok tuh untuk refresing otak hehe.

    BalasHapus
  8. Keren mas, acaranya, kegiatan positif ngumpul2 dapet ilmu

    Ini mantep:
    ketimbang mengutuk kegelapan, jauh lebih baik menyalakan lilin

    BalasHapus
  9. Kumpul bareng sahabat begini seru banget neh.

    BalasHapus
  10. Asyik sekali suasananya. Semoga suatu saat bisa main-main ke Sumbawa lagi :)
    *padahal tinggal nyebrang aja dari Lombok

    BalasHapus
  11. Kegiatan yang seru yak kalau berkumpul dengan berbagai macam orang. Kita jadi bisa ikut memandang dari berbagai sudut.

    BalasHapus
  12. Seru ya komunitasnya. Ada yang bisa hipnotis segala malah, hihihi :)

    BalasHapus
  13. senang sekali dapat undangan seperti itu apalagi di pantai lombok hohho indah

    BalasHapus
  14. artikel yang sangat menarik, terimakasih..

    BalasHapus
  15. Keren dan seru banget acaranya mas Imron, apalagi tempatnya beuh bikin nyman.. :)

    BalasHapus
  16. Broh, itu udah ada lampu petromaks dinyalain, gak sekalian ngepet aja? Ntar salah satu jagain lampunya.

    BalasHapus
  17. Suasana diskusinya yang malam hari itu beda banget ya, suasana baru, bisa mendatangkan ide dan pemikiran baru juga

    model diskusi kayak gini udah jarang, sekarang org banyak melakukan banyak hal secara online aja

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih