Langsung ke konten utama

KASI dan Harapan Sumbawa Bebas Narkoba


Ilustrasi

Disuatu malam yang pucat di Mataram, saya sempat berdiskusi ringan dengan salah seorang senior di salah satu kedai kopi yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari kosan saya. Beliau adalah seorang Akademisi di salah satu perguruan tinggi disini, diskusi kami berjalan santai namun terarah. Seperti biasanya, kami membahas beberapa topik terhangat yang sedang terjadi di Sumbawa. Ternyata beliau tengah dibuat geram dengan sejumlah pemberitaan di media massa akhir-akhir ini.

Dalam beberapa pekan terakhir, beberapa kasus narkoba tengah menghiasi jendela publik. Setelah berdiskusi beberapa jam, kami akhirnya sepakat untuk membuat suatu gerakan sosial sebagai penanggulangan terhadap maraknya kasus tersebut.

Gerakan itu kami namai KASI, singkatan dari Kelas Sport Inspirasi. Sebuah gerakan yang nantinya diharapkan mampu memaksimalkan peranan olahraga dalam upaya membentuk generasi muda yang bebas narkoba. Rencananya kegiatan ini akan kami pusatkan di Kecamatan Empang.

Akhir-akhir ini memang seringkali saya dibuat tercengang oleh beberapa pemberitaan yang disuguhkan oleh media. Beberapa kasus yang mendominasi ruang publik adalah masifnya peredaran narkoba di Kecamatan Empang, Kabupaten Sumbawa. Empang adalah kampung halaman saya, saya tumbuh dan berkembang disana, sebelum akhirnya kewajiban melanjutkan studi harus memisahkan saya dengan Empang dalam beberapa tahun terakhir.

Empang adalah sebuah Kecamatan Kecil di ujung Timur Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Kecamatan yang juga dekat dengan wilayah Dompu itu memang dikenal sebagai wilayah yang cukup produktif dalam bidang kesenian, pendidikan dan politik. Beberapa tokoh besar di Sumbawa lahir disana.

Adalah fenomena yang menarik, ketika menjamurnya lembaga-lembaga atas nama sosial kemasyarakatan ternyata tidak mampu menekan angka penyakit sosial yang timbul ditengah masyarakat itu sendiri. Bahkan mereka tak mampu bergeming, ketika sebuah masalah besar bernama narkoba dengan leluasa hadir ditengah-tengah masyarakat kita. Beberapa aktivitas seni yang tengah berlansung di Sumbawa ternyata berhasil membuat sejumlah lembaga ini alpa membicarakan masalah tersebut.

Padahal kehadiran lembaga sosial kemasyarakatan seyogyanya adalah sebagai wadah untuk menyerap setiap masalah-masalah rakyat lalu dengan senang hati menyampaikannya kepada pemerintah. Jujur saja, pemberitaan semacam ini telah berhasil membuat kami yang berada pada tataran mahasiswa gusar, bahkan sangat malu, terlebih lagi itu terjadi dikampung halaman sendiri.

Bayangkan saja, dalam tempo tidak lebih dari satu bulan, dua hingga tiga pemberitaan mengenai narkoba menghiasi berbagai media massa di Sumbawa. Jelas ini menjadi masalah bersama, bukan saja pemerintah daerah akan tetapi juga bagi setiap orang yang masih menyisihkan sedikit waktunya untuk memikirkan nasib bangsa ini.

Narkoba adalah masuh utama bagi bangsa manapun didunia ini, barang haram itu bisa membunuh pikiran dan karakter penggunanya secara perlahan. Membiarkan peredarannya leluasa ditengah masyarakat sama saja dengan membiarkan seseorang yang mengidap penyakit HIV AIDS berkeliaran dimuka umum tanpa diasingkan ketempat tertentu.

Rodrigo Duterte, selaku orang nomer satu di Filipina telah menyatakan perang terhadap narkoba semenjak dia menjabat sebagai presiden. Bahkan Duterte menghimbau kepada setiap rakyatnya untuk tidak segan-segan membunuh siapa saja yang kedapatan mengkonsumsi atau menyebarkan barang haram tersebut. Pidatonya yang kian menggetarkan hati adalah dia akan membunuh setiap pengguna narkoba layaknya Genosida yang dilakukan Hitler kedapa kaum Yahudi beberapa tahun lalu.

Sungguh sebuah komitmen yang besar dari pemimpin negara. Meskipun pidato itu sempat mendapat perlawanan keras dari sejumlah Yahudi di Amerika Serikat, tapi dalam hal ini sepenuhnya saya mendukung orang yang beberapa waktu lalu sempat mengunjungi Jakarta itu. Saya memang tak sependapat dengan Duterte prihal caranya yang kejam dan tidak menghargai HAM dalam penanggulangan narkoba, tapi setidaknya niatnya yang tulus dan komitmen tinggi dalam memberantas peredaran berang haram itu patut diacungi jempol.

Kasus narkoba kian masif terjadi di Indonesia saat ini, hukuman mati tak pelak membuat para kartel-kartel barang haram itu jerah, bahkan saban hari mereka makin meyeruak, layaknya ungkapan sebuah pepatah "Mati Satu Tumbuh Seribu" hingga hari ini peredarannya telah menjamah hingga pelosok-pelosok negeri. Tak terkecuali dikampung halaman saya, beberapa pembritaan media akhir-akhir ini menjadi bukti kebenarannya. Hal tersebut seharusnya mampu membuat mahasiswa lebih memeras otak guna memikirkan solusi mutakhir dalam menanggulangi suatu masalah yang tengah terjadi.

Memang sepenuhnya bukan tanggung jawab kami, tapi sematan Agent Of Control dan Agent Of Change yang telah melekat pada jiwa dan raga seorang mahasiswa bukanlah sekedar omongan kosong belaka. Bagi saya, sematan semacam itu tak ubah sebuah tanggung jawab yang mesti diemban. Kita bisa saja bergeming dari sekian banyak masalah yang tengah terjadi ditengah masyarakat, tetapi berusaha menyibukkan diri dengan aktivitas akademikpun bukanlah solusi cerdas.

Narkoba memang telah menjelma serupa penyakit menular yang bisa menyerang siapa saja, tapi bukan berarti penyakit ini tidak memiliki formula ampuh untuk penanggulangannya. Di berbagai kota besar di Indonesia kita menemukan begitu banyak penolakan-penolakan terhadap narkoba yang diorganisir oleh kaum muda dan mahasiswa, wujud penolakan itu kemudian menjelma menjadi sebuah gerakan yang menuai banyak simpatisan.

Pada Aguatus lalu, Angkatan Muda Muhammadiyah di Majalenka juga telah melakukan deklarasi gerakan anti narkoba, bahkan jauh sebelum itu, ribuan mahasiswa di Sumenep juga telah melakukan hal serupa. Deklarasi penolakan terhadap narkoba juga semestinya lahir di Sumbawa melalui semangat-semangat muda. jika kehadiran Forum Anak Samawa lebih terfokus kepada gerakan anti rokok, maka pada tataran yang berbeda perlu kiranya muncul suatu lembaga yang juga memiliki perhatian khusus terhadap narkoba.

Kehadiran lembaga semacam ini akan sangat membantu pemerintah dalam upaya pemberantasan narkoba yang kian hari semakin tak terbendung peredarannya. Perlu adanya langkah preventif yang digagas lansung oleh masyarakat atas dasar kepedulian, yang nantinya akan memicu kesadaran masyarakat terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh barang haram tersebut. Memang tak semudah membalik telapak tangan, mengingat Indonesia sudah masuk kedalam Zona Merah peredaran narkoba. Tetapi atas dasar komitmen dan kesadaran yang kuat, masyarakat dan pemerintah bisa bekerjasama untuk memaksa barang najis ini agar segera angkat kati dari tanah Samawa.

Meskipun kegiatan tersebut masih pada tahap perencanaan dan teknis pelaksanaannya belum rampung serstus persen, tetapi saya berharap KASI adalah langkah awal dalam mewujudkan Sumbawa yang bebas dari narkoba. Disadari ataupun tidak, narkoba adalah ancaman serius bagi generasi muda kita saat ini. Membangun Sumbawa yang bebas narkoba juga berarti ikut mewujudkan Sumbawa yang hebat dan bermartabat. Jika beberapa abad silam Marx dengan rasa menggebu-gebu menyerukan kepada seluruh kaum buruh di dunia untuk bangkit melawan kapitalisme, maka di abad ini saya mengajak semua elemen masyarakat untuk bangkit melawan narkoba.

Mataram, 07 Oktober 2016

Komentar

  1. Iya memang perlu banyak pihak ya untuk berantas narkoba ini.

    BalasHapus
  2. narkoba sekarang bukan hanya dikota besar, dan malah sudah merambah ke desa-desa. Dan memang masalah ini sudah sangat fenomenal. Di desa desa di kabupaten kami ini juga sudah mulai darurat narkoba. Mudah-mudahan hal ini bisa diatasi sesegera mungkin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus dilawqn secara masif mas. Dan para wajah muda harus menjadi garda terdepan

      Hapus
  3. Pokok nya , bagaimana p kenikatan NARKOBA , tetep harus DIJAUHI . Itu hanya kenikmatan sementara , lalu bakal sengsara selama nya . Jadi lah generasi muda yang aktif berkarya , menyumbang ide , dan memajukan bangsa dengan segala kekreatifitasannya .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenikmatannya tak sebanding dengan apa yang didapatkan setelahnya

      Hapus
  4. Filipina memang keren. Negara harus kuat dan tegas. Alasan HAM jangan menjadi halangan untuk membrantas narkoba. Hukuman mati harus tetap dijalankan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga pemimpin nasional kedepan memiliki opsi yang baik tentang pencegahannya kedepan mas

      Hapus
  5. Aku baru tahu kalo kamu dari mataram,...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masa mas hehe. Kebetulan kuliah disini :D mas darimana???

      Hapus
  6. semoga perjuangannya berlanjut, sehingga semakin banyak generasi muda yang aktif memerangi narkoba :)

    BalasHapus
  7. semoga gerafkan seperti diatas yang telah dilakukan di Sumbawa dapat berimbas dengan tidak adanya peredaran narkoba disana, karena nggak ada marketnya sih.

    BalasHapus
  8. nah ini nih yang harus dilaksanakan di negara kita "STOP NARKOBA" ...!!

    BalasHapus
  9. Seram juga dengan semakin meningkatnya penggunaan narkoba yak. Pernah denger juga katanya disusupin di permen-permen, tujuannya saat besar si anak terbiasa mencium baunya..jadi gampang dicekoki narkoba.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih