Langsung ke konten utama

Dimas Kanjeng, Takhayul, dan Watak Sosial Masyarakat Kita


Dimas Kanjeng

Dimas kanjeng ditangkap oleh aparat kepolisian karena tuduhan penipuan. Dia berkedok bahwa dapat melipatgandakan uang dalam jumlah banyak. Kini pemberitaannya seakan memenuhi ruang publik, bahkan salah satu pengikutnya yang diketahui telah menyerahkan sejumlah uang terlebih dahulu untuk dilipatgandakan, khawatir kalau-kalau dengan tertangkapnya Dimas Kanjeng, uang yang telah dia serahkan tidak akan kembali.

Seiring ditangkapnya dimas kanjeng, banyak pihak yang mengaku bahwa pernah ditipu oleh pria bertubuh gempal itu. Sejak beberapa hari yang lalu media massa tengah sibuk meliput kasus ini, sejumlah pernyataan dari banyak pihak mulai bermunculan. Mereka kian memojokan Dimas kanjeng dalam beberapa komentar, media-media alpa untuk melihat bahwa pengikut dimas kanjeng juga memiliki kontribusi pada apa yang sedang terjadi. Saya amat geli melihat kasus ini pertamanya, terlebih pernyataan Dimas Kanjeng terhadap pihak kepolisian diatas mobil ketika tengah dibawa menuju POLDA Jatim.

Kasubdit 1 Keamanan Negara Ditreskrimum Polda Jatim AKBP Cecep Ibrahim yang saat itu juga sebagai ketua tim penangkapan menceritakan, setelah ditangkap dari dalam padepokan Dimas Kanjeng lansung dibawa kedalam mobil khusus untuk dibawa ke markas Polda Jatim di Surabaya dengan didampingi sejumlah polisi. Dengan iseng, dalam perjalanan, dia bertanya kepada Dimas Kanjeng yang katanya bisa menggandakan uang, "katanya bisa menggandakan uang, tolong dong isi mobil ini dengan uang, kata Cecep" Dimas Kanjeng dengan santainya menjawab tidak bisa, karena aksi tersebut harus dibantu dengan bantuan mahluk halus yang diperintahnya.

Sekarang mereka (Mahluk halus) tidak bisa pak, tadi mereka kena gas air mata. Haaahh? sejak kapan gas air mata berefek pada mahluk halus??? Mendengar jawaban Dimas Kanjeng sontak para polisi terpingkal-pingkal. Begitulah laporan dari Kompas pada 30 September 2016 lalu. Saya menjadi amat tertarik mengikuti kasus ini, bukan karena Dimas Kanjeng mendadak tenar pada sejumlah media massa, bukan juga untuk mendengar pengakuan beberapa orang yang mengaku telah ditipu oleh Dimas. Saya tertarik karena kasus ini bisa membantu kita untuk mengenali lapis-lapis kenyataan di masyarakat kita, sekaligus membantu kita untuk memahami kenyataan sosiologis yang menyebabkan mengapa kejadian seperti ini seringkali terjadi.

Setidaknya ada beberapa pelajaran yang dapat kita serap dari kasus ini. Pertama, kebanyakan masyarakat kita ternyata masih percaya kepada hal yang bersifat takhayul dan tidak masuk akal, acapkali mereka lebih percaya kepada kulit ketimbang isi. Dalam bahasa yang agak ilmiah, masyarakat kita gandrung percaya kepada apa yang nampak, ketimbang substansi. Ketika seseorang datang dengan pakaian berkelas, berwajah segar, terlihat memiliki kekuatan super bak dewa yang turun dari langit untuk menyelamatkan bumi, serta meyakinkan kita akan sesuatu, kita dengan mudah mempercayainya. Ini menjelaskan, mengapa para pemimpin kita adalah mereka yang berpenampilan baik serta berwajah ganteng, meskipun isi pemikirannya tidak seberapa istimewa.

Pada masyarakat yang lebih melihat penampilan ketimbang isi, sebuah gagasan tentu menjadi tidak penting. Ini juga menjadi penjelas, mengapa seseorang yang memiliki visi baik serta gagasan hebat belum tentu akan disenangi atau dipilih masyarakat sebagai pemimpin. Mereka akan lebih menyukai seorang selebritis atau seseorang yang tampak hebat dari sisi penampilan, meskipun pemikirannya biasa saja. Hukum tersebut juga berlaku pada dunia religius kita. Seorang ustadz yang tampan dan terlihat fasih akan menjadi idola ketimbang seorang kiai yang memiliki pengetahuan mendalam terhadap ilmu agama tetapi keliatan tua dan peot. Padahal jika pengetahuan adalah embun yang dapat menghilangkan dahaga keilmuan setiap orang, maka sang kiailah yang lebih layak.

Selanjutnya, masyarakat kita adalah masyarakat yang senang mencari jalan pintas. Meski yang diikuti adalah sesuatu yang sama sekali tidak masuk akal, tetapi tetap saja pengikut dimas kanjeng telah tersebar diberbagai daerah. Seorang akan melakukan apapun meski itu bertentangan dengan nilai-nilai yang dianutnya. Salah satu alasan yang membuat banyak orang mau mengikuti kegilaan yang ditawarkan oleh Dimas Kanjeng adalah harapan untuk hidup makmur dimasa mendatang.

Padahal jelas bahwa aksi melipatgandakan uang adalah sebuah kemustahilan. Jika dulu Tan Malaka cukup berhasil mengurai pemikiran barat untuk mengikis nilai-nilai feodalisme, mental budak, dan kultus takhayul yang menurut dia diidap rakyat indonesia kala itu melalui Madilog, nampaknya penyakit kronis mempercayai kultus takhayul secara berlebihan kembali tumbuh ditengah masyarakat kita di era keterbukaan dan perkembangan teknologi seperti sekarang.

Jikalaupun Dimas Kanjeng benar memiliki kemampuan seperti itu, mengapa pula dia capek-capek membangun padepokannya untuk menampung sekian banyak orang? Bahkan namanya tidak termasuk kedalam 10 deretan orang terkaya di indonesia sampai saat ini. Inilah yang kemudian menjadi titik pangkal maraknya kasus-kasus korupsi di indonesia. Hampir setiap saat media menyuguhkan berita tentang seorang politisi yang kemudian terbukti melakukan korupsi demi untuk memperkaya diri dan dinastinya.

Korupsi dan kolusi kemudian dihalalkan sebagai cara tercepat untuk mendapatkan kekayaan, yang kemudian dipakai untuk melanggengkan kuasa. Kita juga sering mendengar kasus suap dan sogokan demi untuk memuluskan langkah seseorang. Bahkan di kampung saya, banyak pula orang yang rela menyogok demi menjadi Pegawai Negeri Sipil, hingga mendapatkan posisi tertentu pada sebuah instansi pemerintah. Bahkan disuatu media saya pernah membaca berita tentang seorang makelar kayu yang rela menyogok aparat penegak hukum demi melanggengkan bisnis haramnya.

Mari juga mengamati sederet kasus penipuan disekitar kita yang melibatkan pasangan muda. Beberapa hari yang lalu saya membaca berita di media massa yang diberi judul "Uang tabungan pacar di Arab dikuras karena pacaran melalui Facebook". Lihat betapa mudahnya masyarakat kita terseret pada hal-hal yang berbau penipuan. Saya bahkan berani bertaruh kalau pasangan tersebut belum pernah bertemu sebelumnya. Sebab telah banyak saya menyaksikan fenomena seperti itu akhir-akhir ini.

Pada akhirnya kita bisa belajar banyak dari kasus yang dialami Dimas Kanjeng, kasus ini seyogyanya bisa menjadi cermin bagi kita untuk melihat ulang diri kita, memahami masyarakat kita, serta menjadi pelajaran di masa mendatang. Tertangkapnya Dimas Kanjeng mengajarkan kita bahwa apa yang nampak indah, berkelas, dan meyakinkan seringkali bisa menipu kita dikemudian hari. Jangan mudah silau terhadap sesuatu yang berkilau.

Sebelum sempat mengakhiri tulisan ini, seorang teman tiba-tiba datang mengunjungi saya. Dia bercerita bahwa sehari sebelumnya dia tengah bermimpi dihadiahi sebilah keris oleh lelaki tua yang terkubur didaerah rawa dekat dengan laut. Bahkan dia bercerita panjang lebar bahwasanya mimpi tersebut layaknya sebuah mukjizat, keris yang dia maksud dalam mimpinya mempunyai kekuatan gaib untuk menyembuhkan segala macam penyakit, selain itu juga memiliki khasiat serupa pelet untuk mendapatkan perempuan manapun yang ia sukai. Panjang lebar dia bercerita didepan saya. Sambil mendengarnya, dalam hati saya berdoa semoga kelak nasibnya tidak serupa dengan para korban Dimas Kanjeng.

Mataram, 05 Oktober 2016

Komentar

  1. Dimas kanjeng ini sekarang jadi topik berita nasional ya kang karena setiap saya lihat acara berita ditv selalu saja ada berita dari dimas kanjeng ini, dan kalau menurut saya mah buat apa menggandakan uang lalu minta upahnya kan dia bisa menggandakan uang kenapa minta upah dari orang lain, memang aneh kalau menurut saya mah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sampai sekarang saya masih jungkir balik mikirin ini kasus ini mas :D

      Hapus
    2. Nah bener tuh, ngapain minta upah ckckk

      Hapus
    3. Minta upah biar kekinian kali :D

      Hapus
    4. yang aneh justruorang yang tertipunya, hari ginih masih pengen kaya dari menggandakan uang....kerja...mang kerja...kerja....

      Hapus
    5. Masih tidur mang :D gimana mau kerja hihi

      Hapus
    6. Gile lu dro masih pagi gini nyuruh kerja x@

      Hapus
  2. miris memang, masyarakat kita kebanyakan percaya pada hal2 takhayul, yang akan menggiring pada kemusyrikan. Kita harus lebih waspada dan hati2. Semoga kita selalu dlm lindungan Allah. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. membawa kejalan yang sesat ya mba? adduh masih percaya percaya kek gituan -_-

      Hapus
    2. mereka para warga yang ketipu itu nggakpadapunya blog sih

      Hapus
    3. Haha kelebihan blogger itu mereka selalu update akan informasi. Jadi tidak mudah tertipu

      Hapus
  3. Aduhh saya ketinggalan berita atuh kang saya baru tahu disini kalau dimas kanjeng ini jadi topik utama berita di setiap televisi, saya kira topik utamanya masih sianida

    BalasHapus
  4. yang jadi nggak habis pikir kenapa masih banyak orang yang percaya ada orang yang bisa menggandakan duit, sayamah yakin pasti orang yang tertipu oleh dimas kanjeng itu bukanlah seorang BLOGGER....pasti itu mah

    BalasHapus
  5. Sayamah jadi kepikiran untuk membuat padepokan,, biar terkenal seperti dimas kanjeng :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau padepokan sejenis pesantren sih ngak pp mas hehe

      Hapus
  6. Sejak kapan mahluk halus bisa kena gas air mata huahahaa

    Jangan mudah percaya, biar gak mudah ketipu :)

    BalasHapus
  7. Saya awalnya tidak terlalu ngeh dengan sosok ini. Dan setelah diberitakan, cuma satu kata yang keluar dari bibir ini, "WOW!" lalu geleng-geleng kepala ... khususnya pada mereka yang tertipu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semua dibuat penasaran mas, lalu geleng kepala setelahnya.

      Hapus
  8. Sempat nonton beritanya beberapa waktu lalu, dan tv ikut andil menyebarluas cerita tentang Dimas Kanjeng ini ya... makin populer lah beliau

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berita buruk lebih cepat tersebar ketimbang berita baik mba :)

      Hapus
  9. Kasus ini lagi rame banget sih. Kemarin sempet nonton di TV. Ya mudah-mudahan aja cepet selesai, dan hukum bisa ditegakkan dengan adil.

    Oiya, keren euy. Makin tajam aja nih tulisannya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah mas bisa aja. Saya masih harus banyak belajar mas :)

      Hapus
  10. Yang jadi leluconnya adalah kok gak kena pajak ya. Saya keduluan ngepost tentang ini. Padahal sudah saya siapkan tinggal publish. Hahahaha.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha ngk pp mas diposting aja mumgkin kita memiliki sudut pandang yang berbeda prihal kasus ini :D

      Hapus
  11. anehnya korbannya kok banyak banget, dan ada anggota dewan pula.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngak tau mba. Buku apa yang mereka baca sebelumnya hehe

      Hapus
  12. Lucu emang. Yg minta lipatgandakan justru orang orang berduit. Keliatan banget serakahnya :v

    BalasHapus
  13. Itulah masyarakat kita terlalu gampang untuk dibodohin..ya kan Mas..hehee

    BalasHapus
  14. Dimas Kanjeng adalah sindiran buat ormas keagamaan besar yang terlalu sibuk dengan kekuasaan dan uang. Lupa memperdayakan umatnya. Kemana saja itu ormas ? Sekarang baru teriak-teriak, sesat dan bubarkan aliran Dimas.

    BalasHapus
  15. Speechless saya... Apalagi ketika ada seorang yg bergelar profesor doktor pun ikut2an pula... :(

    BalasHapus
  16. Banyak orang pintar juga percaya. Ngga ngikutin bener sih. Cuma katanya memang begitu yak. Bisa menggandakan uang. Lucunya ya itu kena gas air mata. Xixi.

    Memang kebanyakan masyarakat percaya dengan penampilan. Entah itu penampilan mentereng maupun penampilan ndeso. Bisa jadikan yg mentereng adalah ndeso yg mencoba terlihat mentereng, atau juga sebaliknya yg mentereng pura-pura ndeso. we'll never know.

    BalasHapus
  17. Benar2 trending topik nih Dimas Kanjeng, lagian masih ada ya yg percaya begituan hadewww
    mudah2an kita terhindar dari yg kayak gt ya mas

    BalasHapus
  18. dipengaruhi bagaimana ya kok bisa dari berbagai kalangan kena tipu sama dia... Yah, kalau kata OB di kantor, untung gak punya banyak duit kl gak dia jg mau menggandakan... *halah*

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k